Pagi ini saya iseng ngitung, kira-kira penghasilan penjual Risol Mayo yang bikin sendiri, sebulan berapa...
Harga risol mayo per biji 4.000
Bahannya yang saya lihat dari videonya:
- smoke beef bernardi 50ribuan/pack
- keju 10ribu - 15 ribuan/kotak kecil
- tepung segitiga biru 10ribuan
- mayonaise mamayo 23ribuan
- susu kental manis putih carnation 14ribuan/kaleng
- air untuk adonan kulit
- telur ayam 25ribuan/kg direbus
- sambal sachet 10 ribuan/pack isi 22 sachet
- minyak goreng 35ribuan per 2 liter
- tepung panir 17ribuan/kg
Bikin risolnya, bahan isian diiris2 aja, smoke beef, telur rebus, keju iris, dikasih 1 sdm campuran mayonaise dan skm. Lalu dibalur tepung panir dan digoreng
Yang sering ditampilkan di videonya, sehari bisa laku 400 - 500 risol.
Omset per hari, 4000 x 500 = 2 juta
Keuntungan, 50%, kecuali tenaga, benar ga sih?
Kalau benar,
Keuntungan per hari = 1 juta
Dan ini hampir bisa dipastikan, jualannya tiap hari,
jadi keuntungan 1 bulan = 30 juta.
Ini baru jualan risol mayo saja. Sedangkan dia cerita ibunya juga menerima pesanan kue lain, seperti pastel. Dan juga menjualkan kue lain seperti di lapak kue basah, tapi dijualnya di depan rumahnya sendiri gitu. Di teras rumahnya.
Nah ini adalah cerita dari video Margo. Tiktoker penyintas diabetes tipe 1, yang sekarang rajin bikin dan jualan risol mayo.
Dia kalau bikin risol, bisa sampai jam 2 pagi. Iya dia yang bertugas bikin risol. Kue lain dibuat oleh ibunya. Dan bapaknya bertugas jaga lapak untuk jualan di depan rumah.
Dulu saya mengikuti cerita Margo, dan rada ngeri-ngeri sedap gitu lihat dia tiap hari menusuk jarinya untuk cek kadar gula darah dan suntik insulin di perut. Sekarang dia punya alat khusus jadi ga gitu lagi. Ditempel di lengan gitu.
Yang paling keren, konten Margo ini tidak menye-menye menangis sedih minta belas kasihan karena dia sakit. Suaranya happy. Ekspresinya juga happy. Dan narasinya keren, suaranya empuk. Bahasa Inggrisnya bagus juga.
Kalau ga salah di mahasiswa jurusan bahasa Jepang deh, dan dari Surabaya apa gimana gitu ya, lupa.
Tiktok Margo ini https://www.tiktok.com/@hola.margo
Videonya dibuat dengan natural. Dia buat hook di cerita bikin risol, diselipkan dengan video endorsan dengan smooth halus dan tetap enak dilihat.
Pasti ga mudah jadi Margo. Bayangkan tiap hari bikin kulit risol 400 biji. Tanpa ada bantuan siapapun ini sepertinya ya. Hanya Margo, ibunya dan bapaknya.
Margo, kamu semoga sehat dan bisa survive sampai sukses kuliah dan masa depannya ya.
Dia terpilih jadi tiktok creator yang baik, edukasi tentang diabetes dan how to survive gitu. Dan memang dia layak mendapatkannya.
Btw, ada yang tertarik jualan risol?
Bisa dapat 30 juta per bulan
Itunganku bener ga tuh, coba bantu itung dari para pejuang kuliner nih yang tahu.
Buat yang suka masak dan ingin coba jualan apa, mungkin dapat ide dari tulisanku ini.
Ini diitulis di sela-sela bikin modul Belajar Coding Untuk Anak.
penghasilan Margo masih lebih gede dariku, hahaha, apa banting setir aja ya? ..... >.<
Penting juga sekarang lho, membuat blog kita bisa dibaca oleh siapapun, termasuk dalam bahasa apapun. Repot juga kalau kita nulis ulang versi Bahasa Inggris atau Bahasa negara lain ya.
Jangan cemas, ada kok caranya.
Kata kuncinya dalah: Memasang Widget Translate di Blogger.
Widget adalah bagian di sidebar kiri atau kanan. Translate adalah terjemahan.
Untuk memasang ini, ikuti tahap berikut:
Buka Dashboard anda di blogger.com
Tambahkan widget
Pilih yang add HTML/Javascript
Copy script coding di bawah ini, ingat jangan sampai ketinggalan satu karakter pun.
Paste ke bagian widget, lalu save.
Hasilnya nanti seperti ini di sidebar:
Selesai deh. Anda tinggal buka blog dan buka postingan. Lalu masukkan bahasa yang diinginkan, misalnya English. Klik tanda panah, maka postingan akan otomatis menjadi tab baru dengan bahasa asing yang diinginkan.
Kuliah di ITB sekarang jadi impian hampir semua anak-anak dan orang tua, karena ITB termasuk kampus impian di Indonesia. Kalau saya memilih ITB, pada waktu itu, karena ingin menantang diri sendiri saja. Masuk ITS yang ada di tempat kelahiran saya, biasa aja pastinya. Gimana kalau kuliah lebih jauh? dan yang passing grade untuk masuk kuliahnya lebih sulit?
Menantang diri sendiri seperti hobi aneh, yang ternyata berguna juga sampai saat ini. *LOL
Sebelumnya, saya ingin membagi kisah perjuangan atau perjalanan saya belajar dari SMA sampai bisa diterima di ITB jalur UMPTN, di tahun 1997 waktu itu.
Disclaimer: tulisan ini murni berdasarkan pengalaman saya yang belum tahu segala trik tentang Learning How To Learn, Smart Learning dan semacamnya.
*sebenarnya mau share ini duluan di Live Youtube, tapi batal, karena SDN di belakang rumah lagi ada kegiatan akhir sekolah untuk anak kelas 6 SD, jadi rame banget :)
Pasti bakal seru kalau saya bisa menyampaikan cerita ini lewat video, namun ada kendala tadi pagi. Maka ditunda dulu bercerita lewat suara. Saya dulukan cerita lewat blog ini ya. Semoga bisa jadi referensi untuk memotivasi anak-anaknya yang ingin belajar di jenjang lebih tinggi.
ini videonya tadi, dibuang sayang :)
Ohya, di gambar itu ada Macbook Pro besar yang lumayan harganya. Jangan bikin jiper duluan dan menganggap cerita mbak Heni ini, MBA (Modal Bacot Aja), iya bisa ini itu karena kaya dan banyak duitnya.
Oh tidak, Alhamdulillah, saya berasal dari keluarga menengah ke bawah, cenderung miskin. Yang kalau diceritain bisa bikin kalian meneteskan air mata. Canda guys.
