Mengisi Bulan Puasa Dengan Menulis di Blog Setiap Hari Bersama Komunitas Blogger Perempuan

Tidak ada komentar

Ini bisa diistilahkan ODOP Challenge atau  One Day One Post. Tantangan memposting satu tulisan setiap hari.  Beberapa komunitas blogger membuat acara ini, bisa diikuti sebagai ajang seru-seruan dan trik ampuh untuk menaikkan lagi pageview blog. Dan yang lebih penting lagi adalah cara paling manjur membuat mood nge-blog balik lagi. 

Nah, bulan puasa ini saya sengaja libur dengan semua pekerjaan rutin. Mengajar online untuk belajar coding anak-anak di KELASKU DIGITAL juga saya liburkan. Selain ingin istirahat dan tidak rushing hours lagi di bulan Ramadhan, seperti tahun kemarin. Saya juga ingin bisa selesai menulis buku AYO BERMAIN CODING yang jadi pegangan kelas coding anak-anak kelak.  

Iya, video tutorial di You Tube, sudah ada. Di Udemy, bahkan saya sudah bikin kelas khusus coding anak dengan Scratch. Namun permintaan adanya tutorial dalam bentuk buku cetak, masih terus ada. 

Baiklah, karena tidak semua bisa mengakses internet dengan mudah ya. Maka buku adalah solusi. 


Sekitar 2 bulan ini saya libur kerja ngajar, maka sambil menulis buku percodingan, ada asyiknya juga berbagi cerita lagi di blog. 

Biar rame, dan ada trigger untuk menulis setiap hari, saya rencananya ikutan Tantangan ngeblog dengan komunitas Blogger Perempuan. 

Ini nih di sini informasinya: https://bloggerperempuan.com/ramadan-2021/




Menulis blog setiap hari kadang berat banget rasanya. Dan emang iya :)
Namun ada triknya. Terutama untuk ibu-ibu yang anaknya masih kecil-kecil, susah cari celah madep laptop. Atau ada yang masih sibuk untuk bikin kue kering jualan, dan pekerjaan lainnya selain ngeblog.

Jadi, jika ada waktu 1-2 jam, langsung buatlah draft postingan beberapa tulisan sesuai dengan tema judul harian dan mingguan. Lalu set Publisikasi Terjadwal. Pasanglah tanggal sesuai dengan jadwalnya. 

Jangan terlalu risau dengan isinya yang belum sempurna, SEO, gambar, infografis, meta tag data dan ini dan itu. Udah stop dulu, bisa diedit nanti. 
Yang penting sudah bisa tayang dengan istilahnya MVP (Minimum Viable Product), dengan tulisan yang layak tayang. Ga cuma judul doang, gambar dan sebaris kalimat ya. Karena ini blog. 

Setelah tayang, maka masukkan ke link di dalam website Blogger Perempuan, sesuai link di atas, untuk setor link saja. Jika sudah selesai komplit lengkap semua, baru nanti ada form muncul dan kita bisa menyelesaikan tantangan menulis 1 bulan ini. 

Coba amati saja, dalam waktu 1-2 minggu, maka pageview blog akan naik. DA PA blog juga akan naik. Dan Insya Allah jika emang rejekinya, akan ada 1, 2, 3 dan seterusnya email masuk untuk menawarkan pekerjaan atau job review. 

Nah mumpung tidak ada aturan ketat, maka usahakan membuat postingan blog yang "mempromosikan" dirimu sendiri. Ungkapkan segala kemampuan, prestasi atau Personal Branding kalian, sehingga semua orang tahu dan kenal. Oh mbak Heni ini gurunya coding anak-anak ya, semacam itu. 

Oke mari ikut aktif mengisi bulan puasa sambil berlatih menulis. See you. 


Cara Membuat dan Mengedit Video Secara Online Dengan Flexclip

Tidak ada komentar

Mengedit video adalah pekerjaan yang paling saya hindari. Bahkan ketika membuat konten edukasi untuk kelas coding anak-anak di Kelasku Digital, saya berusaha mencari taktik agar bisa membuat video sekali rekam jadi, tanpa ngedit sama sekali. 

Beruntung sekali ketemu FLEXCLIP, platform mengedit video secara online yang setelah saya ulik nih ya, caranya mudah banget. Terutama untuk pemula seperti saya ya. Yang sama sekali tidak punya ilmu desain video dan desain grafis. Yaitu dengan tersedianya template video di situ. 


