Tampilkan postingan dengan label digital parenting. Tampilkan semua postingan

Tiny Planets Film Bagus Untuk Anak Usia Dini

Tidak ada komentar


Waktu anak sulungku lahir, hampir 19 tahun yang lalu, dia suka menonton film ini. Kami menyebutnya film Bing Bong. 



Dan waktu kucoba mencari lagi di Youtube, eh ternyata ada channel resmi dari produsennya. Ini pakai bahasa aslinya, bahasa Inggris. Kalau dulu anakku menyimak di televisi sudah di-dubbing dengan bahasa Indonesia. 

Coba lihat deh. Pasti anaknya suka. 

Nah, kalau memilih film untuk anak usia dini, hati-hati ya. 

Pilih yang ritmenya pelan saja. Jangan yang cepet berganti adegan atau animasi gerakan. Nanti berakibat anaknya susah untuk fokus dan konsentrasi. 

Baik silahkan menikmati. 

Baby Bee Sahabat Belajar Anak Meluncurkan Flap Book dan Animasi Lagu

Tidak ada komentar

 Baby Bee Seri Lift the Flap Book Populer. Pada usia 1-6 tahun kemampuan motorik kasar, kemampuan komunikasi, dan keinginan untuk melakukan sesuatu sendiri akan meningkat pesat. Seri Lift the Flap Book ini membantu orang tua dalam menumbuhkan kemandirian dan kebiasaan hidup baik pada anak. 

Coba perhatikan jika anak diajak membaca buku berjudul Mengapa Aku Sikat Gigi? di bawah ini:



Menjaga kesehatan gigi sangat besar dampaknya terhadap tumbuh kembang anak. Gigi dan mulut yang tidak terawat akan memicu timbulnya masalah kesehatan. Tidak hanya perkembangan fisik, masalah pada gusi dan gigi juga dapat mempengaruhi penampilan.

Penting untuk mengajari dan memperkenalkan pentingnya sikat gigi pada anak sejak dini. Ayah dan ibu serta ibu guru bisa menggunakan Lift the Flap Book “Mengapa aku sikat gigi?” sebagai media pembelajaran yang menarik.

Mengapa Flap Book menarik?
Karena ada interaktif atau keaktifan antara anak dengan buku, atau anak dengan orang tua dan pendamping yang mengajak membaca. 

Sambil membuka halaman demi halaman, anak diajak atau membuka sendiri bagian kertas yang menutupi gambar. Lalu mereka tahu apa yang tersembunyi di dalamnya. 

Interaksi aktif ini juga bagus sebagai pembangkit motivasi anak untuk membaca sambil bermain. Sekaligus menerima pengetahuan yang berguna bagi mereka. 


Langkah selanjutnya setelah membaca buku tentang Sikat Gigi ini, orang tua perlu mengajak anak untuk mempraktekkannya. Setelah makan makanan manis, atau ketika mandi dan sebelum tidur sebaiknya anak diajak untuk rutin sikat gigi. 

Supaya kegiatan itu menarik, ajak anak untuk bernyanyi atau berjoget bersama sambil mendengarkan lagu anak-anak yang juga disediakan di Kanal YouTube Baby Bee. Simak video di bawah ini:


BABY BEE SAHABAT ANAK

Baby Bee adalah platform pendidikan anak usia dini. Yang hadir untuk membantu orang tua dalam proses belajar bersama anaknya. 

Menyasar anak usia 0-6 tahun, Baby Bee sudah menyediakan Kanal YouTube yang berisikan banyak lagu anak-anak dengan animasi yang lucu dan menggemaskan. Dan baru-baru ini juga meluncurkan Flap Book bertema Anak Mandiri. 

Ke depannya, Baby Bee juga akan menyediakan berbagai media belajar yang tentu saja disukai oleh anak-anak dan sangat membantu orang tua dan guru pendamping anak usia dini. 

Baby Bee memberikan media belajar berkualitas tinggi. Seperti halnya Flap Book yang siap diluncurkan ke publik ini, dicetak dengan buku tebal berkualitas dan aman untuk anak. Ujung buku dibuat tumpul dan tidak tajam runcing yang bisa melukai anak-anak. 



Ilustrasi gambar yang disajikan juga cerah, unik, lucu dan mudah dipahami oleh anak-anak. Bagian "Flap" bisa dibuka dengan mudah oleh anak-anak. 


Kualitas bukunya dijamin awet dan bisa menjadi investasi berharga untuk proses belajar anak-anak kita di rumah, bisa digunakan sampai beberapa tahun. Untuk adiknya, dibaca bareng kakaknya, nenek, kakek dan anggota keluarga lainnya dengan menyenangkan. 


Baby Bee juga aktif di media sosial, salah satunya di instagram.
 Beberapa informasi terbaru atau video isi Flap Book, juga disajikan seperti ini:


Untuk orang tua yang baru punya anak berusia dini, 0-6 tahun, BABY BEE bisa menjadi SAHABAT BELAJAR ANAK anda. Follow instagram official @babybeeid untuk informasi cepat dan update. 

 

Mengajari Anak Yang Tidak Suka Matematika

Tidak ada komentar

Ini buku ringkasan karya bu Rini, target segera dibeli jika sudah terbit. 



Hari Sabtu , 27 Desember 2020, malam minggu, jam 20.00 WIB. Di kamar. [terpaksa] mengajari anakku lagi tentang matematika.

Sebenarnya udah enggan megang buku ginian. Tapi kepaksa kudu ngajarin anak sendiri.

Lah tiap buka soal, kepikirannya, "misalkan soal ini dibikin di scratch bakal gimana ya ngodingnya?" 