Silahkan simak dulu sejenak cerita ini, nanti lebih seru lewat video atau suara emang ya. Sabar dulu. Daripada mood hilang, saya tangkap di blog ini aja dulu.
Singkat cerita, keluarga saya itu mewajibkan anaknya sekolah atau kuliah negeri karena satu alasan. Yaitu murah bayarnya.
Bapak saya, sudah pensiun sejak saya SMP, sebagai Purnawirawan TNI Angkatan Laut, yang waktu pensiun baru dinaikkan sebagai SERMA (Sersan Mayor). Bapak masuk dari jalur Bintara, kalau tak salah itu sebutannya. Lulus SD saja waktu itu. Sayang tak sempat bertanya ke bapak sebelum beliau wafat. Intinya bukan tentara berjabatan tinggi, melainkan biasa-biasa saja. Uang pensiunan juga tidak besar.
Ketika bapak pensiun, dengan sedikit uang pensiun bulanan, yang menjadi tonggak nafkah keluarga adalah usahanya ibu di rumah. Berbagai hal ibu lakukan, emang sejak dulu sih, yaitu berjualan rujak, nasi, jamu, menerima pesanan tumpeng, menjahit, berjualan dan seputar itu.
Kesulitan ekonomi ini yang juga membuat saya pindah sekolah, yang sebelumnya sejak TK-SMP di Surabaya, harus ke Jombang untuk melanjutkan SMA.
Nilai saya cukup untuk bisa diterima di SMA Negeri 5 Surabaya, sekolah terfavorit di Surabaya dulu sampai sekarang. Namun saat itu, yang saya tahu, ibu ingin kembali ke kampung halaman yaitu di Jombang. Maka saya dan adik bungsu, ikut pindah ke sana. Termasuk sekolah.
Usia remaja segitu, apalagi orang Jawa ya, kami atau saya dan adik tidak diberitahu alasan kepindahan ke Jombang itu kenapa. Hanya nurut saja begitu.
Yang saya ingat, waktu mengambil Raport SMP Negeri 1 Surabaya, tempat saya sekolah untuk mengurus kepindahan di Diknas Surabaya ke Diknas Jombang, ada guru yang nyeletuk, "Kok pindah nang ndeso se Hen? kan isok ketrimo nang SMA Limo (5)?".
Saya ingat kalimat itu, tapi lupa siapa yang bicara. Dan saya tidak bereaksi atau merasakan apa-apa. Hanya nurut saja, lupa apa saya senyum atau sedih atau senang atau gimana. Hanya ingat langsung mengikuti langkah ibu untuk balik badan dan pulang naik bemo lyn W dari pinggir Jalan Pacar Surabaya.
Sampailah saya di Jombang dan diterima di SMA Negeri 2 Jombang. Yang kabarnya juga sekolah favorit negeri di sana.
Sejak SD ke SMP, SMP ke SMA, saya tak pernah risau dengan akan sekolah di mana. Mikirnya gampang. Sekali berangkat dengan naik satu kali jalur bemo, biar murah. Tidak terlalu terobsesi dengan sekolah favorit. Itulah cara berpikir kami, keluarga miskin ini. Sederhana.
Dan saya, sejak kecil memang suka sekali belajar. Maka asal bisa belajar, dan pasti suka belajar, sekolah di mana saja, ga masalah. Kalau harus negeri, emang benar, sekali lagi karena biar ibu bapak bisa bayar biaya yang murah untuk sekolah anaknya. Kami keluarga besar, saya anak ke-8. Terbayang besarnya tugas ibu bapak ya, semua sekolah dan hampir semua juga kuliah di kampus negeri. Dengan gaji tentara, sudah pensiun pula, ditambah kerja serabutan seorang ibu rumah tangga.
Saya sekolah di Jombang, terhitung sebagai sekolah "ndeso" atau desa. Jauh banget dari perkembangan di Surabaya. Belum ada bimbel seperti Primagama dll pada waktu itu, sekitar tahun 1996. Maka ketika naik kelas 3 SMA, saya ikutan teman-teman juga sepertinya, saya putuskan ikut Bimbel Luar kota di Surabaya.
Saya mendaftar di Phi Beta, bimbelnya ada di Jalan Bali Surabaya. Ikut bimbel luar kota itu maksudnya, belajarnya hanya hari Minggu, mulai jam 8 pagi sampai 1 siang. Terhitung 5 jam untuk 5 materi belajar persiapan EBTANAS dan UMPTN. Yaitu Kimia, Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Jadi selama 1 tahun, di kelas 3 SMA, setiap hari Sabtu itu saya pulang sekolah jam 12 siang. Pulang di rumah tante (adiknya ibu), makan siang sebentar, mandi, menyiapkan buku untuk bimbel dan baju ganti. Lalu naik bemo menuju terminal bis kota, di depan rumah tante. Perjalanan naik bis kota dari Jombang ke Surabaya, ganti beberapa kali, lalu naik bemo lagi sampai ke rumah ibu di Surabaya, itu rata-rata dari siang sampai jam 7 malam. Karena harus nunggu bemo/bis penuh, istilahnya nge-tem dulu. Ganti bis. Nge-tem lagi. Ganti bemo. Nge-tem lagi. Begitu terus. Apalagi hari Sabtu adalah hari macet jalur luar kota. Hari orang yang kerja di Surabaya akan pulang ke desa/daerahnya karena libur kerja. Ditambah hari liburan atau piknik atau malam mingguan orang yang tinggal di Surabaya. Macet pokoknya.
Sampai di rumah ibu di Surabaya, sekitar jam 7 malam, saya akan mandi, makan, naik ke kamar kakak dan adik perempuan, lalu belajar karena di bimbel selalu ada pre-test sebelum kelas dimulai.
Esoknya, hari Minggu, saya akan diantar kakak ke Jalan Bali, tempat bimbel. Lalu ditinggal. Saya belajar di sana selama 5 jam. Untuk makan siang, kadang bawa bekal dari ibu. Kadang membeli tahu isi aja yang gede dan bikin kenyang di kantin bimbel.
Bimbel selesai sekitar jam 2 siang, saya akan berjalan di pinggir jalan untuk mencegat bis DAMRI menuju ke terminal Bungurasih untuk naik bis luar kota ke Jombang.
Sampai di Jombang, rumah tante, sekitar jam 7 atau 8 malam. Saya akan mandi, makan malam, dan sekali lagi belajar sebelum tidur. Mengulang lagi pelajaran di bimbel. Mengatur buku dengan baik. Dan juga kroscek dengan tugas dan materi pelajaran untuk sekolah besok Senin.
Ini berputar terus rutin, selama satu tahun utuh tanpa jeda karena saya lelah atau bosan.
Dan anehnya, nggak ada lelah dan bosan. Dan tidak juga saya berhenti karena sakit.