Kali ini saya mencoba membuat video singkat untuk INTRO video edukasi di You Tube. Saya memilih satu template video ini. Lalu mengedit tulisannya. Tidak sampai 5 menit, video sudah jadi sampai saya unduh sebagai file mp4.

Lalu saya lanjut mencoba memasukkan video rekaman tutorial yang sudah ada sebelumnya di laptop. Menyelipkan di dalam video tadi. Iya, kalau mau EDIT lagi, itu gampang banget. Tinggal klik saja Contiune Editing, lalu diedit dan bisa diexport lagi dengan nama lain. Langkah-langkah saya bisa disimak di video berikut ini: 


Flexclip ini bisa diakses gratis dan premium. Untuk percobaan awal, cukup berlatih menggunakan versi gratisnya. Namun ada keterbatasan. Terutama besar kualitas file video yang diunduh tidak bisa versi HD atau yang bagus. Juga beberapa fitur lain atau elemen dan template yang tidak bisa diakses. Ya namanya gretongan kan ya, terima jadi aja. Sudah lumayan banget ini. 

Nah, khusus untuk kalian yang pengen UPGRADE PREMIUM, mumpung banget ada Easter Discount 40% nih. Alias diskonan khusus di Hari Paskah. Berikut beberapa harga yang sudah di diskon ya. 





Harus buruan banget nih upgrade ke premiumnya, karena tawaran terbatas sampai tanggal 11 April 2021. Langsung saja ke tautan ini ya https://www.flexclip.com/special-offer.html



Kesan Tentang Pernikahan dan Pengkhianatan dari Drama Korea Saimdang Lights Diary Dan Perempuan Harus Bagaimana?

Tidak ada komentar

Saimdang Light's Diary, ini sudah tamat saya tonton sejak pertama kalinya drama Korea ini rilis. Banyak sekali episodenya. Antara seru, membosankan, seru dan tidak happy ending pula. Namun ada beberapa kesan yang terus membekas di hati saya sampai saat ini. Yaitu tentang pernikahan dan pengkhianatan yang dialami oleh pemain utamanya, Saimdang. 


Saimdang, perempuan berbaju hijau di gambar di atas, adalah seorang anak gadis yang anggun, berpendidikan dari keluarga terpandang di era Joseon. Hobinya melukis membuatnya jatuh cinta kepada Lee Gyeom, lelaki di sebelahnya pada gambar di atas. Namun, takdir mengatakan dia bukan jodohnya. 

Proses pernikahan mereka batal dikarenakan ayah Saimdang ingin menyelamatkan anak perempuannya itu dari kekejaman orang yang telah memfitnahnya dan keluarganya. Daripada anakku mati, lebih baik aku nikahkan dengan orang lain, seadanya orang, lelaki yang biasa saja, bodoh pun tak apa. 

Kebetulan ada seorang lelaki muda yang pas banget dengan kriteria itu yang sedang tinggal menyewa di rumahnya, mendadak dia ditodong untuk menikah dengan Saimdang. Sementara si Lee disekap di sebuah gudang agar tidak datang dan batal menikah. 

Tanpa tahu apa sebabnya, Lee berusaha merebut Saimdang dan membuatnya menjadi istrinya sesuai rencana awal. Namun Saimdang tidak bisa mengikutinya atau ikut lari bersama Lee, "Aku sudah tidur dengan suamiku, aku tidak bisa ikut denganmu Lee." kalimat itulah yang teringat di benak saya. 

Teringat banget karena dua sejoli ini masih kecil-kecil alias ini pernikahan muda begitu. Dengan sosok suami Saimdang yang slebor dan pemalas, jadi saya ikutan gregetan gitu. 

Cerita tentang drama Korea ini, anda bisa mengikutinya dari blog atau vlog orang lain. Di tulisan ini yang ingin saya garisbawahi adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh suami Saimdang, dan alasannya waktu dia ketahuan. 

Pengkhianatan Suami Saimdang

Karena lahir dari keluarga terpandang dan mempunyai karakter halus, sopan, elegan juga pintar, Saimdang terus bersikap seperti itu apapun yang terjadi. Menjadi istri yang tunduk, menurut, diam, bersih, rapi dan menerima apapun kekurangan suaminya tanpa protes sepatah katapun. Ketika hatinya sakit dan sangat sakit paling dia hanya memegang dada kirinya sambil duduk terjatuh. Namun kemudian tetap bangkit untuk mencuci baju suaminya, menjahit, menyetrika sampai rapi dan menyiapkan makanannya untuk sarapan atau makan malam. Tak ada kata kotor, bentakan, amarah. Sama sekali halus, tenang, diam. 

