Bulan Madu Pertama Murah Meriah di Yogyakarta

7 komentar
Bulan madu pertama?
Sumprit mbak Hen? Serius?

"kalau sumprit itu ekspresi kagetnya orang Surabaya :)

Nggak usah kaget gitu ah, emang udah 17 tahun nikah, 4 tahun pedekate jarak jauh, punya dua anak yang udah kumisan semua pula. Beneran saya dan suami belum pernah bulan madu.
Sumprit!
*nah kalau sumprit bernada keras gini, menunjukkan sungguh-sungguh alias beneran.


Gini loh, orang menikah belum sempat bulan madu ya nggak perlu diherankan to?
Wong seminggu setelah Akad Nikah di Surabaya, saya langsung balik ke Bandung untuk mempersiapkan Seminar Tugas Akhir, trus lanjut sampai maju Sidang Sarjana. Ya mana sempat bulan madu? bisa dipelototin dosen pembimbing nanti saya.....

Habis gitu hamil anak pertama. Trus balik Surabaya. Trus hamil anak kedua, yang dia prematur. Ya sudahlah, saya dan suami duduk manis penuh ketabahan hati di rumah saja. Alhamdulillah kok ya ketiwasan pas ngobrol santai sama si anak bungsu beberapa waktu lalu, dia kayak dapat wangsit dari langit.

"Ma, mama belum pernah bulan madu ya?"
"Belum. Kok kamu tahu?"

"Aku tahu. Mama pergilah sama bapak bulan madu."
"Trus, kamu gimana?"

"Aku sama Mas, dititipkan saja. Kalau nggak ke Uti Jombang aja gitu."
"Beneran nih?. Kenapa mendadak nyuruh mama bulan madu?"

"Ya, aku kasihan sama mama dan bapak di rumah terus nggak pernah kemana-mana."

Eaakk...saya ya rada gerimis hati, ya terharu ya bahagia juga.

Pas hal ini saya sampaikan ke suami, dia nggak langsung mengiyakan. Kebayang repotnya milih ini itu kali ya printilan kalau mau bulan madu. Ya karena saya menagih janjinya ketika sebelum menikah tuh, doi bilang mau ngajak honeymoon ke Yogyakarta.



Secara kami balik dan tinggal di Surabaya sejak belasan tahun lalu, ya mana tau kondisi Yogyakarta dan enaknya nginep di mana. Mau nebeng teman ya sungkan gitu, dah lama nggak ketemu juga. Piye iki?

Untunglah banyak kawan yang hobi travelling, siapa lagi kalau bukan para Travel Blogger kenalan saya yang udah penuh aja paspornya. Urusan ke Yogyakarta pasti cuma seupil aja susahnya buat mereka.

"Eh, mbakyu, aku pengen hanimun ke Yogya nih, piye ya? bantuin dong."
"Udah pesen tiket?"

"Tiket kereta maksudnya?"
"Bukan, tiket pesawat"

Beberapa menit kemudian,
"Rempong maaak. Ini aku milih tiket pesawat trus bingung milih hotelnya juga. Jadi booking sana booking sini. Ada cara lebih mudah?"
"Ini ada paket honeymoon traveloka ke Yogyakarta, murceee kok."

Loh, demi mendengar Paket Tiket pesawat sekaligus Hotel yang murce alias murah, tentu hatiku eh jariku langsung menyambutnya dengan membuka website yang dimaksud.

setelah masukkan destinasi Yogyakarta, tanggal dan lokasi kedatangan,
klik langsung Search Packages alias cari pilihan Paket


widih lebih hemat 20% tanpa perlu voucher promo apapun, sepanjang masaaaa

Kalap deh lihat pilihan Paket Tiket dan Hotelnya. Langsung SCROLL SCROOLL Mouse.
Kali ini saya pilih filter yang LOWER PRICE aja alias yang regone murah caaakkk..

*tau diri, baru aja bayar biaya daftar ulang sekolah swasta 2 anak, alhamdulillah investasi ya :)



eit, mata ini kecantol sama gambar rumahnya deh. Sekaligus juga harganya.
566ribu itu untuk tiket pesawat 2 orang dan menginap 2 orang loh gaissss.
jiwa Wong Jowo dari dalam diriku langsung bahagia melihat rumah jadoel gini

Udah ketemu tempat menginap yang dimaksud, bisa langsung klik SELECT di kotak kecil warna orange itu loh ya gais. Trus lanjuuut aja ke opsi BOOKING NOW. Lalu isi form yang cuma beberapa kolom aja diisinya: NAMA, TELPON, EMAIL. Udah gitu pas bayar, mudah pula caranya banyak metode pembayaran yang bisa dipilih.