Kalau sakit flu, panas, batuk, itu saja akan saya abaikan.
Pulang ke Surabaya setiap hari Sabtu juga untuk melipur rindu. Bisa makan masakan ibu. Ketika seminggu makan di rumah tante.
Kenapa kok tiba-tiba di rumah tante, mbak Hen?
Karena ketika saya kelas 3 SMA, ibu memutuskan kembali tinggal di Surabaya. Adik saya sudah lulus SMP jadi bisa ikut ibu ke sana. Giliran saya yang tinggal setahun lagi SMA di Jombang, jadinya terpaksa ditinggal.
Sekali lagi, saya tidak pernah risau dengan kondisi begini. Karena fokus saya hanya di belajar dan lulus EBTANAS bagus, siap dan lolos UMPTN lalu bisa diterima kuliah di kampus negeri. Itu saja. Lainnya boleh terjadi apa saja saya terima dan jalani saja.
Wah capek juga nih, ngos-ngosan nulisnya. Lanjut nanti ya. Sekalian udah bisa live streaming. Nanti saya sertakan videonya di bawah ini.
Saya ingatnya pertama kali bertemu mereka, sekitar tahun 2012 saat di Kebun Bibit Surabaya. Acara belajar sharing bareng gitu, saya kebagian mengajari atau demo juga cara membuat cincin dari kawat tembaga atau disebut juga wire jewelry.
Hari itu, Kamis 26 Mei 2022, 10 tahun kemudian baru kami berjumpa tatap muka lagi.
Haru banget mereka mau main ke rumah saya di daerah Surabaya Barat. Yang notabene jauh banget dari rumah mereka di Surabaya Timur dan Sidoarjo.
Seneng dan haru. Ditambah sungkan. Karena yang notabene memberi suguhan adalah mereka ya. Ada yang bawa krupuk 2 plastik gede. Ada yang bawa ayam bakar lengkap dengan sayur dan nasinya. Pasti juga sambal.
Jadi saya cuma kebagian menyediakan air putih dan beberapa mainan untuk anak kecil yang ikutan. Untung saja kemarin iseng saya beli mainan lego dll.
Mbak Rina, Mbak Ririe dan mbak Nikma berbagi cerita sambil menyampaikan keinginannya memberi ilmu baru untuk komunitas MSF.
Lebih banyak ingin memasukkan unsur digital marketing dalam materi edukasi ke crafter nanti.
Alhamdulillah. Pengalaman saya malang melintang jadi Trainer Gapura Digital (yang mengajarkan konsep digital marketing untuk UMKM pemula), mentor startup juga guru coding, bisa jadi bahan wawasan baru untuk anggota MSF ini.
Badan saya rada meriang sebenarnya, karena kemarin terlalu ngoyo mindahin mebel jati di rumah. Demi menyediakan ruang duduk yang nyaman untuk mereka :)
Kedatangan 3 crafter ini memberikan suntikan semangat sekaligus nostalgia ingat jaman perjuangan mencari jati diri. Dari jualan jilbab online, belajar otodidak bikin asesoris handmade, belajar bisnis dan digital marketing juga coding dst.
Makin menarik ketika disebutkan nanti saya bisa ikutan main ke sekolahannya mbak Rina yang jadi guru craft di SMKN 12 Surabaya. Atau ke UNESA tempat mbak Ririe mengajar jadi Dosen Sastra. Begitu juga main di tempat workshop membuat sepatu handmade mbak Nikma Basyar yang sudah masuk ranah ekspor.
Kedatangan 3 orang penting di Surabaya, terutama area craft atau kerajinan tangan, membuat saya merasa ternyata diri ini berharga. Apalagi sudah 10 tahun tak bersua, mereka sukarela datang ke rumah.
Semoga bisa saling memberikan manfaat. Amiin. Barakallah.
Blog masih menjadi "tool" yang powerful untuk menyimpan portfolio dan menjadi media branding. Dengan blog, orang bisa memastikan bahwa rekam jejak seseorang atau suatu brand itu berjalan dengan rentang waktu yang tepat. Karena setiap kita mempublikasikan satu tulisan blog, akan tertera tanggal dan jam yang sesuai dengan kondisi asli. Hal ini akan menambah kepercayaan publik.
Berbeda dengan website berbentuk landing page yang hanya menampilkan konten statis yang dibutuhkan oleh pencari informasi singkat, blog adalah cara berkomunikasi antara pembuat blog dan pembacanya.
Itulah kenapa jika diamati, di hampir semua website suatu brand, entah itu startup, perusahaan besar, juga menyertakan link untuk membuka blog. Karena di sini orang sedang mencari, seperti apa sih perjalanannya? atau siapa saja yang sudah menggunakan produk ini? apa saja cerita dari owner atau founder? dan lain sebagainya.
Membuat blog, banyak caranya, namun ini saya sampaikan yang paling termudah bagi saya, baik untuk mengisi konten, memodifikasi template dan juga redirect ke domain TLD (Top Level Domain), saya pilih platform BLOGSPOT dari BLOGGER.com.
Berikut adalah modul panduan awal membuat blog, yang saya buat sekitar tahun 2014-2015, sebagai bahan untuk mengajar ke guru di Madrasah Tsanaiyah di Wonosalam Jombang, saat saya kerja praktek lapangan saat kuliah di S2 Teknologi Pendidikan UNESA.
Beberapa tampilan akan berbeda, karena blogger mengubahnya, lainnya sama. Semoga bermanfaat.
Sering kerasa ga bun, kalau lagi capek, stress, bau badan kita lebih menyengat?
Ya karena hormon juga jadi salah satu faktor penyebab bau badan pada wanita. Ya gimana lagi ya, apalagi menjelang, ketika dan sesudah datang bulan. Belum kalau sudah pre-menopouse atau bahkan sudah menopuse.
Hormon emang gimana lagi mau diperlakukan supaya kita bebas bau badan?
Ya sih, katanya harus menjaga pola makan, pola hidup terutama kebersihan. Sepertinya minum jamu tradisional khas bikinan ibu saya dulu, bisa dicoba lagi nih. Jamu campuran kunyit dan daun sirih hijau atau biasa disebut jamu suruh.
Minum jamu, pola hidup dll itu butuh proses yang panjang banget, tidak bisa sulap menghilangkan bau badan.
Yang paling bisa dilakukan sekarang adalah mencegah bau badan dalam kehidupan sehari-hari,
Sejak remaja, perjalanan mencegah bau badan saya udah berliku-liku banget. Ini catatannya:
1. Pakai Bedak MBK
Pakai Bedak MBK, ada yang tahu nggak tuh? Ini dulu manjur sih jaman masih SD-SMP. Tapi kalau dah keringeten banget jadi ada burtek alias bubur ketek. Tumpukan bedak campur air keringat yang nempel di ketiak. Lalu nempel ke baju seragam yang menyebabkan kainnya rusak, lama-lama nggripis atau menipis. Jaman menjelang SMA dan kuliah udah ga berani lagi pakai bedak MBK, ga ampuh. Kecuali seharian cuma di rumah aja.