Saimdang selalu bersikap elegan dan baik secara sempurna. Kemiskinan tidak membuatnya jadi orang kasar. Sebaliknya, suaminya juga tetap sebagai lelaki yang seenaknya, mudah ditipu, malas. Bagaikan langit dan bumi. 

Jika dinalar, seharusnya suami Saimdang adalah orang beruntung sedunia. Dan harusnya dia setia luar biasa dan tidak butuh perempuan lain atau orang lain atau apapun untuk membuatnya bahagia. Nyatanya dia berkhianat, berselingkuh dengan seorang perempuan rada berumur, pemilik kedai makanan dan minuman keras. 

Si pemilik kedai ini orangnya ekspresif. Tidak menahan emosi. Ketika senang dan lucu dia akan tertawa terbahak-bahak. Ketika marah dia akan mengomel, memukul, dan membanting barang yang di depannya. Terbuka banget. Termasuk juga ceria dan mudah bergaul dengan yang lain. Tak terlalu pintar juga karena sering ditipu juga. 

Bandingkan dengan Saimdang yang pandai luar biasa menahan emosinya dengan diam dan cantik. 

Singkat cerita, Saimdang akhirnya melihat sendiri suaminya tidur di tempat wanita lain, si pemilik kedai. Disitulah akhirnya emosinya terbuka. Dia menangis dan marah, masih dengan elegan. Bertanya, kenapa suaminya masih saja selingkuh padahal dia sudah berusaha sebaik mungkin menjadi istri yang baik selama ini tanpa protes apapun. Walau sudah menerima susahnya akibat suaminya tertipu dan harus bekerja menghidupi dan membesarkan sendiri 4 orang anaknya. 

Dan tahukah apa yang dikatakan oleh suami Saimdang?

"Dadaku sesak sekali menjadi suamimu. Kamu selalu baik dan sempurna. Selalu bersih dan rapi. Berbeda dengan aku yang jorok dan bodoh. Aku tidak bisa leluasa di depanmu. Tapi aku bisa tertawa bersama dia!" katanya menunjuk perempuan pemilik kedai. 

Tentu saja, Saimdang kaget. Luar biasa sakit hatinya. Dia memegang dada kirinya dan tak bisa beranjak dari tempatnya berdiri. 


Kok, ada Saimdang versi Indonesia kayaknya ya?

Jika melihat berita viral baru-baru ini. Tentang seorang ibu cantik, elegan, baik yang diusir oleh suaminya tanpa sebab pasti. Dan mungkin karena pengkhianatan pernikahan. Saya kok jadi ingat dengan karakter Saimdang. 

Dari beberapa vlog, tertampilkan sosok ibu ini yang lugu, manis, ibarat anak gadis yang selalu ada di dalam pelukan ayah ibunya. Tak curiga apa-apa. Tak minta apa-apa. Tak ingin apa-apa. Rela dikhianati. Rela diperlakukan tidak adil. Asalkan dia bisa tampil elegan dan membuat semua orang melihatnya baik-baik saja. 


Sementara pasangannya punya sifat sebaliknya. Dan akhirnya ibu cantik ini yang malah ditinggalkan. Padahal baik sempurna. 

Apakah bosan? atau memang nggak bener aja si suami-suami ini?


Ada benarnya juga tentang anjuran jika menikah lebih baik sekufu'

Ini istilah dalam agama islam. Mudahnya sekufu' ini diartikan dengan sederajat. Sebaiknya laki-laki dan perempuan itu menikah dengan yang sederajat. Bukan semata derajat harta kekayaannya. Melainkan juga tingkat pendidikannya, karakternya. Yang kalau orang Jawa melihat itu sebagai kesetaraan antara bibit, bebet, bobot. 

Ini tidak berlaku di semua orang, namun sedikit banyak mempengaruhi. 


Lalu sebagai perempuan, kita sebaiknya bagaimana?

Yang penting adalah kita sebagai perempuan, harus punya satu pegangan agar bisa berdiri sendiri. Apapun itu bentuknya. Yang lebih baik adalah berupa keterampilan dan pendidikan. Dengan demikian, bisa siap untuk beradaptasi dan berjuang jika ada hal yang terjadi di luar dugaan.