Kalau ada yang nanya, "kok masih ingat bu, sama matematika? Padahal kerjanya atau apanya kan ga di bidang itu?"Ya saya masih ingat. Karena sejak jaman SD, suka math, tapi milihnya kuliah Kimia. Gajelasss 



Btw buku-buku ini, saya beli di bu yang sudah mengajarkan Fisika, Kimia, Matematika sejak kuliah di ITB (sekitar 30 tahun lamanya sampai saat ini).Kelihatan banget dah expert, urutan materinya runtuut.


Tadi buka buku ini lagi (setelah sekian lama disimpen di box plastik)....Fast reading untuk satu kasus soal UN. Trus tarik mundur ke Ringkasan Materi.

Nemu rumus dan bahasan yang enak dan mudah dimengerti. "Loh dek, ini ada rumusnya ya. Jaman mama ga ada eh. Keren ya bukunya bu Rini."Gitu kata saya. Tak mudah mengajarkan ilmu basic lagi, terutama ke anak saya ya ga terlalu minat ke matematika.

Mbanding-bandingkan anak dengan saya yang jaman muda dulu, yang sukacita bahagia gembira ria kalau disuruh ngerjain math, kalkulus, mavek, sejak SD sampai kuliah, ya bisa bentrok sama anak jadinya. Perang di meja belajar. Makin bete si anak sama matematika. Saya pun udah sempat jenuh banget, males banget megang lagi buku pelajaran MIPA. Tapi setelah banyak ngamati, anak saya ini butuh banget bantuan ibunya. Jadi ya wis ngalah. Melu sinau maneh :))

Eh ini tadi, buka lagi buku-bukunya bu Rini, yang saya beli sejak si anak sulung masih SMP, eh enak nih buku. Ga ruwet. Sangat membantu untuk Recall memori tentang matematika dengan lebih cepat dari yang saya duga.

Mood juga naik. Eh iya ya gini rumusnya. Oiya begini maksudnya.

Sekarang anak kedua saya masih kelas 8. Namun saya udah pesan juga Ringkasan Math, Fisika dan UN untuk SMA yang sedang ditulis bu Rini juga. Sekalian nyetok. Kalau ngajarin anak Math dan Kimia, insya Allah masih bisalah dipanggil kembali memori belajarnya.

Kalau Fisika, udahlah ampun. Ga mudeng. Dulu modal ngerjain ratusan soal jadi lolos. Untung bapaknya anak-anak, orang teknik, yang demen Fisika. Jadi aman. Ya begitulah. Saya kembali megang buku ini lagi. Sambil menerapkan konsep melatih anak saya untuk LHTL (Learning How To Learn), atau Belajar Cara Belajar.

Anak saya suka menggambar. Ga suka baca. Ga suka angka juga. Udah umur 14 tahun juga. We'll see, apakah trik ngajarin dia nanti berhasil di rumah. Bukan untuk memaksa suka math kayak ibunya. Tapi mengajarinya Learning Skill, membiasakannya untuk belajar, dan tahu cara belajar yang paling pas buat dirinya sendiri.

Saya mulainnya dengan ngobrol dulu panjang lebar dengan si anak. Walau dia nyebutnya, "mama ngasih siraman kalbu", Trus bikin kesepakatan, Belajar sehari satu soal aja. (Dulu SD, dikasih 5 soal udah nangis dia)

Tiap ngerjain pakai trik Jalan Mundur. 

1. Buka soal dulu. 

2. Baca soal. 

3. Pahami soal. 

4. Mengerti pertanyaan.

5. Mengungkapkan cara menjawab dengan kata-kata saja dulu. Kira-kira mmembayangkannya gimana. Karena dia suka nggambar, saya minta membayangkan soalnya jadi gambar. Maunya langsung saya suruh menuliskan format menjawab soal math. Seperti sakleknya saya dulu ngajarin kakaknya. Tapi nih adek, beda banget karakternya. Jadi, saya pilih langsung bantu. Dia jawab dengan kata-kata. Saya bantu nulis bahasa matematikanya.

6. Wajib menulis ulang Rumus. Biar nancep di sel neuronnya.7. Ngerjain soal8. Sambil latihan mbenerin skill ngitungnya.

Apa anak saya langsung senang?

Tiap 10 menit, dia ambil nafas panjang .

Tapi saya ga mau jadi baper atau emosi. "Santai dek. Santai. Ini gampang kok. Kamu aja ga kebiasaan. Besok-besok makin biasa, ya jadi bisa. Gampang."Demikian catatan ngajari anak belajar di rumah. Kita di kapal yang sama kok ibu-ibu Bu Heni, sabar banget ngajarnya?Iya sekarang. Dulu ya jadi Guru Killer banget saya ke anak-anak. Ampun dah. Ampun bener. Jangan dicontoh. Tapi ya proses. Makin umur. Makin ada pengalaman ini itu. Makin dekat ke anak. Antar anggota keluarga juga makin terbuka. Jadi ringan gitu. Ga gampang spanneng. Jadi ngefek juga bisa ngajarin anak lebih legowo dan sabar aja mengikuti flow laju belajar anak. 


Hari pertama dan kedua, proses belajar bareng saya ini kurang berhasil. Suasana ga nyaman. Anak merasa tertekan. Saya memintanya masuk di kamar saya, dan buku-buku ringkasan matematika yang tebal itu ada di kasur juga. Sepertinya bikin anak saya sesak nafas alias tertekan. Dia kan nggak suka buku dan baca buku, apalagi tebal. 

Lalu saya memikirkan trik lain bagaimana. 
Dan akhirnya menemukan yang cocok. 

Sebuah papan kecil saya tempelkan di tembok luar kamar anak saya. 

Setiap hari saya menuliskan SATU RUMUS baru. Dan Soal latihan. Dengan spidol hitam biasa. 

Anak saya akan mengerjakan soal itu kapan saja jika dia lewat dan sempat. 

Jika benar saya ganti baru. Jika jawaban salah, saya panggil anak saya dan saya terangkan dengan singkat. Paling lama 10 menit. 

Sepertinya ini berhasil. 



Idul Fitri di Tengah Pandemi

Tidak ada komentar
Baru kali ini dalam sejarah, kami menjalani puasa dan hari Raya, 100% di rumah saja. 

Singkat cerita, ini karena masih di masa wabah virus Corona, tepatnya virus Covid-19 yang sudah dinyatakan sebagai pandemi berskala dunia. 

Untuk kami sekeluarga ini, saya - suami dan dua anak - sudah sukarela me-lockdown diri sendiri di rumah, sejak ada berita kasus posittif pertama terjadi di Jakarta. 

Belum ada gonjang-ganjing harus Karantina Mandiri, Isolasi Wilayah ataupun PSBB dari pemerintah, kami sudah tahu bahwa membatasi diri itu penting. Benar-benar membatasi diri tidak keluar rumah jika tidak penting-penting banget. 

Untunglah, alhamdulillah, suami saya bisa total bekerja dari rumah saja. Tidak perlu ke kantor sama sekali. Anak sulung juga baru saja lulus SMK dari Jombang dan baru saja kami jemput balik ke Surabaya. Kira-kira seminggu kemudian sudah ada berita virus ini masuk Indonesia. Syukurlah, urusan ujian nasional dan lain sebagainya untuk SMK ini udah beres. Mereka adalah satu-satunya yang mengalami ujian nasional terakhir di tahun 2019. Karena untuk SMA, SMP dan SD kemudian diputuskan tidak ada ujian nasional. Murid-murid diberikan pelajaran dan tugas secara online. Dan langsung dinyatakan lulus sekolah. 

Netijen menyebut mereka = GENERASI CORONA :)

Saya pun sempat membuat status di instagram untuk pamit mundur dulu dari belantikan persilatan :). Maksudnya, saya batasi diri ada di kegiatan offline atau tatap muka. Dan hanya mau bekerja secara online. Eh ternyata tak seberapa lama kemudian, Corona masuk ke Indonesia. Kok ya pas ya momentumnya? 
Jadinya kan saya beneran 100% di rumah dan bekerja secara online saja. *sebuah curhatan yang dikabulkan. 



Menjalani puasa di rumah saja, sih nggak terlalu berat buat kami. Maksudnya, nggak akan baper karena nggak bisa ikutan bukber. 

Lah, suami, anak-anak dan saya juga itu kurang sreg dengan budaya bukber. Menurut kami ini paling bikin salah tingkah. Mau buka puasa sampai ke sholat maghrib dan terawih, biasanya waktunya tidak nyaman. Apalagi bukber di luar rumah, kudu antri di toilet, wudhu atau sholatnya juga. Ah repot. 



Full 30 hari berpuasa di rumah saja, alhamdulillah bisa kami jalani dengan baik. Tidak ada seharipun kami krinan atau kesiangan tidak sahur. Bangga juga saya :)

Anak, suami dan saya juga sehat walafiat. Padahal biasanya di masa ramadhan gitu pasti ada aja sela-sela yang kena flu, batuk atau pilek. Atau maag saya kumat. Tapi kali ini, semua aman. 



Tahun lalu, 2019, bisa disebut ramadhan terberat bagi kami sekeluarga. Saya masih di akademi, yang berangkat siang bolong dan pulang saat maghrib. Kebayang proses masak untuk takjil atau buka puasa gimana? Duh, beratnya. 

Tahun ini, 2020, hampir 100% saya masak sendiri. Bahkan saya sempat bikin roti sobek, pizza, dan masakan lainnya sendiri di rumah. Demi sehat dan mencegah penularan virus, itu tujuannya. 

Sekitar dua minggu sekali, saya dan suami belanja keperluan bahan masakan di Giant atau Sakinah Mart dekat rumah. Daripada beli makanan siap antar, yang entah nanti bisa kena percikan droplet atau nggak. Kami memilih stok frozen food aneka bentuk. Jadi siap goreng aja gitu. Baik untuk takjil ataupun lauk buka dan sahur. Sampai-sampai saya dah bosen luar biasa dengan rasanya. Yang lama-lama kayak sama aja semua...huuuu.

Dan saya udah muak membaca tulisan frozen food. Udah parah bangeet.

Sesekali saya belanja bahan mentah seperti sayur, tahu dan tempe di bakul wlijo dekat rumah. Yang buka hanya pagi aja. Itu pun ga tiap hari. Sekali belanja untuk 3 hari - 1 minggu. Jadi milih sayur yang awet. 

Sholat terawih dan sholat wajib lainnya bisa berjamaah setiap hari di rumah. Berempat. Full 30 hari. Semoga bisa jadi kebiasaan selanjutnya. 

Tidak terasa, sampai juga di hari terakhir bulan puasa tahun 2020 istimewa ini. 
Tentu masih ada gonjang-ganjing dan teman atau tetangga yang heran dengan sikap kami yang keras banget dalam mengkarantina diri sendiri di rumah. Tapi itu tak mengapa, kami terima saja dengan lapang dada.

Bahkan ketika sholat Idul Fitri pun, kami memilih di rumah saja. Padahal di perumahan mengadakan sholat bareng dan sarapan pagi bareng. 

Semoga mereka juga lama-lama paham dengan pilihan kami ini. 

Sengaja saya memasang kamera HP menyala ketika sholat Idul Fitri tahun ini. Karena bisa jadi hal paling bersejarah dalam keluarga kami. Pertama kalinya, suami menjadi Imam Sholat Hari Raya dan Khotib.

Dari kemarin saya udah wanti-wanti ke anak-anak. Dilarang ketawa pas bapak ceramah hari raya. Eh malah saya yang nahan ngikik sampai batuk-batuk hahaha. Padahal pak suami udah senewen aja dari kemarin, mulai nyiapin bahan ceramah sampai tadi berdiri depan kami serasa di mimbar. 

Selesai sholat, anak-anak baru tahu kalau proses sholatnya direkam. Tapi ya karena demi candid, yang banyak kelihatan sisi saya dan suami doang. Takut ketahuan sejak awal, karena anak keduaku itu anti kamera. Bisa ngamuk dan ngambek nggak sholat kalau ketahuan direkam. 

Candid lanjut lagi, tapi dah sukarela. Yaitu ketika sungkem-sungkeman  minta maaf.
Seperti tahun sebelumnya juga saya biasanya bikin suasana jadi ketawa-ketiwi aja. Kalau nggak itu nanti jadi nangis dan mewek sesenggukan. Ah nggak asik banget. 

Jadi sengaja pas salim minta maaf ke suami, saya selipkan permohonan. 
"Pak, minta maaf kesalahanku ya pak..THR nanti ditransfer lagi yaa"

Hahaha, gitu doi juga njawab aja. "Insya Allah", gitu katanya wkk.

Anak sulung di belakangku nyengir doang lihat kelakuan emaknya. 

Ya begitulah, sebisa mungkin saya bikin suasana di rumah ini santai dan biasa-biasa saja. Walau tentang karantina kami terapkan sangat ketat dan tidak ngawur dengan protokol Covid-19 untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran. 

Di luar itu, demi menjaga suasana hati tenang dan tidak panik, saya selipkan berbagai canda tawa di rumah. Gitulah tugas ibu-ibu ya :)

Ya sudah. Kami terapkan untuk tidak banyak mengeluh. Dan menerima saja apa yang sedang terjadi. Dengan tetap terus kreatif dan berpikir bagaimana untuk bisa aktif produktif dan bermanfaat walau dari rumah saja. 

Yang penting semua sehat, dan Gusti Allah SWT sayang, apapun kami terima menjalani walau masih harus di rumah saja. Semoga kebaikan dan yang terbaik akan tercapai di masa depan. 

Ketika Anak-Anakku Opname Karena Sakit Demam Berdarah di Waktu Kecil

Tidak ada komentar

Gambar ini sebenarnya diambil tahun 2013. Menjadi draft dan baru saya buka ulang sekarang, 7 tahun kemudian, tahun 2020.

Ini foto anak kedua saya, yang usianya sekitar 5-6 tahun waktu itu, dan diopname karena demam berdarah.

Ini adalah opname berturut-turut dari ketiga anggota keluarga saya di tahun 2013.
Pertama bapaknya anak-anak opname sakit typhus.
Lalu anak pertama, yang sekitar kelas 4 SD kena demam berdarah.
Lanjut adiknya ini kena demam berdarah juga. Sepertinya digigit nyamuk yang pernah nggigit kakaknya ini ya.

Postingan ini ketemu, ketika ada teman blogger yang mengatakan anak bungsunya yang masih kecil, sekarang terkena demam berdarah dan harus diopname.

Saya langsung ingat dua artikel yang pernah saya tulis tentang ini, siapa tahu jadi wawasan  buat teman-teman:
1. https://heniprasetyorini.blogspot.com/2013/04/anak-sulungku-terkena-demam-berdarah.html
2. https://heniprasetyorini.blogspot.com/2013/04/kisah-anakku-ketika-terserang-demam.html

Untuk cerita adiknya ini, sepertinya saya masih ingat persis.

Jadi waktu itu pulang sekolah gitu. Si adek ini masih berdiri lemas di bagian depan sepeda motor matic. Dia kan berdiri setengah duduk gitu. Kepalanya terkulai lemas di atas stand sepeda motor.

Dia lemas tidak berdaya dan tidak mau bergerak turun. Saya yang menjemputnya sekolah waktu itu.  Langsung berteriaklah saya memanggil suami di rumah, hmm..jadi ini kayaknya hari Sabtu karena suami libur kerja.

Saya teriak, "pak ini anakmu kok lemes banget katanya. Tolong digendong ke dalam."

Setelah nih bocah masuk rumah, karena udah waspada si kakak opname kemarin, langsung saya cek suhu tubuhnya dengan termometer dan seingat saya lumayan hangat gitu, mungkin 37-38 derajat Celcius. Dan saya periksa kulit tangan, kaki, perut, saya mencari bercak warna merah yang ternyata tidak ketemu.

Saya tekan paha anak itu dengan ujung jari, sambil bertanya, "sakit dek?"
Dia mengangguk.

"Badanmu capek semua ta?"lanjut saya.
Dia pun mengangguk. Bener-bener lemes ga ada tenaga.

Waduh curiga nih. Karena tanda-tanda demam berdarah juga badan linu semua, dan ketika persendian tulang ditekan, mereka sakit rasanya. Pegel gitu. *pengalaman menangani si kakak.

Perkara suhu tubuh sekarang ga demam, bukan jadi ukuran lagi. Karena ketika opname saya dapat penjelasan dan cerita teman sekamar, anaknya sakit tanpa gejala demam tinggi atau demam turun naik dan tanpa ada bercak merah di kulit.

Saya mengatakan ke suami, harus siaga jika ini beneran kena demam berdarah. Namun kami harus menunggu 3 hari dulu biar bisa terlihat hasilnya jika ingin nih anak dicek darah.

Seingat saya, malamnya nih anak mulai demam tinggi. Lalu terus demam gitu walaupun sudah dikasih obat penurun panas yang selalu saya sediakan di rumah jaman anak-anak masih bocah.

Dan di hari ketiga, udah nggak pakai babibu lagi, kami langsung ke rumah sakit dan cek darah. Namanya nih anak nggak tahan sakit, udahlah ambil darah dramanya heboh macam drama Korea. Teriak-teriak gitu sampai suster pada bingung.

Hasilnya positif demam berdarah. Baik, opname yang ketiga harus saya jalani lagi sebagai suster di rumah sakit ini.

Dibandingkan merawat si kakak, tentu ini bocah rada repot juga. Seingatku bulan puasa juga waktu itu. Tapi saya sedang datang bulan, jadi kebenaran ga puasa njaga bocah ga susah amatlah.

Si kakak dititipkan ke neneknya. Adik kandung saya rutin mengirimkan makanan untuk buka puasa sekaligus sahur. Makasih banget ya. Dan suami saya yang harusnya enak tidur di rumah, milih tidur di rumah sakit dan sahur di situ juga. Baru paginya pulang ke rumah untuk mandi dan berangkat ke kantor sambil mampir dulu bawain baju bersih untuk saya dan si adek ini.

Prosedur sakit demam berdarah yang opname ya standar. Diambil darah dan tes darah setiap hari. Minum obat dengan jadwal tertentu. Harus banyak minum yang efeknya banyak pipis juga. Jadi saya bolak-balik siaga pispot. Karena kalau ke kamar mandi dengan tangan diinfus kan repot.

Tapi ini anak ketika menjelang pulang, tidak ada reaksi telapak kaki gatal hebat di malam hari seperti kakaknya. Biasa saja.
Cuma rewelnya minta mainan, minta dijenguk kakaknya gitu padahal kan bulan puasa.

Udah dibawain puzzle, laptop netbook mini punya saya juga karena ada free wifi di kamar. Nonton film kartun Disney juga sepuasnya. Alhamdulillah ada fasilitas asuransi dari kantor suami, bisa dapat rumah sakit bagus. Walau nggak disediakan makanan untuk saya, penunggunya :)


pokoknya dibawa happy gitu prinsip saya jadi "suster" anak gini deh 


Saya ingat lagi, di tahun 2013 ini, kejadian opname berturut-turut itu ketika saya berencana mau kuliah lagi S2.

Jadi sudah daftar kuliah dan bayar sekitar 4 juta rupiah gitu. Udah menyerahkan berkas lengkap. Tinggal menunggu pengumuman diterima dan registrasi.

Tapi nih 3 laki-laki di rumah kok pada gantian opname. Jadi saya senewen sendiri dan merasa bersalah. Mbatin gitu, apa karena saya lalai ya? apa artinya ini nggak boleh kuliah lagi ya?

Sambil merawat mereka, sambil mikir juga, diteruskan apa nggak rencana kuliahnya?
Kalau berhenti, kok sayang duit 4 juta melayang. Diteruskan apa ya sanggup?

Ya begitulah ibu-ibu.
Tapi akhirnya, rencana kuliah lanjut. Walau ada juga  drama sakit-sakit gini di antara mereka bertiga. Alhamdulillah bisa lulus tepat waktu dan cum laude juga.

Ending cerita nggak nyambung sih ya, cuma ngasih semangat aja ke sesama ibu-ibu, siapa tahu ada yang sedang mengalami :)

Asal kita sendiri sehat, tetep sehat, jaga tetap sehat, maka tugas mendadak ajaib semacam merawat keluarga begini, pasti bisa kita lewati sambil melanjutkan langkah untuk bisa maju ke depan.

Sulit sih. Banget malah. Tapi ga juga harus berhenti.

Oke gitu sharing saya, semoga ada gambaran tentang suasana saat anak demam berdarah dan harus opname ya. Sekarang obat dan suplemen jauh lebih banyak dan canggih. Ortu juga bisa order food delivery, ga akan kelaparan dan bingung macam saya 7 tahun lalu itu.

Semangat. Salam sehat. Salam untuk keluarga :)

Ide Membuat Podcast Dongeng Bersama Anak di Rumah

1 komentar
Podcast adalah cara untuk menampilkan rekaman suara yang bisa digunakan oleh siapa saja. Salah satu platform membuat podcast yang biasa digunakan adalah ANCHOR FM. 

Anchor FM bisa diakses di website www.anchor.fm.
Kita bisa membuat podcast di mana saja. Baik dari laptop/komputer langsung dengan membuka website anchor.fm. 

Atau kita mengunduh dan menginstall dulu aplikasi mobile Anchor.fm yang tersedia di Apple Store dan Google Play Store. 

Tidak perlu keahlian khusus untuk menggunakan platform podcast ini. Sedikit waktu mengutak-atik dan menekan button serta menu navigasi yang ada, akan membuat anda menemukan cara untuk merekam suara, menambahkan selipan suara untuk jeda dan mempublikasikannya.

Podcast  kitandi anchor.fm,  beberapa menit kemudian otomatis masuk ke platform lain yaitu Spotify. 


podcast dongeng asal muasal kantung tupai
credit: dongengceritarakyat.com

Kebetulan kita banyak waktu di rumah untuk menghindari penyebaran virus COVID-19, orang tua dan anak bisa membuat podcast bersama nih.