2. Pakai Deodoran Segala Merk
Meningkat pakai deodoran segala merk. Mulai rexona, viva, pixy dan lain sebagainya dicoba. Yang paling manjur sih rexona. Tapi entah kenapa menjelang usia 40 tahun ke atas, deodoran merk ini udah nggak mempan. Akhirnya beralih ke deodoran alami.
3. Pakai Deodoran Bahan Alami
Deodoran bahan alami, air jeruk nipis, tawas dan air. Ini kemarin lagi hits banget sih. Jujur aja kena racun tiktok juga. Sempat jualan juga, saudara saya pada cocok. Saya juga awalnya cocok tapi lama-lama bau badan lagi. Apa karena badan saya tambah gede ya? gendut gitu :D. Patah hati banget deh, tiap habis mandi, gak lama gitu bau lagi. Apalagi setelah mengajar di kelas online. Jadi harus ganti baju berkali-kali sehari. Mabuk yang bagian njemur cucian dahlah (sebut saja: suami).
4. Pakai Wardah Roll On For Her
Sebelumnnya sempat pakai deodoran Khaf (satu lini produk dengan Wardah, cuman khusus cowok). Cocok sih pakai ini, cuma belinya harus online. Ga tahu lagi capek aja beli bodycare online. Jadi kemarin ke sakinah mart, eh nemu Wardah Roll On For Her.
Setelah dipakai beberapa hari, eh cocok, alhamdulillah. Kendala bau badan berkurang. Ga lengket kok rasanya. Baunya juga smooth lembut gitu wanginya, malah mirip bau deodoran jaman remaja, tapi entah yang mana, lupa.
Misalkan sore mandi, pakai roll on Wardah ini, lalu tidur, besok paginya ga mandi dulu lah ya seharian buat beres-beres rumah atau sambung laptopan dulu, masih aman jaya tidak ada bau badan menyengat.
Kalau dipikir ya Wardah ini udah diproduksi oleh perusahaan bear dan bonafid. Tentu saja riset produksinya bagus. Ibu foundernya kan lulusan Farmasi ITB. Satu almamateri dengan saya, eh apa sih :)
Untuk skincare Wardah emang kurang cocok sih aku, sering perih gatel gitu di wajah setelah memakainya. Kalau skincare aku beralih ke Viva Cosmetic. Alhamdulillah ya, murah dan cocok. Sesuai dengan wanita tropis kali ya. Secara aku jarang telaten pakai skincare, jadi tenang juga hati ini pakai Viva.
Untuk deodoran ini wajib banget deh milih yang bisa membuat kita bebas bau badan. Aku minder banget gaiiis kalau harus bau lagi. Ga enak juga walau kerja sendirian di rumah, tapi membaui diri sendiri. Bisa mabuk aku.
Oke deodoran cocok udah ketemu. Harus ganti-ganti sesuai metabolisme tubuh kita yang menua kali ya ini deo. Gpp lah.
Ke depannya mau rutin minum jamu lagi. Kalau urusan mandi sih aku rajin banget, sehari lebih dari 3 kali malah seringnya.
Semoga review asyik ini bisa jadi bahan pertimbangan kalian ya memilih deodoran.
Punya konten yang FYP itu seperti kebanggaan bagi warga tiktok. Itulah sebabnya sering orang menyematkan tanda pagar terkait ini, #fyp #fypdoong dan lain sebagainya.
FYP di tiktok adalah singkatan dari For Your Page. Artinya yang muncul di halaman kamu. Kalau di facebook itu yang muncul di beranda, kalau di instagram itu yang muncul di bagian explore (pencarian).
Kesemua konten bertipe fyp ini muncul begitu saja walau kita bukan follower dari kreatornya. Inilah yang menarik. Karena bisa menaikkan jumlah follower dan brand awareness atas branding atau pencitraan yang ditampilkan di akun media sosial.
Menjadi FYP untuk pemula yang bukan siapa-siapa, bukan selebgram atau yang bernama sudah terkenal, ini adalah usaha yang cukup rumit. Saya mengalami jumlah follower tiktok hanya 80 orang sampai beberapa bulan. Bahkan setelah membuat konten lebih dari 20 video.
Sampai pada akhirnya, iseng saja di suatu malam, saya gunakan sound dari video yang fyp, lalu merekam laptop saya. Kebetulan saat itu sedang membuat materi coding untuk kelas anak-anak.
Ini adalah video tiktok yang pertama fyp dan dalam 2 hari bisa membuat follower saya dari cuma 80 menjadi 1000.
Saya gunakan sound suara Meet dari microsoft yang membuat ramai pendengarnya. Karena jadi ingat momen dikejar kerjaan yang nggak ada habisnya di rumah.
Ya ini adalah saat awal pandemi dan baru marak perusahaan mewajibkan karyawannya untuk work from home (WFH) atau kerja di rumah.
Sudah sampai 1000 follower adalah target pertama saya, supaya bisa mencoba fitur LIVE.
Dan tak lama saya lakukan itu, Live sambil menyorot laptop yang sedang membuat project lucu dengan coding Scratch.
Saya pun buat lagi beberapa konten terkait, dengan maksud lebih lama dari 15 detik, dan suara standar bawaan tiktok, namun ini tidak berhasil menarik penonton yang banyak.
Dari sini saya simpulkan, modal utama fyp adalah SOUND VIRAL dan video singkat 15 detik saja. Tidak perlu mengisi dengan konten yang padat, dikit-dikit aja seperti memberikan "racun" atau hal-hal yang bikin orang kepo, lalu klik Like dan berkomentar.
Jika orang kepo gereget ingin komentar, maka konten video kita akan naik algoritmanya disukai tiktok, maka akan diusulkan menjadi konten fyp.
Itulah sebabnya demi fyp, orang bisa berperilaku aneh-aneh. Ada yang prank, joget ga jelas, makan garam atau hal-hal seputar pornografi dan berbahaya. Tujuannya biar videonya dilihat, di-like dan diberi komentar dan supaya fyp.
Kita tidak perlu seperti itu. Saya tidak melakukan hal aneh, bisa juga fyp. Maka lebih baik fyp karena isi konten yang sesuai dengan pesan yang ingin kita sampaikan melalui tiktok kita itu.
Saya pun menyadari bahwa membawakan konsep CODING ANAK DAN BELAJAR CODING UNTUK PEMULA adalah daya tarik bagi warga tiktok di akun saya. Maka saya lanjutkan trik berikutnya yaitu membuat video reply atau menjawab komentar. Jadi saya berpegang dari video fyp sebelumnya, lalu dengan telaten saya jawab satu per satu dengan video juga.