Bukan untuk mengajak para istri memasang curiga dan waspada pada suami. Lalu memaksa membuat semua aset harta menjadi hak milik atas namanya. Ini semua tergantung kondisi dan kesepakatan masing-masing. 

Namun, mengajak para perempuan siap dengan perpisahan, terutama dalam pernikahan. 

Bahwa memang benar, suami dan istri itu pasti akan berpisah. Kalau nggak gara-gara manusia lainnya ya karena sudah takdir dari Tuhan. 

Kita tidak bisa mengendalikan masa lalu dan masa depan. Namun kita bisa mengelola masa kini, menjadi manusia yang lebih memilih hanya bergantung pada Tuhan. Tak begitu risau dengan tingkah polah manusia, yang bisa saja terbolak-balik hatinya. 

Dan bagi saya pribadi, menjadi baik, manis, menurut dan lugu itu sudah tidak jaman. Perempuan harus juga detil, waspada dan minimal tidak direndahkan oleh yang namanya pengkhianatan dan penipuan. Apalagi yang ditutupi dengan sikap manis dan enteng lidah menyebut firman dan ayat-ayat Tuhan. Hari gini, perempuan harus makin mempercayai diri sendiri dan hati nuraninya. Betul, bukan?

Sekilas adegan dan teaser drama ini bisa dilihat berikut:





Alasan Kuliah di Jurusan Kimia FMIPA ITB Yang Jauh dari Keluarga di Surabaya

20 komentar
Sebenarnya seperti halnya impian jamak anak-anak kecil di tahun 90-an adalah menjadi dokter. Maka kuliah di jurusan kedokteran termasuk sebagai cita-cita di dalam kepala saya waktu kecil, bahkan sampai SMA. Saya yakin bisa tembus ke jurusan ini, karena sejak kecil pula nilai rapor saya cukup bagus. Langganan rangking dan juara kelas. Bukan semata berotak cerdas atau pintar, tapi sejatinya saya memang anak yang diberikan titipan bakat untuk suka belajar. 

Sampai suatu saat ketika program analisa masuk jurusan apa di sebuah bimbingan belajar, pemilik bimbel yang menjadi konsultan juga saat itu memberikan pandangan yang berbeda. 

Dari beberapa hasil try out saya menunjukkan nilai yang tinggi di berbagai mata pelajaran, termasuk matematika, kimia, bahasa Indonesia, fisika dan bahasa Inggris. Nah yang jelek atau nggak terlalu bagus adalah nilai biologi. 

Pak konsultan bimbel lalu memberikan komentar begini, "Kamu ingin masuk kuliah kedokteran? tapi nilai biologinya rendah gini. Yakin kamu? kuliah kedokteran itu banyak hafalannya bukan hitungannya. Tapi matematika kamu tinggi gini kan. Coba pikir lagi. Kuliah kedokteran itu lama banget baru bisa menuai hasilnya. Butuh 14 tahun baru balik modal. Mulai kuliah kedokteran umum, lalu praktek pengabdian, trus kuliah lagi kedokteran spesialis. Panjang. Butuh bertahun-tahun dan butuh uang yang banyak."

Okay that's it. Demi kalimat terakhir itu yang mengurungkan niat saya untuk ngeyel mendaftar di jurusan kedokteran. Kasihan bapak yang pensiunan tentara sudah bertahun-tahun. Nanti ibu bakal seperti apa kerja jungkir baliknya untuk menutup biaya kuliah di kedokteran. Kuliahnya lama juga mungkin aku tidak tahan, apalagi banyak hafalan. Iya sepertinya konsultan bimbel itu benar. 

Singkat cerita, ketika mendaftarkan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri), saya pun memutuskan memilih jurusan Kimia. 



Alasan sederhana waktu itu adalah saya suka warna-warni. Kalau memilih jurusan Matematika atau Fisika nanti hanya ketemu angka-angka, membosankan. Kalau kimia kan nanti ada larutan, batu kristal dan reaksi kimia yang melibatkan juga warna-warna. 

Pilihan mendaftar kuliah saat itu adalah:
Pilihan 1 = Kimia FMIP ITB
Pilihan 2 = Kimia FMIPA ITS

Dua-duanya jurusan Kimia. Iya sengaja biar tidak repot juga dan hasil dari analisa pak konsultan bimbel tadi juga. Saya memilih jurusan yang kira-kira bakal tembus dan lolos masuk kampusnya. 

