Menjadi Koordinator Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018

3 komentar
Sebuah pengalaman yang menarik menjadi Koordinator Daerah Coding Mum Disabilitas.

Coding Mum Disabilitas adalah sebuah program belajar coding untuk sahabat disabilitas atau difabel yang diselenggarakan oleh BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) Indonesia. Sebelumnya Bekraf membuka Coding Mum yang menyasar target ibu rumah tangga yang bekerja di rumah. Keduanya mengusung tema yang sama yaitu melek digital literasi. Artinya program belajar ini mencoba mengenalkan sebuah dunia baru di era digital yaitu bahasa pemrograman. Nah, materi awal yang coba dikenalkan adalah pemrograman untuk membuat website dari nol. Atau bisa dibilang dengan istilah Make A Website from Scratch.

Saya sendiri adalah alumni dari Coding Mum Surabaya Batch 1 tahun 2016. Setelah mengikuti program ini, saya dan beberapa teman membuka kelas belajar coding untuk ibu-ibu dan selanjutnya juga untuk anak-anak.

Mungkin melihat konsistensi saya untuk menggulirkan kembali semangat belajar coding untuk berbagai kalangan terutama perempuan dan anak, maka pihak Bekraf menghubungi saya dan mengajukan tawaran untuk menjadi koordinator daerah Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018.

Tentu saja, tanpa berpikir lama saya langsung mengiyakan tawaran itu dan tak peduli akan sesulit apa atau bakal seberhasil apa. Pokoke budal, kalau kata orang Surabaya ya.

Kinerja saya dimulai dengan tugas mencari lokasi belajar yang nyaman dan fasilitasnya cocok untuk pelatihan coding. Lalu publikasi program dalam rangka rekruitmen mentor dan mencari peserta. Untuk melakukan hal ini saya dibantu oleh pihak Kolla dari Jakarta, yang merupakan event organizer dari pihak Bekraf.

Mencari peserta difabel itu PR banget bagi saya yang sama sekali tak pernah bersinggungan dengan pihak mereka dalam acara apapun selama ini. Karena tidak punya koneksi awal, saya pun mengirimkan pesan broadcast ke berbagai grup whatsapp yang saya ikuti. Mulai SCCF, UMKM Surabaya, Blogger, Grup Guru Belajar Surabaya, alumni sekolah dan bahkan wali murid sekolahan anak-anak saya.

Alhamdulillah dengan cara ini, saya mendapatkan satu per satu nomor kontak pihak terkait yang bisa dihubungi. Mulai dari guru SLB, interpreter bahasa isyarat, ketua komunitas disabilitas dan dosen PLB (Pendidikan Luar Biasa). Semuanya saya hubungi dengan sangat intens. Termasuk satu per satu nama yang mendaftar di link google form yang dibuat oleh pihak Kolla.

Deg-degan tiada tara. Dan di awal kerja saya mendapatkan pengalaman sangat berharga tentang perbedaan gaya bahasa ketika berhadapan dengan teman difabel. Intinya saya harus berhati-hati dalam menulis kata demi kata, sehingga tidak ada salah paham.

Karena menulis chat kepada teman tuli berbeda jauh dengan teman yang tuna netra. Cara menulisnya, susunan bahasanya, bahkan tanda baca yang digunakan sempat membuat saya kaget.
Tapi, mbak Gita, mentornya mentor dari pihak Kolla memberikan masukan bahwa itulah yang harus saya hadapi. Saya harus bisa menyesuaikan diri.


Training of Trainer

Program CM Disabilitas ini dimulai dengan 2 hari pelatihan untuk calon trainer  yang disebut ToT (Training of Trainer). Isi pelatihan bukan semata mengajarkan tentang coding, karena tentu saja calon mentor sudah paham semua karena rata-rata mereka adalah programmer dan web designer. 

Pelatihan lebih ditujukan cara mengajar kelas yang harus berdampingan dengan interpreter bahasa isyarat untuk teman tuli. 