Waduh makasih banget deh temanku si travel blogger kesayangan. Udah ngenalin paket hemat cermat dan mendukung keabadian cinta kami berdua nih. Nggak pakai lama, alias Saving Time, ora ribet sijine milih Pesawat, sijine milih Hotel.

Dan juga ada diskon Paket sampai 20%itu loh, lebih murah daripada beli terpisah alias beli tiket pesawat sendiri, hotel sendiri. Diskonan bisa jadi modal beli oleh-oleh Uti alias neneknya anak-anak yang dititipi buat njaga.

Emang ya, menikah muda itu nggak mudah.
Buktinya kami sempat berbulan madu ketika sudah tak lagi muda.
Untung ada paket pesan tiket pesawat dan hotel ala Traveloka.
Makasih ya.

Next honeymoon trip, bakal lihat lagi paket ini deh. Apalagi tahun depan, si kunyil masuk pesantren, jadi deh tinggal kami berdua aja di Surabaya. Kapan pun bisa mencuri waktu untuk Honeymoon ya kan? balas dendam akan bulan madu pertama di Yogyakarya yang tertunda :)

*ps: ingat bawa fotokopi Surat Nikah atau yang asli ya, karena nih penginapan pilihanku aja menerapkan aturan itu, mungkin hotel lain juga.



Bulan Madu Sambil Mengajar Di Malang

Tidak ada komentar
"Ma, ini ada temanku tertarik membuka kelas Coding Kids di rumahnya daerah Malang," kata suamiku.
"Wah, menarik nih Beib. Coba janjian kapan bisa kopdar tipis-tipis,"saya menyambut berita itu dengan antusias.


dipotret suami saat persiapan kelas Coding Kids
Ya, membuat kelas coding kids alias anak-anak belajar pemrograman adalah satu projek belajar yang sedang saya kembangkan bersama beberapa teman pegiat pendidikan. Sebagai langkah awal adalah mengajarkan coding ke anak melalui kegiatan membuat game sendiri. Dan kelas ini ternyata diminati oleh anak-anak. 

Pengajar mengarahkan murid membuat game dengan program KODU
Sama saja dengan pengalaman saya sendiri sebagai orang tua dua anak lelaki yang hobi banget main game, kegiatan mengajar saya kali ini menjadi solusi untuk mengarahkan minat para gamer cilik ini. Beberapa ibu dan bapak dari murid-murid, sering datang kepada saya untuk ngobrol pribadi dan mengatakan lega banget ada kelas yang khusus mengajarkan materi digital kreatif seperti ini.

Setali tiga uang dengan portfolio saya selama ini sebagai Blogger dan pegiat literasi digital, kelas untuk mengajarkan pemrograman sudah saya mulai sejak tahun 2016. Yaitu sejak kuliah lagi di jurusan Teknologi Pendidikan UNESA, dan mengajarkan cara membuat Kelas Belajar Online untuk para guru madrasah di Wonosalam Jombang. Serta dilanjutkan dengan materi yang lebih tinggi, setelah saya selesai mengikuti program Coding Mum di Surabaya sampai menjadi koordinator Coding Mum Disabilitas Surabaya, yaitu kelas belajar coding untuk teman disabilitas mulai tuna daksa, tuli dan slom learner. 

Pengalaman belajar mengajar ini membuka mata saya, bahwa masih banyak tempat yang belum terfasilitasi dengan baik. Salah satunya di Malang. Kebetulan rumah saya di Surabaya. Membuka kelas belajar di Malang, adalah opsi yang menarik karena masih area Jawa Timur dan terjangkau. Untuk itu, kami perlu menindaklanjuti permintaan dari teman suami saya tadi. 

PR pertama sebelum ke Malang adalah saya harus mencari tempat menginap yang nyaman dan bisa mendukung kinerja saya alias wajib ada WIFI hehehe. 

Kebetulan saya dan suami nih belum sempat berbulan madu *padahal dan nikah hampir 20 tahun, hahaha. Ya, karena keadaan saat itu, kami hanya fokus bekerja dan mengasuh dua anak kami. Insya Alloh sih ya, baru sekarang ini bakal bisa keluar rumah, ninggalin anak-anak dengan leluasa dan aman. 