Ketika berkas mendaftar UMPTN sudah saya serahkan, yang waktu itu diurus kolektif oleh bimbel, jadi bukan sekolahan SMA yang mengurus gitu. Intinya saya sendiri yang mendaftar dan mengurus sendiri semuanya tanpa didampingi orang tua, saudara atau guru. 

Ketika mendengar saya hanya memilih jurusan Kimia, kakak laki-laki ketiga saya protes, kenapa saya tidak memilih jurusan Farmasi saja. Alasannya kalau sudah lulus nanti bisa bikin apotek sendiri, lebih jelas pekerjaannya. 

Saya waktu itu kaget juga dengan komentarnya kok baru muncul, lah kemarin ke mana aja mas?
Tapi sudah terlanjur, ya saya jawab aja apa adanya. 

"Kalau daftar ke farmasi, aku gak lolos mas, nilai passing grade ku gak nututi."

Dan ketika ditanya kenapa milih Kimia, nanti nggak jelas pekerjaannya. Aku pun menjawab kalau cita-citaku ingin menjadi dosen atau peneliti di laboratorium kimia. Dan itu memang benar adanya. 

Eh lalu kenapa harus ke ITB?
Ke Bandung? gak ke ITS aja langsung gitu kuliahnya, kan enak dekat dengan keluarga di tanah kelahiran Surabaya, ya kan?

Entahlah, saya waktu itu pengen menantang diri sendiri saja. Ingin merantau. Sekalian untuk memacu diri sendiri lebih baik tanpa intrik-intrik orang dekat atau keluarga yang masih menganggap saya anak perempuan cengeng dan nangisan hahaha. Nekad amat dah. Padahal saya tidak punya keluarga dan kenalan sama sekali di Bandung atau bahkan Jawa Tengah. Udah berani aja loncat dari Jawa Timur ke Jawa Barat.



Dan begitulah, akhirnya, atas takdir jalan dari Allah SWT saya diterima di jurusan Kimia ITB. Ibu saya yang sesaat setelah mendaftar, menangis tiap hari dan berdo'a supaya saya batal atau tidak diterima di kampus yang jauh, kali ini do'anya tidak manjur. Huuuu...so sad mendengar cerita ini kemudian. 

Tapi orang tua dan keluarga saya tidak terlalu baper melepas saya merantau jauh ke Bandung. Karena udah ada pengalaman 3 tahun waktu SMA jauh dari Surabaya, ketika menemani ibu kembali ke Jombang, kota kelahiran ibu yang berjarak 2 jam dari Surabaya itu. Bahkan waktu kelas 3 SMA saya benar-benar sendirian di rumah selama satu tahun dan sempat berpindah ke rumah saudaranya ibu demi keamanan diri jika terus sendirian di rumah ibu yang asli. Demi bisa belajar juga tiap hari biar lolos UMPTN dan bisa tembus masuk ITB. 

Dan kenapa juga ITB? kenapa bukan UGM atau UI?

Entahlah  kalau diingat, saya dulu tak terlalu risau dengan predikat kampus favorit. Mungkin ini termasuk jadi bagian pengaruhnya, jadi waktu kelas 3 SMA ada kunjungan dari alumni SMA yang sudah kuliah di ITB. Sedikit ceritanya menarik hati. Terutama kota Bandung yang dingin dan makanannya enak-enak. 

Sejak lahir saya tinggal di Surabaya, kota metropolitan yang padat dan panasnya minta ampun. Jadi pengen banget ke kota Bandung yang sejuk dan adem itu. 

Nah, sederhana bukan alasan masuk kuliah di jurusan kimia ini?

Nggak banget deh dengan analisa ala anak masa kini. Receh banget mbak Heni. Lah itu kenyatannya. Dan ketika saya sudah kuliah, terbukti deh kalau pak konsultan bimbel itu benar. Mending saya ambil jurusan Matematika. 

Kenapa?
Karena di jurusan kimia selama kuliah 4 tahun itu, nilai mata kuliah di transkrip akhir saya untuk Kalkulus dan Matriks Ruang Vektor (pelajaran matematika) adalah A dan AB. Sedangkan nilai mata kuliah terkait kimia malah beragam mulai A,B,C dan D. 