Bisa membuat dongeng sendiri lalu direkam bersama. Atau membacakan dongeng yang sudah ada di buku di rumah. Atau membaca dongeng dari beberapa website yang tersedia.

Salah satunya, podcast ASAL MULA KANTUNG TUPAI ini saya bacakan dari website https://dongengceritarakyat.com/dongeng-amerika-serikat-asal-usul-kantung-tupai/

Silahkan di simak podcast berikut ini (langsung klik tombol PLAY):

Anak Gamer Jadi Santri Programmer

9 komentar

Game. Gamer. You Tuber dan segala sebutan lain yang kesannya hanya main-main itu, sering menjadi momok bagi orang tua. Di segmen Millenial Motherhood kali ini, saya ingin berbagi cerita. Juga berbagi pengalaman, bahwa hal yang dianggap momok itu sebenarnya saya anggap momok juga. Wajar. Namun, saya tidak memilih jalur melenyapkan momok, melainkan cara lain.

Sebelum melanjutkan tulisan, saya sampaikan semacam disclaimer. Mungkin nanti yang saya tulis akan jauh berbeda dengan prinsip yang anda anut atau yang anda terapkan dalam keluarga anda sendiri. Untuk menghindari polemik dan segala bentuk medsos-war yang mungkin terjadi, maka saya mengajak masing-masing dari kita berlapang dada terhadap perbedaan.

Jika paparan saya nanti ini baik, silahkan diambil. Jika tidak, harus anda tinggalkan. Oke, sepakat ya :)

Anak saya gamer? iya.
Anak saya kecanduan game? bisa iya, bisa juga tidak.

Singkat cerita, saya punya dua anak laki-laki. Keduanya sudah menjelang remaja. Untuk tulisan kali ini, saya angkat cerita tentang anak pertama saya. Panggil saja dia, Maldoz. Itu nickname yang dia buat sendiri untuk profilnya di dunia maya.

Waktu umur 3 tahun, tanpa diajari siapapun, dan hanya dengan mengamati, Maldoz ini bisa mengganti screen saver layar komputer. Itu sekitar 11 tahun yang lalu. Sejak saat itu kecintaan bermain game, atau mengerjakan apapun di depan layar komputer mulai nampak.


Bakatnya pun mulai terasah dengan sendirinya. Dan semuanya itu berasal dari kegemarannya bermain game. Sudah beragam cara saya dan suami mengusahakan agar anak ini berhenti sama sekali bermain game. Bahkan berhenti sama sekali menggunakan komputer.

Sebenarnya mustahil bisa berhasil, karena saya dan suami bekerjanya menggunakan gadget, baik itu komputer maupun smartphone.

Untuk meminimalisir efek negatif, kami sepakat hanya menyediakan komputer atau laptop untuk bermain game. Tidak akan ada PS atau Nitendo di dalam rumah kami. Juga aturan jenis game yang dimainkan serta waktu bermainnya, semua kami bicarakan bersama anak.

Hidden agenda dari aturan ini adalah siapa tau berangkat dari suka main game, nih anak akan tertarik melakukan hal lain di komputer. Misalnya menggambar atau menulis. Sesederhana itu.

Selain memberikan aturan itu, saya pribadi, sebagai ibunya anak-anak, berusaha keras untuk masuk ke dalam hati anak. Dengan segala cara saya ajak mereka ngobrol, bicara, curhat tentang apapun. Tidak hanya tentang keinginan saya melarang mereka main game. Ngobrol ngalor ngidul lah pokoknya.


Setelah antara ibu dan anak sudah KLIK dan saling percaya, barulah pelan-pelan saya masukkan "doktrin" kepada anak-anak saya. "Doktrin" itu adalah:
 percuma jika cuma jago main game. Kalian juga harus jago bikin game.
Dari sini, saya mulai tekankan pentingnya menjadi KREATOR daripada sekadar menjadi PENGGUNA.

Mulailah hati anak saya tergerak. Agar antara saya dan dia tetep nyambung, kami harus satu bahasa. yang dia tahu, saya harus tahu, begitupun sebaliknya. Maka ketika membeli 2 buku tentang gamer, saya pun membaca bareng anak saya.


Buku itu adalah:
  1. Gamers Juga Bisa Sukses
  2. Awas Anak Kecanduan Games

Waktu itu, si Maldoz masih sekitar kelas 3 SD, namun sudah saya minta baca buku "seberat" itu. Buku motivasi dan buku parenting.

Hal kedua yang saya lakukan adalah gerilya dengan blusukan ke dunia para pembuat game. Maksud hati sebenarnya ingin bertanya dan melihat langsung tentang dunia gamer itu sebenarnya seperti gimana sih?

Bahkan sampai saya ikutan BEKRAF DEVELOPER DAY yang diselenggarakan di Surabaya beberapa waktu lalu itu. Lalu bersama anak sulung saya, si Maldoz ini join ke kelas Game Developer, kelasnya pembuat game.



Maldoz ini sama sekali tidak bisa lepas dari game satu hari pun. Jika listrik mati atau internet wifi mati, dia akan beralih melakukan hal lain asal di depan komputer, laptop atau ponsel. Bisa dibilang sama sekali tidak bisa lepas dari layar.

Apakah saya dan suami tidak cemas?
Jawabannya SANGAT CEMAS. 

Prestasi sekolahnya, cukup mencengangkan dengan ritme seperti dia. Pernah juara satu paralel. Hampir selalu juara kelas atau masuk the best 5 sampai the best 10. Padahal kalau sudah sampai rumah, tidak mau lagi mengulang pelajaran. Dia berkomitmen untuk serius belajar di kelas dan di sekolah. Kalau di rumah, khusus untuk game dan hal lain.