Tempat menginap yang saya suka, adalah dekat dengan alam. Kalau bisa pas buka jendela itu kelihatan sawah atau gunung gitu. Secara saya nih sejak jaman janin tinggal di Surabaya, kota besar, rumah di pinggir jalan raya pula, jadi bosen lihat gedung :).

Seperti biasa, bahkan keluarga besar juga kalau kemana-mana dan liburan, mencari destinasi liburan,  dan bahkan tiket pesawat ya selalu di sini. Di Traveloka dulu :)

Maka dengan seksama dan dalam waktu sesingkat-singkatnya, saya buka nih website untuk mencari penginapan, kali ini VILLA karena saya ingin suasana rumahan dan alam:

pertama, saya isi destinasi wisata ke kota Malang

Lalu akan muncul hotel. Pilih Akomodasi, klik Villa

Lanjut membuka profil Villa yang menarik hati. Lihat reviewnya, Pilih yang poinnya gede

karena saya cuma berdua suami, jadi kamar ini cocok lah. Harganya juga cucookkk

my dream come true. Buka jendela kamar, eh kelihatan alam

tuh beneran kan, reviewnya. cocok banget deh. BOOK NOW

Nah itulah tahapan memilih tempat penginapan traveloka, perlu sekali kita sesuaikan budget keuangan kita dan juga selera. Dan jangan lupa fasilitasnya dipastikan dulu. Terutama kayak saya nih perlu sekali WIFI. 

Oke, setelah membereskan sedikit urusan sana-sini di Surabaya, dan pas juga si anak-anak ini sudah aktif masuk sekolah, maka saya dan si bojo kesayangan siap bulan madu sambil mengajar di Malang. Kalau anda, apakah tertarik juga ke Malang?

Kalau iya, mesen penginapannya di Traveloka aja deh. Dijamin nggak ribet, pembayaran mudah dan cepat. Bahkan pilihannya ada di seluruh Indonesia loh, bahkan dunia.

Setelah dari Malang ini, kami berdua udah rencana mau ke daerah lainnya lagi, keliling Indonesia. Ya, semacam balas dendam lah. Kemarin nggak sempat bulan madu walau sehari saja. Di masa depan kami akan bulan madu teruus sambil membuka kelas belajar. Doakan ya. Ayo kalau mau barengan :)






[womenhood] Emak Go Digital Kok Gaya Hidup Masih Konvensional ?!

Tidak ada komentar
Pada suatu hari saya menemukan satu postingan ini, tentang perempuan Palestina. Saya tertegun beberapa saat ketika membaca satu demi satu keterangan foto di dalamnya.


instagram

Inti dari postingan ini adalah:
Tentang Perempuan Palestina
1. Di Palestina wanita berlomba melahirkan generasi mujahiddin
2. Mereka bangga dari rahimnya lahir para pejuang yang mati syahid
3. Perempuan Palestina tidak kenal ke Mall dan tempat wisata
4. Bagi mereka medan jihad adalah "mall" dan tujuan wisatanya adalah akhirat
5. Di Palestina, kaum perempuan tidak lagi memikirkan kesibukan duniawi
6. Mereka memikirkan kontribusi apa yang bisa disumbangkan untuk Al Aqsha
7. Di Palestina, perempuan tidak minta perhiasan duniawi.
8. Karena mereka yakin, mereka sendiri adalah perhiasan dunia akhirat
9. Perempuan Palestina tidak pernah sibuk  memikirkan "krim" atau  "bedak" apa yang dapat memutihkan wajah.
10. Karena mereka yakin wajah mereka bersinar karena cahaya surgawi.

Wih membaca satu demi satu caption foto di postingan ini, rasanya makjleb di hati. Apalah diri ini? seperti remahan rengginang sisa lebaran yang tercekat di sudut kaleng Kong Guan?
Kecil banget.

Ulasan singkat itu juga mengingatkanku pada sosok para pahlawan perempuan jaman negara Indonesia ini belum merdeka. Mereka yang membantu para pejuang kemerdekaan dengan segala caranya. Seperti Srikandi Malahayati, Cut Nya Dien, Nyi Ageng Serang, Cut Meutia, dan lain sebagainya. Mereka pun pasti punya prinsip hidup seperti para perempuan Palestina. Tidak memikirkan printilan hidup duniawi dan hanya fokus berbuat sesuatu untuk negeri ini, untuk kemanusiaan dan untuk mewujudkan peng-Hamba-annya kepada TUHAN.

