Saimdang, perempuan berbaju hijau di gambar di atas, adalah seorang anak gadis yang anggun, berpendidikan dari keluarga terpandang di era Joseon. Hobinya melukis membuatnya jatuh cinta kepada Lee Gyeom, lelaki di sebelahnya pada gambar di atas. Namun, takdir mengatakan dia bukan jodohnya.
Proses pernikahan mereka batal dikarenakan ayah Saimdang ingin menyelamatkan anak perempuannya itu dari kekejaman orang yang telah memfitnahnya dan keluarganya. Daripada anakku mati, lebih baik aku nikahkan dengan orang lain, seadanya orang, lelaki yang biasa saja, bodoh pun tak apa.
Kebetulan ada seorang lelaki muda yang pas banget dengan kriteria itu yang sedang tinggal menyewa di rumahnya, mendadak dia ditodong untuk menikah dengan Saimdang. Sementara si Lee disekap di sebuah gudang agar tidak datang dan batal menikah.
Tanpa tahu apa sebabnya, Lee berusaha merebut Saimdang dan membuatnya menjadi istrinya sesuai rencana awal. Namun Saimdang tidak bisa mengikutinya atau ikut lari bersama Lee, "Aku sudah tidur dengan suamiku, aku tidak bisa ikut denganmu Lee." kalimat itulah yang teringat di benak saya.
Teringat banget karena dua sejoli ini masih kecil-kecil alias ini pernikahan muda begitu. Dengan sosok suami Saimdang yang slebor dan pemalas, jadi saya ikutan gregetan gitu.
Cerita tentang drama Korea ini, anda bisa mengikutinya dari blog atau vlog orang lain. Di tulisan ini yang ingin saya garisbawahi adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh suami Saimdang, dan alasannya waktu dia ketahuan.
Pengkhianatan Suami Saimdang
Karena lahir dari keluarga terpandang dan mempunyai karakter halus, sopan, elegan juga pintar, Saimdang terus bersikap seperti itu apapun yang terjadi. Menjadi istri yang tunduk, menurut, diam, bersih, rapi dan menerima apapun kekurangan suaminya tanpa protes sepatah katapun. Ketika hatinya sakit dan sangat sakit paling dia hanya memegang dada kirinya sambil duduk terjatuh. Namun kemudian tetap bangkit untuk mencuci baju suaminya, menjahit, menyetrika sampai rapi dan menyiapkan makanannya untuk sarapan atau makan malam. Tak ada kata kotor, bentakan, amarah. Sama sekali halus, tenang, diam.
Saimdang selalu bersikap elegan dan baik secara sempurna. Kemiskinan tidak membuatnya jadi orang kasar. Sebaliknya, suaminya juga tetap sebagai lelaki yang seenaknya, mudah ditipu, malas. Bagaikan langit dan bumi.
Jika dinalar, seharusnya suami Saimdang adalah orang beruntung sedunia. Dan harusnya dia setia luar biasa dan tidak butuh perempuan lain atau orang lain atau apapun untuk membuatnya bahagia. Nyatanya dia berkhianat, berselingkuh dengan seorang perempuan rada berumur, pemilik kedai makanan dan minuman keras.
Si pemilik kedai ini orangnya ekspresif. Tidak menahan emosi. Ketika senang dan lucu dia akan tertawa terbahak-bahak. Ketika marah dia akan mengomel, memukul, dan membanting barang yang di depannya. Terbuka banget. Termasuk juga ceria dan mudah bergaul dengan yang lain. Tak terlalu pintar juga karena sering ditipu juga.
Bandingkan dengan Saimdang yang pandai luar biasa menahan emosinya dengan diam dan cantik.
Singkat cerita, Saimdang akhirnya melihat sendiri suaminya tidur di tempat wanita lain, si pemilik kedai. Disitulah akhirnya emosinya terbuka. Dia menangis dan marah, masih dengan elegan. Bertanya, kenapa suaminya masih saja selingkuh padahal dia sudah berusaha sebaik mungkin menjadi istri yang baik selama ini tanpa protes apapun. Walau sudah menerima susahnya akibat suaminya tertipu dan harus bekerja menghidupi dan membesarkan sendiri 4 orang anaknya.
