Suasana Coding Kids di Kelasku Digital |
"Aduh, anakku kecanduan game. Bisa hancur masa depannya nanti!"
Ekspresi putus asa dan greget ini biasanya diungkapkan orang tua ketika mereka merasa tidak bisa berbuat apapun untuk MENGHENTIKAN kegemaran anak-anaknya bermain game.
Saya sendiri pun mengalaminya. Dengan hadiah berupa 2 anak laki-laki yang gemar sekali main game, masa saya jadi mamah muda, harus mati-matian mencari cara untuk menghentikan anak main game tadi.
Wih kalimat ini panjang bener ya. Maaf. Sekarang pada tarik nafas deh.
Usaha saya yang bertahun-tahun itu, ga ada hasilnya. Anak saya tak bisa lepas dari game. Dan malah emosional, gampang ngamuk kalau ada masalah keciiil banget di rumah.
Saya nyaris menyerah, mau membiarkan saja anak berbuat sekehendak hatinya.
Dalam bahasa Spanyol bisa disebut, "Sak karepmu wis nak!!!"
Untunglah, ada sejumprit sel neuron di otak saya dan seimprit bisikan hati saya yang mengatakan, "bagaimana kalau nih bocah diarahkan untuk MEMBUAT GAME".
Dan lalu, bergerilyalah saya di jelajah mbah Google, mencari "tempat kursus game anak Surabaya murah meriah bahagia".
*google bete kali ada yang search dengan kata kunci sebanyak itu :)
*google bete kali ada yang search dengan kata kunci sebanyak itu :)
Dan hasilnya adalah...<<<<zonk>>>
Ada studio animasi, tapi ga nerima peserta anak kecil. Atau ada kursus komputer anak, tapi bayarnya harus satu paket yang nilainya jutaan rupiah.
Akhirnya, saya dan suami mencari cara yang paling bisa kami lakukan, yaitu:
1. Membelikan komputer
2. Memberi aturan bahwa:
A. Hanya boleh main game di komputer
B. Game harus tidak porno, sadis, horor
C. Dilarang main game di PS, Nitendo, dll
1. Membelikan komputer
2. Memberi aturan bahwa:
A. Hanya boleh main game di komputer
B. Game harus tidak porno, sadis, horor
C. Dilarang main game di PS, Nitendo, dll
Tujuan kami adalah agar setelah capek main game, anak bisa nguprek komputer itu untuk belajar hal lain. Minimal buka ms.words atau Paint.
Sekitar 9-10 tahun lalu, 2007, untuk mendapatkan game "berat" harus beli CD di THR (sekarang disebut Hi Tech Mall).
Untuk main game online, masih terbatas karena belum punya modem apalagi wifi.
Waktu berlalu, ternyata anak saya beneran nguprek komputer selain main game. Singkat cerita, si sulung memilih sekolah di SMK jurusan pemrograman, karena ingin jadi programmer.
Alhamdulillah strategi berhasil.
Saat ini, saya masih melihat masalah yang sama untuk anak-anak kecil terhadap game yang makin canggih dan menarik. Orang tua makin panik, tak tahu bagaimana membendung kehebatan anaknya memainkan gadget untuk gaming.
Dengan niat menjadi bagian dari solusi dan kebetulan bertemu dengan penggagas kursus game anak, maka saya membuka Kelasku Digital di Surabaya. Update informasi bisa dilihat di instagram @kelaskudigital
Dengan pengalaman yang sama, saya yakin program coding kids di Kelasku Digital ini, bisa jadi jalan anak-anak gamer mengasah kreatifitasnya. Dan tidak ada lagi kalimat pedas ortu yang panik ketika melihat anaknya bermain game. Melainkan ortu bisa seiring sejalan mengenal kemajuan teknologi bersama si buah hati.
Ayah, bunda, kini saatnya mengarahkan putra putri kita menjadi Pembuat Game, bukan hanya Pemain game. Semoga dari sana, mereka mulai tertarik dengan dunia pemrograman. Sehingga kelak mereka bisa menjadi TEKNOPRENEUR yang andal. Amin.
Ingin tahu detil kelasnya?
Chat langsung di bit.ly/infokelasku
Chat langsung di bit.ly/infokelasku