Iya serius, di transkrip saya, nilai Kimia Analitik saya D. Yang menyebabkan IPK saya menjadi 2,98. Hanya butuh 0,02 aja untuk menjadi bulat 3. Ya ampun sayaa....

Lalu setelah lulus, kerja apa?

Tunggu postingan selanjutnya, mungkin akan jadi topik baru di Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog.

 






Ide Bisnis Pretend Play Toys Atau Mainan Pura-Pura Dari Kain Untuk Anak-Anak

Tidak ada komentar

Pretend play adalah bermain pura-pura, yang bisa berguna untuk mengenalkan dan mengasah soft skill pada anak. Contohnya adalah anak berpura-pura menjadi dokter, petani, koki, penjahit, arsitek, penulis, programmer dan lain sebagainya. 

Pretend play bisa dilakukan langsung atau memerlukan alat peraga yang bisa disebut Pretend Play Toys. Kita bisa membuat mainan peraga ini dari berbagai bahan. Misalnya kerdus susu, kotak cereal, bungkus jajan atau dari kain. 

Keuntungan pretend play toys dari kain adalah awet. Bisa dicuci dan dipakai ulang. Seperti apa contohnya ya? Berikut rangkaian ide yang saya dapat dari berbagai sumber, terutama di pinterest. Mari kita lihat:


1. Cover Kursi Klinik Dokter Hewan



Pretend Play berupa sarung kursi ini menarik loh. Bisa diterapkan di segala bentuk kursi makan atau kursi kerja yang sudah ada di rumah. Dengan beberapa potongan dan jahitan sehingga bisa menutup kursi, lalu diberikan desain yang menunjukkan bahwa kursi itu adalah sebuah tempat atau meja kerja yang sesuai dengan profesi pura-pura yang dimainkan anak-anak. 

Di gambar adalah Cover Kursi Klinik Dokter Hewan, dimana tersedia beberapa hal yang dibutuhkan. Itu bisa dicetak sablon, atau dijahit terpisah dalam bentuk boneka atau peraga dari kain flanel. 

Model lain bisa dibuat dengan tipe Pretend Play Cover Chair atau cover kursi ini adalah:
  1. Laptop pura-pura (kerjanya penulis/programmer)
  2. Kompor dan oven free-standing pura-pura (kerjanya koki)
  3. Meja kerja guru 
  4. Astronot, dan lain sebagainya
Sebelum membuat, pastikan membuat riset tentang apa saja yang ada di benak anak tentang profesi itu. Dan apa yang nyata ada di dalam profesi itu. Maka unsur edukasi akan melekat sangat kuat. 


2. Kotak Bekal dan Makanan dari Kain Flanel



Flanel ini menarik untuk dieksplorasi karena mudah dibentuk, dijahit atau dilem dan juga warna-warni. Kali ini bisa jadi makanan atau bahan makanan pura-pura yang bisa disusun menjadi burger, sandwich atau nasi goreng, sayur tumis, nasi pecel dan lain sebagainya dalam versi makanan tradisional Indonesia. Yang kemudian disusun di kotak bekal. Di mana kotak bekal ini juga bisa dibuat dari kain flanel. 

Pilihan menggunakan kain flanel ini harus diperhatikan juga untuk anak usia berapa. Anak balita yang masih di fase oral atau suka makan dan memasukkan barang ke dalam mulut, sebaiknaya tidak diberikan mainan dari kain flanel. Karena kain ini ada serabutnya sehingga bisa saja tergigit, lepas dan tertelan di mulut anak bayi dan balita. 

Namun untuk anak dengan usia pas dan kemampuan menjaga diri dan mainan yang sesuai, kain flanel ini adalah jenis kain yang awet untuk bahan mainan pura-pura. 


3. Istana Kain di Meja

Masih ingat kan waktu kecil suka menggunakan sprei atau sarung yang dibentangkan antar kursi dan meja, seolah-olah itu menjadi tenda, gua atau rumah kita?

Nah, ini ada ide menarik untuk membuat Istana dari kain yang bisa dipasang di meja dengan lebih cantik. Lebih aman juga karena tidak melorot setelah beberapa bagian bisa diikat di kaki meja. Coba perhatikan gambar berikut:




Gimana? menarik kan ide mainan pura-pura dari bahan kain ini?
Bagi anda yang sudah mempunyai keterampilan menjahit atau bahkan konveksi, bisa mencoba memproduksi mainan ini sebagai produk tambahan untuk dijual. 