Berikut adalah contoh ketika mbak Gita memberikan arahan kepada calon mentor, 





Selama proses ToT, calon mentor saling berdiskusi tentang bagaimana agar pelatihan selama 8 hari ke depan itu berjalan lancar, menyenangkan dan semua peserta utuh sampai akhir. Tidak mrotoli satu per satu di tengah jalan. Nah, mbak Balqis, guru SLB dan interpreter bahasa isyarat memberikan ide bahwa suasana harus menyenangkan dan kita, calon mentor, harus bersikap layaknya keluarga kepada para teman difabel. Untuk itu dia dan mbak Ani, seorang programmer yang akhirnya menjadi asisten mentor, membuat video untuk mengajak teman tuli bersemangat belajar coding. Inilah videonya,




Setelah dua hari ToT , langsung dilanjutkan dengan pelatihan reguler Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018. Peserta sejumlah 20 orang, terdiri dari teman disabilitas tuli, tuna daksa dan slow learner, serta beberapa guru SLB dan pemilik yayasan peduli ABK sebagai perwakilan dari pemerhati disabilitas. Di program kali ini, kami belum bisa memfasilitasi teman dari tuna netra karena terbatasnya fasilitas dan sumber daya manusia. Mohon maaf untuk teman tuna netra. Semoga ada program Blind Coding nanti yang bisa diselenggarakan di lain waktu. 





Cara mengajar adalah seperti di bawah ini, ada mentor utama yaitu kak Korniawan serta satu interpreter bahasa isyarat di depan kelas. Mereka bergantian "bicara" menerangkan isi materi. 




Jika ada peserta yang kesulitan, maka ada 3 asisten mentor yang siap membantu, yaitu kak Tika, kak Ani dan kak Yakup. Bahkan ada 2 asisten mentor volunteer, kak Yudhi dan kak Qurin,  yang baik hati mau datang dan juga membantu dalam beberapa hari. 





Berikut gambaran pembelajaran coding dengan interpreter mbak Balqis dan mentor kak Korniawan.



Alhamdulillah CM Disabilitas ini selesai pas waktunya dan hampir semua pesertanya selalu masuk kelas. Ada beberapa yang absen karena harus menempuh ujian di sekolah. Atau peserta tuna daksa yang absen karena pendampingnya tidak bisa mengantar. 

Untuk mengatasi absennya peserta, kami memberikan forum tanya jawab di grup whatsapp. Dan saya berusaha merekam dengan baik sesi pelajaran yang diberikan, lalu membaginya di grup. Jadi saya selama pelatihan kerjanya jadi tukang foto dan tukang rekam video. Selain juga mengurusi printilan kebutuhan logistik dan harian selama acara. Misalnya kabel olor colokan listrik, tatanan kursi, layar dan projectornya, air minum, permen dan beberapa jajanan yang bisa dikunyah dan lain sebagainya. Ya namanya juga koordinator :)

tukang foto modal hape dan tripod dari jaknot 

Di sesi akhir pelatihan adalah presentasi. Semua peserta maju untuk presentasi. Sungguh mengharukan tapi tak ada satu pun yang berlinang air mata. Karena suasana begitu meriah dan rame. Khas Suroboyoan banget. 



Semua bersemangat dan bahkan presentasi kami diposting di instagram pribadi bapak Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF).


Coding Mum Disabilitas: Coding Mum Disabilitas Surabaya telah ditutup hari ini. Sebanyak 18 peserta Coding Mum Disabilitas mempresentasikan website hasil pelatihannya selama ini. Pelatihan coding yang diselenggarakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerjasama dengan PT Kolaborasi Ide Kreatif (Kolla Space) sudah dimulai sejak tanggal 19 April hingga 3 Mei 2018 di Rumah Kreatif BUMN Mandiri Surabaya. Kegiatan diikuti oleh peserta disabilitas yang memiliki minat untuk mempelajari coding. Ketiga juri yang hadir adalah Ibu Farida dari ITATS, Bapak Amin dari perwakilan BEKRAF dan Ibu Gita Citra dari Kolla Space. Peserta mayoritas adalah siswa SLB yang berasal dari Gresik dan Surabaya. Peserta dari Gresik setiap hari pulang pergi dari Gresik ke Rumah Kretif BUMN Surabaya dengan jarak tempuh lebih dari 1 jam. Berikut video pendek dari salah satu peserta dan beberapa foto.
Sebuah kiriman dibagikan oleh Triawan Munaf (@triawanmunaf) pada


Beberapa hari sebelum akhir pelatihan, kami mendiskusikan tentang program selanjutnya dari pelatihan ini. Dan alhamdulillah, mentor dan peserta sama antusiasnya ingin belajar terus. 

MENTOR, JURI, PESERTA Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018

Begitulah secuplik pengalaman berharga saya ketika meng-handle Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018. Cerita lengkapnya banyak banget sebenarnya. Bahkan layak dijadikan novel atau drama beberapa episode. Karena banyak sekali yang terjadi saat itu. Termasuk adanya visualisasi kepala perempuan tanpa jasad, yang sedang ikut kelas Coding Mum mulai awal sampai akhir, tapi hanya bisa disaksikan oleh satu peserta tuli . Hiyyy....