Hal lain yang bisa dipelajari Maldoz secara otodidak juga tak kalah mencengangkan saya dan suami. Dia bisa desain grafis, video editing, membuat logo, animasi. Juga berkolaborasi dengan desainer grafis dari luar negeri melalui deviant art dan email. Amazing.

Antara ketergantungannya terhadap layar serta prestasi akademisnya berbanding lurus. Kami sering mati kutu dan tidak tahu harus bagaimana lagi mengendalikannya. Hal yang mencemaskan adalah Maldoz semakin meninggalkan kehidupan sosial di luar aktivitas sekolah. Di rumah, di lingkungan perumahan, dia sama sekali tidak mau lagi berbaur. Bahkan untuk urusan keluarga besar, baginya tak penting lagi. Masih lebih penting berkolaborasi main game dengan teman lainnya.

Karena kecemasan ini dan kewalahan inilah maka saya dan suami mempertimbangkan anak saya untuk masuk pondok pesantren. Dan alhamdulillah wa syukurillah, kami sekaligus dipertemukan dengan ponpes yang menyediakan sekolah pemrograman untuk jenjang SMA.

Sekolah itu adalah SMK Telkom Darul Ulum yang ada di bawah naungan Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang.

Beberapa saat menjelang Ujian Nasional kelas 9 SMP inilah kami baru mendapatkan informasi adanya sekolah tersebut. Tanpa menunggu lama, kami pun melakukan obrolan yang sangat intensif dengan Maldoz, anak sulung kami itu.

Kami bicarakan panjang lebar tentang kecemasan kami. Tentang besarnya potensi minat bakat dan kecerdasannya. Tentang terbentangnya peluang lain bekerja dalam ridho Alloh SWT jika dia menekuni jalur kesukaan terhadap game menjadi pelajar di bidang pemrograman. Dan banyak hal lain yang terus kami bicarakan. Sampai akhirnya anak saya itu sepakat sekolah di Jombang.

Jadi beginilah, sekarang, anak saya yang gamer itu telah resmi menjadi Santri Programmer.

Semoga dalam studinya dan hasilnya kelak mendapatkan barokah untuk kebaikan, kebaikan dan kebaikan di dunia dan akhirat. Amin.

Masih banyak sekali hal yang ingin saya bagi, terkait menghadapi atau membesarkan dua anak lelaki kami di era digital ini. Terutama terkait dengan game, karena kalau punya anak perempuan mungkin tantangannya pada hal lain ya :)

Insya Alloh akan saya teruskan sharingnya melalui segmen Millenial Motherhood. Jika ada yang ingin ditambahkan atau ditanyakan, saya tunggu di komentar blog. Atau bisa langsung menuliskan email kepada saya, di: heni.prasetyorini@gmail.com.

Berikut saya berikan podcast dari soundcloud bagi anda yang lebih nyaman "membaca" secara audiotorial.

Semoga yang saya sampaikan bisa menjadi wawasan kebaikan untuk anda dan keluarga.

Salam,


Heni Prasetyorini

Serunya Ketemu Kupu-Kupu Digital

11 komentar
Bermain bersama si Kecil adalah momen yang bisa jadi mood booster paling besar ya, terutama dalam keseharian ayah dan bunda yang semakin padat kegiatan. Kebetulan, weekend kemarin saya dapat kesempatan ikutan acara launching Nestle Dancow ADVANCED EXCELNUTRI+ :

Selain acara launching produk susu pertumbuhan yang baru dan inovatif dari Nestle Dancow, disana juga ada event Dancow Explore Your World, tempatnya di  Royal Plaza Surabaya (1-2 April 2017). Dengan 4 wahana permainan, acara ini jadi sangat menarik. Jadinya, saya ikutan bisa bermain bersama teman-teman si kecil di sana. Lucu sekali melihat binar mata mereka yang sangat tertarik dan penasaran saat ada di depan wahana bermain yang sudah disediakan pihak Dancow.



Saya ke sana bersama beberapa teman dan keluarganya. Rombongannya rame anak-anak. Baru masuk, sudah ingin antri ke wahana Central Park. Namanya generasi millenials ya, tertarik banget dengan sesuatu yang bisa dieksplorasi dari gawai. Nah di wahana ini, disediakan beberapa gambar hewan yang bisa dilihat bentuk 3D dan gerakannya melalui ponsel pintar. Teknologi yang digunakan adalah AR (Augmented Reality). Dan ini sangat menarik perhatian mereka. Jika hewannya beneran muncul dan bergerak di layar ponsel pintar, mereka tertawa dan berteriak memberitahu lainnya. Seru deh. 


sedang melihat "kupu-kupu digital" 


senangnya kupu-kupunya muncul dan bergerak

Silahkan dilihat nih, video sewaktu kami bermain di wahana Central Park. 




nenek pun ikut beraksi mengabadikan momen cucu kesayangannya :)

Biarpun seru,  jatah bermain harus berhenti. Si Kecil sempat kecewa, tapi tak apa. Biarkan si kecil mengalami proses belajar berbagi dengan teman lainnya. Jadi main kupu digitalnya harus selesai. Pas banget saat itu dimulai acara talkshow tentang tumbuh kembang anak. Paling seneng ikutan talkshow yang narasumbernya sangat mumpuni di bidangnya. 