Beberapa bisa fyp, beberapa tidak. Adanya sound viral, video singkat 15 detik dan isi menarik masih berlaku di sini.
Saya bukan pembuat konten video yang bagus. Dalam arti, tidak telaten untuk rekam dikit-dikit, lalu edit dan menggabungkan. Hampir semua video saya itu dalam sekali rekam saja. Menggunakan fitur pause bawaan tiktok saja, dan edit menambahkan teks sesuai durasi lalu memberikan judul pada cover video. Kadang lupa juga memberikan judul ini.
Saya tidak telaten menjadi konten kreator yang manis dan rapi. Jadi saya kreator spontan.
Namun walaupun spontan ternyata menjadi fyp bisa beberapa kali saya capai, itu karena isi kontennya bikin kepo. Seperti rangkaian video untuk menjawab cara mendaftar, masuk dan diterima di Apple Developer Academy Indonesia ini. Walau sengaja saya sediakan lengkap, sampai sekarang masih ada yang bertanya,"Caranya gimana bu?". Gregeten aku rek hahaha.
Jujur saja, media sosial beralih menjadi media promosi semenjak saya mengenal konsep digital marketing. Melelahkan tapi saya tetap berpegang di ranah itu supaya tidak lolos keblabasan hanya bercerita hal pribadi. Ini berbahaya jika berlebihan. Saya bukan tipe yang suka mengumbar kehidupan detil pribadi. Yang ditulis di blog atau di media sosial lainnya sudah sengaja saya atur biar ada benang merahnya terkait personal branding yang ingin saya perkuat untuk ditampilkan.
Sebuah fakta yang melelahkan tapi harus dilakukan di era digital ini ya?
Begitulah.
Namun, selain promosi, lama-lama kita akan merasakan tanggung jawab untuk edukasi. Walau ada nuansa curhat juga, kadang kalau hati lagi gundah banget, cara ini ampuh untuk meringankan hati, walau sedikit.
Sekali lagi, saya ini manusia spontan. Jadi ketika dapat fyp video orang yang sound-nya bagus liriknya atau nadanya, spontan saja saya membuat konten terkait. Dan karena spontan jadi tidak sengaja merekam langsung kan. Jadi saya manfaatkan saja video pendek dan potongan foto-foto yang sudah ada di galeri hp.
Waktu membuat atau posting pun belum terjadwal bagus menggunakan content planner dan sebagainya. Biasanya malam hari, sambil menunggu suami saya nonton bola, atau saya rehat sebentar setelah mengajar beberapa kali, saya buat video-video itu.
Dengan cara organik dan spontan ini, follower saya sekarang sudah 12ribu orang, dan saya pastikan 80% itu aktif dan bukan fake people atau orang palsu.
Semoga sharing singkat ini membantu kalian yang takut tampak buruk gak jelas di media sosial tapi ingin memulai digital marketing di kegiatan yang diinginkan. Mulai sajalah. Lama-lama akan ketemu pola yang cocok dengan kita.
Alhamdulillah beruntung sekali hari ini mengikuti acara dari Udemy Indonesia. Insight dari bu Ayi, banyak yang baru dan asyik bener orangnya. Simak deh di videonya di bawah ini:
Jaman kuliah di jurusan Kimia, inkubator itu maknanya tempat untuk mengembangbiakkan bakteri ketika praktikum biokimia medis. Kami harus menyiapkan dulu cawan petri berisi "agar-agar" tempat hidup si bakteri ini. Lalu memasukkan "biang bakteri" dengan cara menggoreskan di cawan petri. Kemudian cawan petri ini disimpan di sebuah inkubator yang suhunya sudah diatur, biasanya sesuai dengan suhu tubuh manusia, kisaran 36 derajat Celcius.
Ketika punya anak yang lahir prematur, definisi inkubator berbeda lagi adalah tempat menjaga bayi tetap hangat seperti masih di dalam rahim ibu, terjaga oksigennya dan cahayanya juga terjaga tetap steril.
Beda cerita lagi kalau bicara tentang INKUBATOR StartUp. Di sini tidak mengembangbiakkan bakteri atau menjaga bayi tumbuh seperti di dalam rahim ibu. Tapi intinya sama juga, yaitu membina tumbuhnya cikal bakal teknopreneur atau pebisnis baru untuk bisa tumbuh dengan baik.
Inkubator StartUp sekarang marak dilakukan oleh berbagai pihak. Baik itu pemerintah, komunitas lepas, industri atau dari universitas. Tujuannya memfasilitasi dan membimbing teknopreneur di Indonesia. Program yang ada di program ini pada dasarnya meliputi rekruitmen, training, mentoring, coaching sampai bisa ke pendanaan.
Fasilitas yang diberikan secara fisik bisa berupa coworkingspace atau tempat untuk bekerja, meeting dan bertemu atau berkolaborasi dengan berbagai pihak. Peralatan untuk publikasi seperti studio foto, studio rekaman dan relay streaming seperti tampilan televisi di media sosial.
Bahkan ada juga pihak inkubator yang menyediakan kemudahan untuk mengurus legalitas startUp yang sudah lolos seleksi. Mulai dari pendaftaran merk dan perusahaan. Legalitas ini kelak penting apalagi jika startUp itu sudah maju, berkembang dan ingin mendapatkan pendanaan.
Sebuah kesempatan yang tidak terduga lagi, di akhir tahun 2021, bulan Desember ini, saya berkesempatan mengikuti progam inkubator startUp.
Ini berkat arahan dari teman sesama pegiat StartUp Surabaya, si Evilia - Founder Syarihub. Yang ingin sekali KELASKU DIGITAL yang sudah saya mulai sejak beberapa tahun lalu berkembang lebih baik.
Kalau diingat bikin ketawa juga. Evi ini sering gemes banget kalau saya terkesan santai dan tidak fokus untuk cari cuan. Juga tampak males banget kalau ditanya dan diajak ngobrol tentang revenue stream dan target mau dapat revenue berapa di tahun depan.
Nggak tahu ya, sudah bawaan orok kali, saya ini nggak begitu tertarik dengan topik bisnis. Setelah berkali-kali mencoba untuk serius berbisnis, bahkan ikut dan diterima juga di FFBS Business School 2021 dan di Apple Developer Academy Indonesia | UC 2019, saya juga nggak begitu greget geraknya untuk cari cuan.
Bahkan, lama-lama saya semakin yakin, kalau SAYA BUKAN PEBISNIS.
Sudah bukan bener. Saya lebih suka memikirkan cara mengajar yang benar, kurikulumnya apa, materinya apa.
Akan tetapi,
TERNYATA SAYA BUTUH JADI PEBISNIS atau bermental bisnis dan beraksi sebagai pebisnis beneran.
Saya terasa mengalami kendala ketika ingin merekrut tutor baru. Lalu bingung dengan gimana menggaji mereka, dan memastikan murid yang ikut KELASKU DIGITAL semakin banyak.
Lah, kalau selama ini saya cuek aja mau seberapa banyak muridnya. Karena saya ngajar sendiri. Nggak akan rugi terlanjur membayar gaji tutor misalkan kuota murid tidak mencukupi.
Nah, kalau tutor baru digituin, ya mana tega.
Selama ini saya berdiskusi ini itu hanya dengan suami. Yang sebenarnya udah ada gereget untuk menseriusi startUp ini, cuman masih sibuk aja dengan pekerjaannya di kantor.
Itulah sebabnya ketika ada tawaran mendaftar sebagai calon tenant Inkubator StartUp, saya tergerak mengikuti lagi. Padahal jauh di lubuk hati terdalam, saya sebenarnya ingin BERHENTI SAJA.
Menyerah banget sih enggak.
Cuman ingin menerima begini saja cukup, lalu fokus untuk menulis buku dan membuat kursus di Udemy, sebagai passive incomenya.
Namun, sekali lagi, tidak ada salahnya mencoba. Karena memang saya butuh bantuan dari profesional dan mereka yang berpengalaman tentang bisns dan mengambangkan startUp ini.
Keresahan saya sebenarnya karena takut gagal aja, atau takut mengalami hal-hal yang berat di hati lagi. Ya udah tua. Bentar lagi usia 42. Udah sensitif banget nerima hal-hal seperti ujian sidang skripsi. Udahlah tak sanggup kali hati ini.
TAHAP SELEKSI CALON TENANT INKUBATOR STARTUP
Sebagai gambaran, jika anda ingin ikutan. Ini yang harus disiapkan sebelum mengikuti seleksi.
Pre-Seleksi
Ide bisnis atau ide startUp tentang apa. Itu persiapkan dengan baik, sesuai dengan Business Model Canvas dan segala teori bisnis terkait. Tentang Value Proposition, dan lain sebagainya.
Akan lebih menarik dan sesuai data, jika startUp ini sudah diujicoba atau dilaksanakan, minimal 1 tahun. Supaya ada pengalaman dan data yang bagus untuk traksi dan hasil rencana bisnis sebelumnya. *wah nulis ini jadi ada ide saya untuk mengembangkan AYO BERMAIN CODING sebagai startUp baru. Boleh nih. Oke lanjut.
Usahakan ketika mengujicoba atau melaksanakan ide startup itu, kalian simpan dengan baik datanya. Jadi setiap ada acara, program atau kegiatan apapun, simpan data peserta dengan Formulir, bisa dengan Google Form saja. Lalu Dokumentasi acara dan juga laporan hasilnya.
Kalau bisa, Website Landing Page, Instagram, Facebook, Linkedin Page, YouTube, semua sudah disiapkan dengan baik. Jadi ada bukti nyata dan real time, akan semua acara yang sudah dilaksanakan.
Kemudian siapkan semua arsip itu menjadi SLIDE PRESENTASI ide StartUp yang bagus.
Dan ikutilah tahap seleksi calon tenan.
Seleksi
Rutin membuka media sosial para penyelenggara program inkubator startup. Contohnya: Inkubator UNAIR, Skyventure PENS, dll.
Mendafatar sesuai jadwal
Menyiapkan dokumen untuk proses seleksi dokumen
Jika lolos, maka bersiap untuk tes seleksi dalam bentuk wawancara, seperti tampilan saya di bawah ini:
Usahakan menyiapkan juga FAQ atau pertanyaan yang sering ditanyakan dalam tes seleksi startUp. Bisa seperti ini:
Apa keunggulan startUp kamu dibanding yang lain?
Gimana rencana mendapatkan pendapatan (atau uangnya)?
Rencana merekrut berapa tutor (pegawai)?
Apa tujuan anda ikut program inkubator startUp ini?
Dari semua rencana bisnis, mana yang sudah berjalan?
Apa saja kendala selama sudah menjalankan startUp ini sebelumnya? apa solusinya? dan apa hasil dari solusi yang sudah anda lakukan?
Dan seputar inilah ya. Kalau dari hemat saya, selama kalian masih mahasiswa dan punya banyak teman, bikin startUp dan ikut inkubator semacam ini akan sangat menarik.
Kalau sudah ibu-ibu banget kayak saya ini, lumayan stress. Jujur saja. Udah nggak sanggup rasanya ikut bersitegang mempertahankan diri seperti saat ujian sidang skripsi. Lelah hayati saya.
Mungkin saya tidak lolos program seleksi kemarin, karena kurang persiapan menghadapi tes seleksi. Dan lagi kurang sehat pula. Kepala rasanya blank aja gitu. Tapi saya udah siap gagal sejak awal. Jadi ga masalah banget. Nggak bikin down lalu menutup semua akses Kelasku Digital. Melainkan akan saya jalankan secara bootstrap di rumah, bersama anak-anak dan suami saya. Tentu melaju setahap demi setahap lebih rapi dan baik. Sampai menemukan ramuan startUp paling pas dengan diri saya pribadi juga. Nggak mau lah sukses tapi stress. Tetap berjalan tapi tenang dan senang, itulah arti sukses sesungguhnya.
Walau begitu, saya tetap berbagi pengalaman ini buat kalian.
Waktu anak sulungku lahir, hampir 19 tahun yang lalu, dia suka menonton film ini. Kami menyebutnya film Bing Bong.
Dan waktu kucoba mencari lagi di Youtube, eh ternyata ada channel resmi dari produsennya. Ini pakai bahasa aslinya, bahasa Inggris. Kalau dulu anakku menyimak di televisi sudah di-dubbing dengan bahasa Indonesia.
Coba lihat deh. Pasti anaknya suka.
Nah, kalau memilih film untuk anak usia dini, hati-hati ya.
Pilih yang ritmenya pelan saja. Jangan yang cepet berganti adegan atau animasi gerakan. Nanti berakibat anaknya susah untuk fokus dan konsentrasi.
Tahun ini sepertinya ragam peristiwa terjadi, walau saya dan keluarga tetap ada di dalam rumah saja sejak pandemi tahun 2020. Jadi terhitung sudah 2 tahun kami "bersemedi" di rumah.
Seingatnya, saya coba merefleksikan pengalaman hidup ini. Jujur saja, sejak virus COVID-19 dinyatakan resmi masuk di Surabaya, tidak ada keteraturan yang bagus untuk menulis jurnal kehidupan sehari-hari, karena waktu dan energi habis untuk bertahan dan membuat kondisi rumah baik-baik saja dan biasa-biasa saja.
Ketika selesai lulus dari Apple Developer Academy Indonesia di Surabaya, bersama Universitas Ciputra, tepat di akhir tahun 2020, saya berpikir keras tentang karir dan pekerjaan untuk diri saya sendiri.
Ibaratnya sudah mencoba ini itu, sejak lulus kuliah S2 tahun 2015, rasanya belum mendapat pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Masih belum ajeg, belum mantap, belum mapan atau belum yakin hati ini akan menekuni bidang yang mana.
Menjadi programmer atau developer, membuat ios apps, tentu saja mustahil. Wong masih belajar di Apple dev aja saya bisa dibilang bengong melulu, nggak paham-paham cara kerja Swift programming.
Sebaliknya, jika mendaftar menjadi pegawai di startUp atau warehouse dan semacamnya, tentu mundur teratur, kebayang bakal berantakan rumah tangga saya, kalau satu-satunya perempuan di rumah harus pergi kerja keluar rumah dari pagi sampai sore. Halah udah nggak usah ngadi-ngadi.
Maka di akhir tahun 2019 itu saya putuskan menghidupkan kembali kelas belajar di balik nama Kelasku Digital. Sampai awal tahun 2020 niatnya akan membuka kelas di beberapa tempat. Bahkan sudah melobi beberapa Kepala Sekolah dan juga pemilik coworking space. Sempat juta teman dari geng startUp menawarkan sebuah coworking space baru di mall dekat rumah, kawasan Surabaya Barat, tugas saya adalah mengisinya dengan beraneka kegiatan dan pelatihan. Tentu saja semua rencana ini sangat indah, sesuai harapan dan angan-angan. Yang kemudian dipatahkan oleh pandemi.
Sempat bingung, dan terbilang nekad ketika memutuskan untuk mengubah rencana menjadi bentuk ONLINE. Baik itu kelas online maupun kegiatan lainnya.
Nekad karena saat itu wifi di rumah masih pakai Speedy, dengan kecepatan 20mbps, bayarnya per bulan nggak sampai dua ratus ribu rupiah. Kebayang lemotnya.
Untuk gadget sih sudah aman banget. Kan masih dipinjami macbook gede dan juga iphone. Keduanya sangat mumpuni dibuat kerja.
Alhamdulillah tak disangka kelas online saya berjalan baik. Terutama kelas coding untuk anak-anak. Dari sinilah, titik balik kembali berlaku.
Awal tahun 2020 membuka kelas online coding untuk anak-anak dan berjalan baik.
Awal tahun 2021 ada berbagai pihak yang ingin bekerjasama. Dimulai dengan PKBM Bina Kreasi Bangsa yang ada di Jakarta. Sudah hampir setahun akhirnya membuka kelas Fun Coding, yang diajar oleh saya.
Ada lagi Homeschooling Kak Seto Surabaya yang memulai kerjasama untuk kelas coding. Semoga saja bisa jangka panjang.
Mikaza Sukaza School Surabaya, sebenarnya sangat ingin bekerjasama secara real. Namun ada aja kendalanya. Terutama jarak dan waktu antara saya dan pendirinya. Masih belum berjodoh bertemu bersama dan merumuskan program apa yang cocok.
Dengan SD Khadijah 3 Surabaya, rencana berhenti karena pandemi. Dan mungkin bisa dimulai lagi perlahan ketika kelas tatap muka sudah dianggap benar-benar aman. Karena di sekolah ini masih kesulitan jika memilih untuk bekerjasama secara online.
Itu adalah pencapaian di segi pekerjaan. Yang bisa dibilang sudah tampak menjadi karir mapan yang saya pilih, sekaligus bisa menjadi usaha keluarga. Atau minimal kegiatan saya dan suami sampai tua nanti. Cukup di rumah saja, bisa membuat lapangan pekerjaan.
Ada beberapa hal yang tak terduga terjadi selama 2 tahun ini. Yang paling mengejutkan adalah tiba-tiba kami bisa membeli rumah baru kedua kami, yang posisinya pas di sebelah rumah lama. Jadi dua nomor rumah berjejer, sudah sah dan lunas menjadi milik kami.
Bahkan di angan-angan saja tidak pernah terlintas sebelumnya.
Alhamdulillah buah dari ketekunan bekerja, menabung dan menahan diri dari semua kegiatan hura-hura bertahun-tahun ini membuahkan hasil.
Anak sulung, alhamdulillah diterima di kampus negeri tanpa tes, berkat prestasinya. Dan walaupun kuliah hanya secara online sejak 2020, bisa berprestasi juga. Menjadi rangking 1 di kelas. Tim game developernya menjadi finalis dan sepertinya akan dibina menjadi sebuah startup game developer oleh pihak kampusnya. Yang penting adalah motivasinya tidak kendor sama sekali walaupun sebagai anak cowok muda harusnya lagi seneng-senengnya kumpul sama teman-temannya di kampus. Ini ke kampus cuma 3 kali dan itu hanya untuk mengurus proses ikut lomba membuat game. Kasihan amat si bocah.
Anak kedua, perlahan namun pasti menemukan kembali minat dirinya. Yang sempat naik turun, bingung nggak jelas. Akhirnya untuk saat ini disimpulkan kalau dia ingin menekuni bidang menggambar dan juga bisnis. Dan ada impian juga kuliah di luar negeri, khususnya di Khazakastan, sejak saya ceritakan peluangnya setelah ikut obrolan bareng alumni Kimia ITB, sebelumnya. Mungkin berjodoh belajar dan bekerja di sana, Bismillah saja. Kedua adik kakak, anak-anak saya berangkat ke sana, juga boleh. Biar puas jauh dari ibu bapaknya dan menemukan jati diri dan ritme hidupnya sendiri. Kasihan bertahun-tahun berdiam di rumah karena pandemi.
Saya pribadi mengalami naik turun kehidupan. Ada rasa semangat, kadang jenuh, kadang capek. Namun tak berhenti mengeksplorasi diri.
Biar aneh, bangga juga bisa sempat fyp di tiktok dan mendapat follower 8ribuan saat ini.
Terbuka dengan pembayaran internasional yaitu payoneer dan paypal. Walau ada drama ga bisa narik duitnya di udemy, karena nggak ngeh cara kerjanya. Namun dengan punya paypal jadi bisa daftar di TpT (TeachersPayTeacher) dan sepertinya juga nanti untuk daftar Etsy. Yang untuk payoneer bisa dialihkan ke affiliasi marketing internasional sepertinya, amazon mungkin.
Bisa membeli tablet bekas merk Samsung Galaxy A10 berukuran 10 inch, seharga 2,9 juta. Dan mendapatkan barang yang bagus dan awet baterainya. Bangga karena bisa memutuskan sendiri, membayar sendiri dengan uang hasil keringat sendiri dan hasilnya juga bagus.
Menghias rumah baru dengan uangku sendiri.
Mempunyai meja kerja dan beberapa rak buku yang bagus.
Sering rada khilaf saat beli buku banyak, sampai total bisa habis 3 jutaan kali ya. Hiks hahaha. Tapi nggak sempat baca sampai tuntas. Tapi yakin akan menekuninya, karena mewajibkan diri menjadi penulis. Mau tidak mau, indie ga indie, buku harus terbit. Target sih ke penerbit mayor.
Kemampuan memasak semakin bagus
Sudah bisa mengendalikan rasa perih akan masa lalu, dengan menerima dan memaafkan dan menganggapnya bagian dari sejarah kehidupan. Yang masih bikin perih nanti dijadikan bahan tulisan saja. Masih menguntungkan.
Alhamdulillah sekeluarga semakin sehat wal afiat. Walau suami sempat kena positif beberapa hari. Sekarang sudah normal semua dan makin sehat.
Hubungan dengan suami dan anak-anak semakin membaik.
Keinginan hidup tenang, mengeliminasi hal-hal yang membuat tidak tenang hati, cukup membanggakan. Berani untuk mengatakan tidak dan pergi. Ini sebuah prestasi.
Lalu apa yang akan direncanakan untuk di masa depan?
Memperbaiki ketenangan dalam sholat dan ingin mulai tirakat puasa juga sebisanya
Ingin lebih telaten lagi menutup aurat untuk keluarga atau pas di area rumah
Sudah tidak gelisah lagi di acara keluarga, sudahlah, keep silent dan menerima saja apapun yang terjadi. Dan tidak perlu berperilaku berlebihan demi ingin menunjukkan sedang baik-baik saja. Sudah di posisi tidak perlu membuktikan apapun kepada siapapun lagi. Cukup.
Fokus banget ingin nirakati anak. Rasane dadi ibu jik rodok santai banget olehe tirakat. Tapi ya alon-alon.
Ingin banget MENULIS BUKU cetak dan diterbitkan oleh Penerbit Elexmedia Komputindo. Menulis buku tentang coding dan kelas digital. Bismillah.
Ingin juga menulis buku cerita anak dan novel living book untuk anak.
Memaki-maki, menyebut orang bodoh, merapal nama-nama binatang yang mewakili kata umpatan, kok bisa muncul di kolom komentar, status atau fitur pesan di media sosial?
Lebih tepatnya, kok bisa manusia setega itu, berkata kasar secara blak-blakan kepada orang lain. Di tempat umum. Di media sosial yang digunakan sejuta umat. Yang bisa saja dibaca oleh teman anaknya, teman suaminya, suaminya sendiri, ibunya, bapaknya, ibu gurunya, bapak gurunya atau bahkan tetangga.
Saya paling tidak habis pikir dengan orang-orang yang bisa seberani itu.
Bukan untuk mereka yang memang dibayar untuk berkata kasar. Saya heran jika ini dilakukan oleh pribadi perseorangan, dalam segala latar belakang profesinya. Baik itu laki-laki atau perempuan. Bapak-bapak maupun ibu-ibu.
"Habis nulis makian gitu, apa bisa tidur malam dengan tenang?"
Selalu itu yang terlintas di benak saya. Kenapa orang bisa sesantai itu menggerakkan jarinya untuk menulis kata yang jelas menyakitkan dirinya sendiri, jika orang melakukan hal yang sama.
Kenapa?
Ini sebuah pertanyaan dan ke-kepo-an yang sia-sia juga sepertinya. Karena, sedalam apapun hasil investigasi saya atas diri pribadi pelaku, biasanya tidak menemukan titik terang atau alasan kuat kenapa ini terjadi. Bisa saja hanya berupa hipotesis kecil saya pribadi dari data yang minim.
Ya, data yang minim. Karena data atas sifat dan latar belakang itu muncul juga didapat dari media sosial atau media berita digital (jika pelaku berkata kasar ini cukup terkenal atau mendadak viral).
Dan, sekali lagi, tampilan di media sosial itu tidak sepenuhnya benar. Yang bisa benar valid banget adalah ketemu langsung tatap muka, bertanya dan menanyakan langsung atau menyelidiki langsung di tempat kejadian. Macam detektif saja.
Gini, saya sedang tidak ingin membahas SEBAB.
Tapi, saya ingin berbagi pandangan tentang AKIBAT.
Apa akibatnya, jika kita mengumbar kata-kata kasar di media sosial?
Jadi viral?
Diserang netizen?
Malu?
Kena spam data pribadi tersebar?
Makin marah?
Dilaporkan ke pihak berwajib
Dipenjara?
Ada nggak yang berkata kasar lalu ujung-ujungnya masuk bui?
Ada gitu loh.
Ada kan?
Coba cari sendiri. Deretan nama pesohor negeri ini, entah artis, penyanyi, selebgram, orang biasa dan siapa saja yang tak bisa mengontrol jarinya menulis hal buruk di media sosial, terkena akibatnya.
Jika, contoh seperti ini sudah bertebaran di linimasa, kok ya masih berani mengumbar kata?
Kan lebih baik menahan diri.
Jika tak berkenan dengan komentar orang, hapus saja. Semakin tidak berkenan, block, remove, mute, unfriend, apalah pilih saja semua fitur yang sudah sukarela disediakan penyedia media sosial tersebut. Memang ada dan bisa dipilih.
Bukan bicara karma. Atau dampak psikologis. Saya tidak kompeten bicara di ranah itu.
Akan tetapi, life is mistery. Hidup ini misterius sekali. Apa yang terjadi di masa depan, sama sekali tidak bisa ditebak dan dikendalikan.
Bisa jadi, hari ini kita sangat bagus, sukses, berhasil, yakin benar dan patut dibanggakan sehingga macam boleh sesumbar apa saja.
Siapa tahu di masa depan, ada silap lidah. Ada kesalahan yang tak disengaja. Atau bahkan seseorang menguak masa lalu kita, atau bahkan kesalahan dari saudara kita, teman kita yang malah diputarbalikkan menjadi kesalahan kita?
Itu bisa saja terjadi.
Di dunia mudah sebar hasil tangkap layar dan rekam video ini, semua bisa terjadi.
Maka berhati-hatilah.
MEDIA SOSIAL adalah media untuk berSOSIALISASI.
Bukan jadi tempat untuk saling mencaci maki.
Sungguh rugi, waktu yang sedikit ini, hanya untuk menyimpan energi negatif dari satu dua kalimat orang.
Tahan diri. Pikirkan akibat jika lupa diri dan tidak bisa menahan emosi.
Betapa ngeri apa yang terjadi di dunia ini, jika kita asal saja berbuat. Apalagi, di akhirat nanti.
Gunakan media sosial untuk menambah ilmu, pendapatan dan teman.
Dengan mengalihkana fokus di ranah ini, Insya Allah, kita lebih terjaga dan bisa menjaga diri sendiri. Kasihan keluarga dan orang terdekat kita, jika masih sembarangan.