Hampir semua poin  di postingan instagram itu mengobrak-ngabrik hati saya. Namun hal itu juga membuat saya tersenyum lega. Seperti datang seorang Perempuan Palestina yang menepuk-nepuk pundak saya, memberikan penguatan sambil berkata, "Hai Heni, cara hidup yang kau pilih dan kau jalani ini, tidak salah". Lalu spontan saya curhat-curhatan di status whatsapp saya itu, sambil mojok di atas kasur, membatalkan niat menulis sesuatu di buku catatan sebelum tidur.


Inilah hasil semua screenshoot-nya, semoga menjadi sekadar masukan untuk sahabat sekalian tentang kehidupan.

















Ya, dari tiap kotak-kotak itu, anda pasti akan bisa menduga bagaimana saya ini menjalani hidup.
Lucu memang, karena sering orang mengira saya ini adalah perempuan alias emak-emak yang sangat aktif, pergi ke sana ke mari. Pagi, siang, malam bisa keluar untuk hangout, meeting, kerja atau apalah-apalah. Bisa cabut kapan saja untuk mengurus semua keperluan. Gaya hidup kekinian, begitulah kiranya.

Ternyata beda banget. Saya sering dibilang sebagai emak jadul. Sudah kelar kerjaan, langsung pulang. Nggak pakai stay sebentar untuk cangkrukan. Paling banter mandek sebentar untuk sekadar foto-foto di tempat yang bagus untuk diposting di instagram.

Dulu, saya pun resah dengan keterbatasan yang saya miliki ini. Sempat saya ikuti gaya hidup kekinian teman-teman yang baru saya kenal. Tapi saya resah. Hadir namun hati gelisah. Sering menggumam dalam hati, di tengah mall atau hotel atau restoran dan cafe yang mentereng itu, batin saya terus menerus bertanya, "Heni, kamu di sini untuk apa?". "Heni, sebandingkah ini semua dari pengorbananmu meninggalkan rumah?". Bisikan-bisikan semacam itulah yang terus menerus berputar di telinga batin saya.

Sampai akhirnya saya lelah melawan diri sendiri. Maka saya memilih berhenti menjadi kekinian dalam pergaulan. Saya menarik diri dari beberapa hal yang membuat saya resah. Saya bertanya berulang-ulang kepada TUHAN,...

"Ya Alloh SWT, saya harus bagaimana? apa tujuan KAU ciptakan diri ini? tugas apa sebenarnya aku hidup di dunia ini? tolong tunjukkan..."
Dan satu per satu jawaban itu pun ditunjukkan. Sampai akhirnya saya yang selalu berdiskusi dengan suami meyakini, bahwa tugas saya adalah di bidang pendidikan.

"Sudah ma, harus makin fokus sekarang. Kegiatan tidak terkait, lebih baik ditinggalkan. Waktu kita tidak banyak. Sampai kapan kita hidup, nggak ada yang tahu." Seperti itulah ucap suami saya. Dan saya yakini kebenarannya.

Maka, saya pun semakin yakin untuk KEMBALI KE RUMAH. Dan berusaha keras mencari cara agar dari rumah, saya masih bisa berkarya.

Mungkin saya harus keluar rumah, tapi itu untuk mengajar atau belajar atau terkait hal keduanya.

Mungkin saya juga ingin jalan-jalan, senang-senang, bercengkerama ringan, tapi itu jika semua urusan keluarga beres dan suami saya berkata Yess.

Istri zaman now, kok masih nurut suami?
Ah, kalau Alloh SWT dan Rasulullah Muhammad SAW tidak menganjurkan hal ini, ya nggak mungkinlah saya turuti.

Naif banget? iya kadang saya dinilai begitu.

Tapi ternyata pilihan hidup saya, menjadi satu hal yang bisa menguatkan beberapa perempuan lainnya. Terutama mereka yang baru memutuskan keluar dari pekerjaan dan menjadi ibu rumah tangga. Silahkan disimak beberapa tanggapan ini:







Apakah anda mengalami hal yang sama?



[Review Jujur] Mengatasi Kulit Wajah dan Bibir Yang Super Kering Setelah Menggunakan Masker Kefir

Tidak ada komentar
Widih judulnya panjang banget ya.
Ya karena memang itu pengalamannya. Jadi begini, ceritanya, langsung saja ya emak-emak yang jarang nulis tentang pengalaman merawat wajah ini bikin postingan yang beda dari biasanya.