Perhatikan sasaran anak-anak yang ingin dibantu dengan bermain pura-pura. Pelajari juga tahap perkembangan anak sehingga bisa memberikan produk yang tepat sesuai kebutuhan. Jangan lupa menarik opini dan masukan dari orang tua anak-anak usia dini, sehingga bisa sesuai jaman. Jangan tanya ke ibu-ibu yang anaknya sudah kuliah seperti saya, bisa jadi jawabannya nanti, "ngapain sih bikin gituan? pakai sprei dan sarung aja dah cukup.". Lol.

Jika ingin mencari ide lebih lanjut bagaimana bentuknya, anda bisa mencari di google atau pinterest dengan kata kunci PRETEND PLAY TOYS FROM FABRIC. Insya Allah bisnis mainan anak itu nggak ada matinya. Selalu menarik. Dan anda pun bisa menerima custom order, pesanan sesuai permintaan dan kebutuhan konsumen. 

Semoga menginspirasi. 

Sumber gambar dari sini, sini dan sini.


Setelah Membaca Buku Syekh Ali Jaber Amalan Ringan Paling Menakjubkan

Tidak ada komentar


 Meninggalnya Syekh Ali Jaber, ketika beliau dalam perawatan setelah terinfeksi virus COVID-19, ikut menggoncang hati saya. Padahal sebelumnya, saya tidak terlalu tertarik dengan beliau. Di benak saya waktu itu, ketika beliau pertama kali muncul di acara ceramah di televisi, lomba menghafal Al-qur'an dan beberapa berita, adalah sesal. 

"Kenapa ada orang Arab segala sih yang muncul jadi ustadz di TV? kan orang Indonesia banyak."

Akan tetapi, beberapa bulan sebelum beliau meninggal, banyak potongan-potongan media yang menceritakan tentang beliau. Dan membuat saya tertarik. Terutama ketika beliau memaafkan orang yang telah menusuknya di suatu acara di sebuah daerah. 

"Syekh Ali Jaber, bukan orang biasa ini kayaknya. Sosoknya, karakternya, kok beda seperti ustadz-ustadz yang biasanya tampil di media?", begitu yang terlintas dalam hati. 

Mohon dimaklumi adanya, begitulah yang dirasakan oleh orang awam. Dari saya yang tak punya latar belakang agama yang bagus, bahkan mempunyai keluarga yang berbeda agama. Ya, tidak semua saudara kandung saya beragama Islam. Mungkin suatu saat saya akan menceritakan hal ini, terkait apa yang terjadi dan bagaimana pengaruhnya pada keluarga besar kami. 

Bahwa Syekh Ali Jaber bukan orang biasa, pun terbukti dari isi buku ini. Jujur saja, saya baru tahu ada buku ini ketika beliau sudah berpulang. Sesaat setelah berita Syekh meninggal, seketika itu juga algoritma media sosial bermain, begitu juga marketplace. 

Iklan buku-buku karya Syekh ini mulai bertebaran. Orang pun mulai memposting komentarnya, review bukunya atau keinginannya membeli buku ini. Tentu yang lebih gencar lagi adalah orang yang berpromosi. Mendadak ikut jualan buku agama, diawali dengan buku beliau. 

Awalnya saya ingin membeli buku ini dari tokopedia, dengan sistim pre-order, karena penjualnya baru akan restok setelah buku ini viral. Namun saya batalkan, karena teman saya ikut-ikut menjualnya. Rumahnya dekat pula dengan saya, jadi ongkos kirim bisa ringan. Bahkan mungkin gratis. Tak ketinggalan juga saya berpikir untuk lebih mendukung jualan teman sendiri daripada orang yang belum kenal. 

Datanglah bukunya sebulan kemudian. Kok lama sekali? ya sepertinya pihak penerbit pun kewalahan untuk mencetak ulang buku yang tak disangka-sangka akan viral dan diminati jutaan orang di Indonesia. Dari mereka yang tersentuh dengan sosok Syekh Ali Jaber, seperti saya. 

Awalnya buruk sangka.

Iya, awalnya saya mengira buku ini isinya biasa-biasa saja. Hanya poin sedikit materi, banyak ayat-ayat Al-qur'an dan Hadits. Tulisan Arab lebih banyak daripada abjad latin. Itu dugaan saya. Jenis buku yang enggan saya beli dan baca. Namun saya tetap memesannya karena ingin ada kenangan dari sosok Syekh Ali Jaber. 