Ada psikolog dra. Ratih Ibrahim, M.M., Psi, dokter spesialis anak. dr. Roedi Irawan, M.Kes, SpA(K). Dan Senior Brand Manager DANCOW Advanced Excelnutri+ Nestle Indonesia, Riza Nopalas yang dipandu host paling smart dan rame, yaitu Shahnaz Haque.



Ada 3 elemen penting yang ditekankan dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak, yaitu NUTRISI, STIMULASI dan CINTA KASIH. Ketiga hal tersebut harus diupayakan semaksimal mungkin terpenuhi. 

Riza Nopalas menuturkan, "Kami, dari pihak Nestle Dancow berkomitmen untuk menjadi mitra ayah dan bunda. Kami berharap inovasi terbaru kami yang didukung oleh Nestle Research Center ini dapat membantu si Kecil mencapai tumbuh kembangnya yang optimlasi dari sisi  nutrisi."

Wah keren ya, inovasinya adalah menambahkan 10 kali lipat asupan bakteri baik. 
Loh, kok bakteri?
Sabar, silahkan disimak dulu penuturan dokter Rudi berikut ini ya ayah, bunda. 

Dokter Rudi, sebagai dokter spesialis anak menuturkan bahwa, nutrisi selain perlu kandungan mikronutrien dan makronutrien yang lengkap, juga harus bisa melindungi saluran pencernaan. 
Karena 80% daya tahan tubuh terdapat di saluran pencernaan. Bener juga ya, kebayang kalau si kecil kurang beres saluran pencernaannya, biasanya malah sering sakit. Ternyata ini alasannya.



Nutrisi perlindungan memang paling diperlukan ya buat si Kecil. Dokter Rudi pun melanjutkan penjelasannya, bahwa kita perlu menjaga asupan bakteri baik. Lactobacillus rhamnosus adalah bakteri baik yang dapat membantu menjaga saluran pernafasan dan saluran cerna si Kecil. Tubuh yang terlindungi dengan adanya asupan bakteri baik ini, adalah fondasi utama untuk mendukung proses belajar dan pertumbuhan fisik si Kecil, yang tentunya sangat penting dalam tahap tumbuh kembangnya.




Selain nutrisi, untuk memaksimalkan juga kemampuan kognitif si Kecil perlu mendapatkan STIMULASI. Misalnya ayah atau bunda mengajak berbicara, bermain, menanggapi setiap respon dan reaksi yang disampaikan oleh si Kecil. Sehingga mereka bisa berbalik melakukan sesuatu atau bereksplorasi mencoba hal baru. Ketika si Kecil berhasil, maka akan muncul percaya diri. 

Bunda Ratih Ibrahim berkali-kali menekankan kepada para ayah dan bunda, bahwa anak adalah anugerah luar biasa dari Tuhan yang harus dijaga dengan baik. Jadi untuk membesarkan si Kecil, tidak bisa asal-asalan dan sembarangan. 

Akan tetapi, semuanya harus seimbang. Membiarkan si Kecil mengembangakan jiwa petualangnya, harus tetap di awasi. Jika ada hal yang membahayakan si Kecil, segera dicegah dengan cara memberikan alternatif kegiatan lainnya. 

Usahakan mengurangi kalimat, "jangan!" dan "tidak boleh", akan tetapi usahakan memberikan kebebasan anak mengeksplorasi dunianya dengan mengatakan "IYA BOLEH". 


Mendengarkan isi materi talkshow, serasa ciut sendiri. Sadar betul jadi bunda, masih banyaaaaak kurangnya ya. Untung saja ada situs informasi yang disediakan oleh DANCOW PARENTING CENTER, yang bisa diakses setiap saat. Sehingga kita bisa mendapatkan informasi sekaligus berkonsultasi tentang tumbuh kembang si kecil. 

Aksesnya antara lain: 
  • Dancow Parenting Club www.dancow.co.id/dpc
  • rewards.sahabatnestle.co.id
  • facebook: Dancow Parenting Center
  • Twitter: @DancowCenter 


Setelah talkshow selesai, kami lanjut lagi menjajal wahana permainan yang ada di sisi kanan atrium. Suasana semakin ramai dan padat pengunjung ya. Selain si Kecil tertarik bermain, para ayah bunda juga mampir di booth Dancow untuk membeli susu buat stok bulan ini. Si Kecil juga bisa mencicipi produk susu yang sudah siap minum dan dingin. Jadi seger, siap bereksplorasi lagi.




Wahana kedua yang diincer adalah Art Center. Main-main sama warna, pasti digemari si Kecil. Apalagi ini langsung dicap di telapak tangan. Udah deh, tidak ada lagi kata takut kotor or something. Bunda langsung siaga bilang IYA BOLEH ke pada si Kecil. Isi talkshow langsung dipraktekkan, hehehe




Sembari teman-teman saya dan si Kecilnya masih sibuk di semua wahana permainan, saya melipir sejenak untuk menemui orang istimewa. Ya beliau adalah dokter Rudi yang tadi jadi narasumber perihal nutrisi. 

Dokter Rudi adalah dokter spesialis anak yang "memegang" anak kedua saya yang lahir prematur tahun 2006. Alhamdulillah melalui tangan dingin beliau, anak saya bisa sehat normal sampai sekarang. Momen wow banget bisa berfoto bareng beliau. Semoga sehat ya pak dokter. 


momen wow bersama dokter Rudi

Nah, seru kan ya acara ini. Jangan cemas kawan, acara serupa akan segera diselenggarakan di empat kota lainnya kok. Di Jakarta (29-30 April), Semarang (5-6 Agustus0, Solo (9-10 September) dan Makassar (7-8 Oktober). Save the date yaa...

Tunggu event serupa yang seru di kota terdekat anda ya bundaa....