Sama saja seperti emak-emak lainnya yang menjelang usia 40 tahun, pada mulai terasa ada yang nggak bisa dikendalikan dari badan kita sendiri. Misalnya bangun tidur udah pegel aja nih telapak kaki, padahal semalam nggak pulang dari acara mendaki gunung atau keliling pusat grosir. Linu aja gitu untuk beberapa menit. Selanjutnya setelah rerempongan di dapur sih, udah biasa aja rasanya.

Perkara badan linu, apalagi sakit pinggang atau perut yang mudah kram ketika mengangkat barang yang menurut kita dulu, nggak terlalu berat, ini ternyata dialami juga oleh beberapa teman seangkatan saya. Artinya saya nggak sendirian juga ya.

Yang rada sendirian itu perkara kulit wajah saya yang mau nggak mau ternyata harus dipedulikan. Oh ya, jaman masih muda, cuek aja, cuci muka pakai sabun mandi trus pakai bedak bayi, semuanya terasa sempurna-sempurna saja tuh. Kulit pipi kenyal juga. Wajah seger. Tak ada jerawat atau komedo atau bintik hitam yang disebut sprutum itulah. Pokoknya pipi bebas dosa gitu.

Eh sekarang kok lain. Dengan pola yang sama nih wajah saya pribadi ya, langsung aja muncul putih-putih ala kulit yang mengelupas. Apalagi bagian hidung dan sekitar bibir. Kering gitu tipe wajah saya ternyata.

Ya namanya kulit kering, pakai logika biasa ya saya cari pelembab aja dong. Asal aja beli lagi pelembab yang sering dipakai. Contohnya pakai merk wardah. Eh nggak nendang juga, kering aja nih wajah.

Lalu browsinglah ke segala blog milik beauty blogger atau female daily yang suka share review skin care. Beli deh pelembab merk citra white, green tea, yang katanya cocok untuk kulit kering. Hasilnya, tetep kering banget.

Lanjut lagi bertualang, kali ini mikirnya pengen yang organik tapi hasilnya cepet gitu. Nggak mau repot anaknya. Sampailah pada kata kunci MASKER KEFIR.



Beli deh saya masker itu, dengan yakinnya memakai masker sesuai ketentuan, dan pasti hasilnya sama kayak testimoni yang saya baca di instagram olshop penjual masker kefir ini. Hanyak 3 hari saja, kulit udah kenyal dan lembab. Sip. Pasti cocok.

Langsung deh, setelah masker kefir diterima, saya cuci muka bersih dan memakainya. Saat memakai masker yang bentuknya pasta susu ini, emang terasa licin wajah, kayak ada minyak-minyaknya gitu. Baunya rada kecut asem yogurt dan juga bau susu sapi banget. Yakin, masker kefir organik homemade ini akan melembabkan kulit wajah saya dengan sekejap, jadi tak perlu lagi beli pelembab dan segala bentuk skin care lainnya.

Wuih happy dong pede, akhirnya nemu solusi wajah kering saya. Setelah 15 menitan, lalu saya bilas wajah dengan air biasa sampai bersih. Dikeringkan dengan handuk. Hasilnya adalah, tralala wajah saya rasanya kering banget dan sampai ketarik gitu. Putih-putih seperti kulit mengelupas, nggak hanya ada di hidung dan sekitar bibir, ini sampai ke pipi juga. Kering gitu. Kalau nekad di kasih bedak langsung, hasilnya noda-noda bulat putih kayak sisik ikan itu ada di hampir seluruh wajah saya. Waduh kok gini hasilnya. Langsung saya cuci muka lagi. Daripada pake bedak malah ketauan "mbesisik" gini.

Kecewa dong dengan harapan setinggi langit pada masker kefir yang katanya begini begitu itu. Mulai buruk sangka bahwa ini kefir buatan "mbak itu" kayaknya nggak bener deh. Dan segala prasangka lainnya muncul. Padahal ini bulan puasa loh mbakyu, astaghfirullah.....dosa saya.

Biar nggak dosa terus, saya laporan aja ke penjual masker kefir, yang kebetulan memproduksi sendiri semua susu kefir dan produk skin carenya. Saya ceritakan detil, kenapa wajah saya kok malah kering?
Ternyata dia belum bisa menjawab, karena testimoni pembelinya selama ini baik-baik saja.
Waduh, kebuang dong itu produk skin care kefir dan susunya yang udah kebeli kemarin sekitar 230ribuan. Eman kan ya, mending buat beli gamis dapat sebiji. Atau beli sandal dapat 2 biji. Atau beli 1 biji tunik dan 1 biji sandal. hadeh khas itungan emak-emak kan.

Akhirnya saya iseng aja browsing dengan kata kunci, "kulit wajah kering setelah memakai masker kefir".

Dan, ealaahh...ada juga loh hasilnya ditulis di blog orang. Wis...blog emang powerful deh.

Jawabannya adalah masker kefir itu akan berakibat beda-beda sesuai kulit bawaan pemakainya. Nah, singkatnya, untuk saya dengan wajah yang kulitnya kering banget ini, jika memakai masker kefir murni, maka jadinya akan kering juga. Malah jika makenya terlalu banyak, lama atau sering, ya makin kering.

Solusinya gimana? ya ketika memakai masker kefir harus dicampur bahan organik lain yang bisa memberikan nutrisi untuk kelembaban kulit. Di blog itu dituliskan untuk dicampur dengan olive oil dan egg yolk alias kuning telur. Nah...ada solusinya, tapi belum saya coba. Karena males ributnya pakai kuning telur sebiji untuk masker kefir sesendok, kebayang hasilnya jadi terlalu banyak untuk sekali pakai.

Karena nggak sabaran, saya pun berburu pelembab wajah aja ke toko kecantikan. Pertama saya ingin mencari merk Cetaphil, sesuai anjuran keponakan saya. Ternyata nggak ada. Lalu saya bilang aja ke mbak penjaganya.

"Pelembab untuk kulit kering banget, ada nggak mbak?"

Trus mbak itu menatap wajah saya dengan pilu dan prihatin. Sambil berkata, "ya ampun bu, wajahnya sampai kering begitu."

Saya jadi merasa hampa.... :D

Lalu dianjurkannya merek pelembab ini, PIXY WHITE AQUA GEL CREAM. harganya 23 ribu.

Saya pegang bolak-balik dengan setengah percaya. Karena selama ini nggak pernah pakai skin care merk pixy. Pernah beli bedak padat doang sekali, trus kecewa karena hasilnya nggak enak dipakai.

Melihat saya ragu, mbak penjaganya dibantu satu masnya juga terus meyakinkan saya. Sekaligus memberikan sample produk dan dioleskan ke tangan saya.

"Kalau ini bukan krim bu, tapi gel. Jadi nanti hasilnya nggak bikin kering. Bedak juga nempel. Rasanya adem."

Masih ragu juga sih saya, tapi ya sudahlah coba aja. Harganya juga murmer.

"oke deh mbak, satu ya."

Semoga ini cocok deh, gitu batin saya.

Selain pelembab wajah, saya di toko itu juga mencari lip balm untuk melembabkan bibir. Salah saya sendiri juga sebelumnya. Nih bibir saya olesi juga masker kefir. Maksud hati sekalian bisa kenyal dan lembab gitu. Eh ya hasilnya malah kering dan pecah-pecahlah.

Saya maunya minta yang merk Nivea, karena lihat iklannya bagus dan pernah baca review teman, katanya bagus banget. Eh di toko itu nggak ada.

Ya sudah, saya minta merk wardah aja. Dan ternyata ada nih, lip balm rasa orange, harganya cuma 17ribu.

LIP BALM WARDAH



Baiklah, saya pulang ke rumah dengan dua pelembab ini. Langsung ingin mencobanya, cuci muka bersih, oles pelembab wajah dan juga lip balm.

Hasilnya, ajaib bener ajaib deh. Wajah saya ngga kering lagi. Dan pelembab Pixy itu beneran adem di wajah. Cepet meresapnya dan stay lembabnya. Kemudian di hari itu, tiap selesai wudhu, saya ulangi lagi pakai pelembab dan lip balm.

Sampai esoknya, setelah wudhu untuk solat Shubuh, saya pakai pelembab dan lip balm lagi. Lalu setelah beres ngaji dan lain-lain, sekitar setengah jam kemudian, saya iseng pakai bedak bayi ke wajah saya. Dan hasilnya, tralalal...nggak ada lagi noda putih macam kulit mengelupas di wajah saya. Artinya wajah saya beneran lembab.

Alhamdulillah, nemu deh 2 skin care yang murah meriah dan bermakna untuk mengatasi kulit wajah saya yang kering ini. Kata satu teman saya, skin care itu cocok-cocokan. Biar mahal kalau nggak cocok, ya kulitnya rusak. Biar murah kalau cocok, ya bagus.
Jadi semacam jodoh gitu lah ya, hehehe

Begitulah pengalaman saya ya. Jika ada emak-emak yang mengalami hal sama, semoga bisa jadi masukan.