Ternyata saya salah. 

Buku ini juga disertai dengan CERITA atau storytelling. Sebuah konsep yang menyertai buku amalan seperti ini, yang jarang digunakan oleh penulis buku agama. 

Dan lebih menariknya lagi, cerita ini adalah kenyataan yang dialami sendiri oleh Syekh. Ditambah dengan gaya menulisnya, seperti beliau sedang ngobrol biasa saja di depan kita. Atau seperti berbincang langsung di depan jama'ah. Santai. Kalimat pendek-pendek. Khas Syekh Ali Jaber. 

Jika benar buku ini ditulis sendiri oleh beliau, maka kemampuan berbahasa Indonesia Syekh ini cukup bagus. Karena enak dibaca. Ringan dan mengalir. 

Isi buku juga padat banget. Istilah anak sekarang adalah, bukunya daging banget. 

Banyak kalimat penting yang bisa distabilo. Bahkan jika dituruti, satu buku bisa berwarna-warni karena semuanya penting. 

Salah satu contohnya ini, tentang konsep arti Sifat Allah SWT dalam bahasa Arab, yang diberikan tambahan oleh Syekh, sebuah pengetahuan yang baru kali ini saya tahu. Contohnya adalah arti Asmaul Husna, Asy-Syakur (Maha Mensyukuri). 

Dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan langsung sebagai Maha Mensyukuri. Padahal aneh kan ya? Kok Allah SWT malah mensyukuri? 

Ternyata, terjemahan ini belum tepat. Karena arti bahasa Arabnya lebih panjang lagi, dan jika diterjemahkan adalah Maha Memberikan Pahala besar untuk Amalan yang Kecil, itu adalah arti dari Asy-Syakur. 

Gimana, baru tahu kan? sama. 

Poin ini yang mungkin ditarik menjadi judul buku. Dan menjadi copy yang menarik untuk orang Indonesia yang suka dapat untung gede dengan modal dikit.

Amalan ringan apa saja yang dianjurkan oleh Syekh Ali Jaber?

Sebenarnya biasa-biasa saja, alias yang sering kita dengar dari berbagai sumber dan ulama. Sejak dulu sampai sekarang. Namun bumbu cerita dan pengalaman Syekh, membuat kita semakin yakin betapa amalan itu sangat bermakna besar. 

  1. Selalu membaca Shalawat
  2. Selalu membaca istighfar
  3. Banyak-banyak membaca surat Al-Fatihah
  4. Membaca QS. Al-Mulk sebelum tidur
  5. Sedekah Shubuh
  6. Amalan di hari Jum'at
  7. Menghargai orang kecil 
  8. Menutup aib diri sendiri
  9. Berlama-lama dalam sujud
  10. Memberi jeda ketika membaca QS. Al-Fatihah, karena sejatinya Allah SWT membalas di setiap ayat yang kita baca
  11. Tidak terburu-buru dalam shalat
  12. Menikmati shalat sebagai ajang pertemuan dengan Allah SWT
  13. Menikmati mengaji dan membaca Al-Qur'an
  14. Menikmati berdo'a seperti sedang curhat kepada Allah SWT
  15. Dilarang curhat keburukan kepada manusia, walaupun ulama. Dianjurkan hanya curhat kepada Allah SWT melalui do'a
Dan banyak lagi yang lainnya, terutama amalan berlatar cerita hikmah. 
Saya membaca buku itu, sehari langsung habis. Pasti bakal dibaca ulang lagi untuk mencatat poinnya. Namun saya berikan dulu ke anak kedua saya, yang ikut tertarik ingin membacanya. 

Mendapatkan nasihat agama seperti ini sebenarnya udah biasa saja kan ya. Banyak ustadz, ulama, Kyai yang kadang ketemu langsung di sebuah acara ceramah atau kita lihat di media. 

Namun mendapatkan nasihat ini dari Syekh Ali Jaber, bahkan hanya dari video digital dan buku cetak seperti ini, kok bagi saya, terasa getarannya sampai ke hati. 

Batin saya yang awam ini berasumsi, mungkin Syekh ini memang baik luar biasa, terutama di hadapan Allah SWT. Dan ini adalah bukti nyata dari jargon, Menulis dari hati akan sampai ke hati. Terbukti buku ini, bisa sampai ke hati saya. 

Semoga menginspirasi.