Dan tahukah apa yang dikatakan oleh suami Saimdang?
"Dadaku sesak sekali menjadi suamimu. Kamu selalu baik dan sempurna. Selalu bersih dan rapi. Berbeda dengan aku yang jorok dan bodoh. Aku tidak bisa leluasa di depanmu. Tapi aku bisa tertawa bersama dia!" katanya menunjuk perempuan pemilik kedai.
Tentu saja, Saimdang kaget. Luar biasa sakit hatinya. Dia memegang dada kirinya dan tak bisa beranjak dari tempatnya berdiri.
Kok, ada Saimdang versi Indonesia kayaknya ya?
Jika melihat berita viral baru-baru ini. Tentang seorang ibu cantik, elegan, baik yang diusir oleh suaminya tanpa sebab pasti. Dan mungkin karena pengkhianatan pernikahan. Saya kok jadi ingat dengan karakter Saimdang.
Dari beberapa vlog, tertampilkan sosok ibu ini yang lugu, manis, ibarat anak gadis yang selalu ada di dalam pelukan ayah ibunya. Tak curiga apa-apa. Tak minta apa-apa. Tak ingin apa-apa. Rela dikhianati. Rela diperlakukan tidak adil. Asalkan dia bisa tampil elegan dan membuat semua orang melihatnya baik-baik saja.
Sementara pasangannya punya sifat sebaliknya. Dan akhirnya ibu cantik ini yang malah ditinggalkan. Padahal baik sempurna.
Apakah bosan? atau memang nggak bener aja si suami-suami ini?
Ada benarnya juga tentang anjuran jika menikah lebih baik sekufu'
Ini istilah dalam agama islam. Mudahnya sekufu' ini diartikan dengan sederajat. Sebaiknya laki-laki dan perempuan itu menikah dengan yang sederajat. Bukan semata derajat harta kekayaannya. Melainkan juga tingkat pendidikannya, karakternya. Yang kalau orang Jawa melihat itu sebagai kesetaraan antara bibit, bebet, bobot.
Ini tidak berlaku di semua orang, namun sedikit banyak mempengaruhi.
Lalu sebagai perempuan, kita sebaiknya bagaimana?
Yang penting adalah kita sebagai perempuan, harus punya satu pegangan agar bisa berdiri sendiri. Apapun itu bentuknya. Yang lebih baik adalah berupa keterampilan dan pendidikan. Dengan demikian, bisa siap untuk beradaptasi dan berjuang jika ada hal yang terjadi di luar dugaan.
Bukan untuk mengajak para istri memasang curiga dan waspada pada suami. Lalu memaksa membuat semua aset harta menjadi hak milik atas namanya. Ini semua tergantung kondisi dan kesepakatan masing-masing.
Namun, mengajak para perempuan siap dengan perpisahan, terutama dalam pernikahan.
Bahwa memang benar, suami dan istri itu pasti akan berpisah. Kalau nggak gara-gara manusia lainnya ya karena sudah takdir dari Tuhan.
Kita tidak bisa mengendalikan masa lalu dan masa depan. Namun kita bisa mengelola masa kini, menjadi manusia yang lebih memilih hanya bergantung pada Tuhan. Tak begitu risau dengan tingkah polah manusia, yang bisa saja terbolak-balik hatinya.
Dan bagi saya pribadi, menjadi baik, manis, menurut dan lugu itu sudah tidak jaman. Perempuan harus juga detil, waspada dan minimal tidak direndahkan oleh yang namanya pengkhianatan dan penipuan. Apalagi yang ditutupi dengan sikap manis dan enteng lidah menyebut firman dan ayat-ayat Tuhan. Hari gini, perempuan harus makin mempercayai diri sendiri dan hati nuraninya. Betul, bukan?
Sekilas adegan dan teaser drama ini bisa dilihat berikut: