"Jaman sekarang, anak-anak tidak dibesarkan oleh ibu. Mereka dibesarkan oleh uang."
Kalimat amarah dari seorang tokoh di drama ini, membuat hatiku tersentak sangat. Sebuah reaksi yang mungkin tak biasanya ada dalam proses menonton drama Korea bertema perselingkuhan. Harusnya saya membahas tentang percintaan, kesetiaan dan betapa buruknya para pelaku pengkhianatan pada lembaga suci pernikahan.
No, tidak. Saya tak ingin membahas itu.
Perselingkuhan adalah BIG NO!. Haram hukumnya, Begitu buruk. Titik.
Bagi saya, jika ada perempuan yang berselingkuh, dia tidak hanya mengkhianati dirinya sendiri. Melainkan juga mencorang moreng nama baik sesama kaumnya, kaum perempuan.
Saya bahkan pernah sangat kecewa dan sangat marah, ketika mendengar teman baik saya melakukan hal itu. Dan akibatnya, saya sama sekali langsung memutuskan hubungan dengannya dan siapapun yang terkait dengannya. Saya bukan psikolog dan psikiater, dan bisa dibilang bukan teman yang baik juga, karena tak mau tahu apapun alasannya, I just walk away. Sorry that'is me.
Baiklah lanjut.
Awalnya saya menemukan judul drama ini, ketika barengan nobar sama suami. Awal menontonnya, saya kagum dengan pemilihan tokoh utama dalam drama ini. Cerdas. Mereka tidak memilih karakter perempuan nakal atau pria playboy. Melainkan, pelaku pengkhianatan ini adalah perempuan kalem baik, dan lelaki yang kalem dan juga baik, yang keduanya bisa dibilang orang-orang tenang, diam dan baik-baik saja.
Memang sih ada satu tokoh perempuan yang lebih berani. Tapi dalam perjalanan alur ceritanya, sesungguhnya dia yang paling lemah.
Suami saya tidak mau meneruskan nonton bareng drama ini. Dia sama sekali tidak suka dengan ide ceritanya. Dan memang di awal-awal drama, lebih banyak adegan yang bagi suami saya, tidak pantas dilakukan. Apalagi saya sering membuka obrolan tentang ini, "bagaimana jika ada perempuan lain yang berani mendekatimu seperti dia? atau yang kelihatan jauh lebih baik dari aku?"
Semakin dia risih mendengarkan pertanyaan itu, suami saya pun bahkan melarang, "jangan teruskan nonton drakor itu ya ma!", katanya.
"Takut aku terinspirasi?", sahut saya cepat dengan tertawa ngakak.
"Jangan kuatir Beib, aku takkan merendahkan diriku seperti itu. Sholat ibadah aja belum tentu nggenah dan diterima. Kok cari perkara sama Gusti Alloh. Don't worry. Aku cuma tertarik alur cerita dan karakternya ini bagus. Gak pada umumnya dan beneran kayak kisah nyata. Seperti ceritanya teman-teman dan sekitarku yang beneran melakoninya."
Haduh, saya anggap kesialan bener dalam hidup saya berteman dengan orang yang melakukan pengkhianatan dalam pernikahan. Sumpah. Marahnya saya nggak habis-habis ini. Tetapi di drakor ini, sedikit banyak membuat saya berpikir, "oh..seperti itu penyebabnya." Mungkin jika kelak ada orang di dekat saya mengalaminya. Atau ada orang yang bercerita tentang ini, saya akan menahan diri sebentar untuk mendengarkannya. Akan tetapi, saya berharap tidak ada sih ya, karena nggak kompeten juga memberikan nasehat atau jalan keluar. Lebih baik mengarahkan mereka ke pihak yang lebih ahli.
Aduh. Membahas cinta dan pernikahan, memang tidak ada habisnya. Bagaimana awalnya dan ujungnya, juga masih misteri. Siapa yang tahu akan berjodoh dengan siapa? Siapa yang bisa memprediksi kehidupan pernikahan bisa jadi berantakan padahal sudah menyelenggarakan pesta resepsi mewah dan besar-besaran?
Tapi dari drama Korea ini, saya malah mendapatkan pencerahan bukan tentang cinta dan pernikahan. Melainkan tentang Bakat dan Anak.
Saya tidak mudah menghafal nama pemain. Jadi yang saya ingat adalah, beberapa karakter tokoh ini melepaskan bakatnya ketika muda untuk menikah, menjalani pernikahan dan mempertahankannya. Ada juga seorang murid sekolah, yang dianggap bandel, padahal dipaksa belajar di bidang yang tidak disukainya.
Adegan demi adegan terkait ini, membuat saya merefleksikan diri sendiri. Pernikahan itu sakral dan suci. Menjadi orang tua adalah tanggung jawab yang sangat besar. Tetapi, perlukah mengorbankan diri sendiri sampai di lubuk hati terdalam dan tidak memperdulikan bisikan hati, karena hal ini? Sepertinya bisa dicari jalan tengahnya dan jalan kompromi. Nah itulah yang akan kamu dapatkan di akhir cerita drama ini.
Akan tetapi juga, jika terjadi hal buruk dalam pernikahan dan di dalamnya sudah dikaruniai anak-anak. Janganlah gegabah berbuat sesuatu. Karena jiwa anak-anak itu bisa sangat terluka. Tanpa orang dewasa sadari, anak-anak butuh sekali dengan sosok orang tuanya. Baik itu hadir secara fisik, maupun dalam bentuk perhatian.
Saya yakin masing-masing penonton drama ini mempunyai pengalaman sendiri dan persepsi sendiri pada pesan yang ingin disampaikan oleh alur ceritanya. Yang pasti, apapun yang dilakukan oleh orang dewasa, akan ada segala konsekuensi yang ditanggungnya. Dan pastikan tidak ada anak-anak yang menanggung akibat buruknya.