Tampilkan postingan dengan label review buku. Tampilkan semua postingan

Baca Buku: Kisah Sukses J.K Rowling Di Balik Proses Penulisan Harry Potter - Indra Ismawan

Tidak ada komentar

Aku menulis untuk diri sendiri.  Aku rasa tak seorang pun akan menikmati buku ini lebih dari yang kurasakan saat membacanya. [J.K Rowling] 

 

Kisah Sukses J.K Rowling Di Balik Proses Penulisan Harry Potter - Indra Ismawan








Kebetulan bulan April 2024 ini saya termotivasi untuk berburu buku bekas yang bersejarah di satu marketplace andalan saya, tokopedia. Sampai menemukan buku ini, seukuran kecil buku saku, tebalnya 300 halaman, sedikit repot untuk membacanya, kualitas kertas dan buku masih bagus dan utuh. Dan yang lebih menyenangkan lagi, harganya murah, hanya Rp.35.000 saja.



Terima kasih Riska, sudah memajang buku ini di toko online anda, RiskaBookStore Tokopedia. Semoga sampai beberapa tahun ke depan, saya bisa menemukan buku bekas bagus lagi di situ.

Buku berjudul "Kisah Sukses J.K Rowling Di Balik Proses Penulisan Harry Potter' ini ditulis oleh Indra Ismawan. 

Saya baru mengenal nama ini di kalangan penulis. Namun, setelah membaca bab pertama buku ini, ketahuan banget kalau penulisnya jagoan menulis. Kalimatnya menarik, sederhana, runtut dan seperti sedang mendengarnya bercerita langsung di depan saya. Atau seperti pembicara seminar yang asyik didengar. 

Saya pikir buku ini berukuran besar A5 seperti biasa. Namun ternyata lebih kecil. Seperti model buku saku di jaman dulu. Kalau sekarang disebut model pocketbook. 

Buku ini berisi 300 halaman selain daftar pustaka dan lampiran. Jadi cukup tebal. Akibatnya sedikit sulit membaca sambil memegang belahan lembar buku, supaya tulisan terbaca namun buku tidak rusak terbelah. Hal ini bisa saya pertahankan hanya sampai di halaman ke-150. Selebihnya, terpaksa harus membelah buku ini sehingga bentuknya lebih datar dan lebih enak dibaca. Akibatnya, satu bagian lem halaman rusak. "Pengorbanan pembaca".

Hal menakjubkan dari proses membaca buku ini adalah, baru pertama kalinya saya mencoret buku selain buku sekolah atau lembar print biasa. Haram bagi saya sebelumnya menodai buku dengan cara apapun, mencoret, menstabilo, menulis catatan samping apalagi melipat lembar kertas buku. 

Semua buku saya pasti mulus halus, tentu kecuali buku sekolah dan kuliah. Banyak persamaan reaksi dan penurunan rumus kimia dan matematika di sana. 

Namun, membaca buku ini menggelitik hati saya untuk mencoret bagian penting dengan pensil warna. Pertama pensil warna orange, lalu warna hijau. 

Ya, masih pensil warna. Saya belum sebrutal itu mencoret buku dengan spidol atau artline pen dengan tinta warna tajamnya. Masih gak tega. 

Di buku ini juga, proses membaca aktif ingin saya terapkan. Selain siaga dengan pensil warna saat membaca. Saya juga menulis ulang atau membuat catatan untuk recall hal penting yang sudah saya baca dari buku. Seperti trik belajar saat sekolah, begitulah. 

Sepertinya ini penting sekali, terutama di usia saya yang udah ke-45 tahun ini. Udah mulai lupa hal penting kecil, kalau tidak ditulis di kertas. 

Sebelumnya, saya ingin menulis catatan buku ini di buku tulis secara manual. Namun, bingung sendiri memilih yang mana buku kosong yang akan saya isi. Dan rasanya bakal terbatas nanti nulisnya, karena gampang pegel tangan ini kalau menulis manual. Jadi saya memilih mencatatnya di blog ini saja. 

Oke, singkat cerita, ini catatan penting yang terekam di benak saya. 

1. J.K Rowling Menulis Untuk Diri Sendiri
    Saya tertarik waktu membaca quote di bab 1, saya tulis juga di atas tulisan ini. Bahwa J.K Rowling menulis novel Harry Potter itu untuk dirinya sendiri. Dari awal buku sampai akhir, hal ini benar-benar terbukti melalui prosesnya menulis dan menyiapkan cerita novelnya sampai ke-7 novel. 

    Kenapa tertarik? karena sejak kenal istilah Tentukan Niche untuk personal branding dan target market, ini istilah dalam bisnis. Isi kepala saya selalu begini, " apa orang suka ya? apa nanti laku ya? jangan-jangan saya suka tapi orang tidak suka dan kemudian tidak laku."

Memang seperti itulah kalau berpikir untuk berdagang, berbisnis dan ingin mempromosikan sesuatu. Karena saya sudah kecebur di dunia bisnis rintisan, startup, digital marketing ini lebih dari 5 tahun, maka pola pikirnya menancap. 

Membaca quote awal buku ini, menyegarkan. Rasanya seperti diberi es jeruk manis di siang bolong. Lalu disampingnya ada juga gorengan ote-ote dan tahu isi lengkap dengan cabe lalapan. Gurih, pedes, lalu seger manis. Menyenangkan. 

2. J.K Rowling Suka Membaca dan Menulis
Singkat cerita, sejak kecil Joanne, nama asli J.K Rowling ini suka membaca buku, menulis dan bercerita. Dia suka membuat karakter dan cerita imajinasi. Termasuk juga suka bermain sihir-sihiran dengan temannya, yaitu anak tetangga rumahnya, yang bernama Potter. 

Joanne suka mengarang cerita imajinasi kepada adik perempuannya, Di. Karena sering lupa dengan ceritanya sendiri, dia pun mulai menulisnya di buku. 

Joanne, membaca buku yang ceritanya lebih berat daripada usianya. Orang tuanya juga suka membaca buku, terutama ibunya. Namun mereka tidak menghiraukan ketika Joanne bilang ingin menjadi penulis dan akan menjadi kaya dan terkenal karena menulis. Karena di jaman itu, menjadi penulis bukan sebagai profesi yang menjanjikan dan stabil di masa depan. 

Joanne pun menurut untuk kuliah di jurusan Sastra Perancis, dengan tujuan bekerja sebagai Sekretaris Dwibahasa dan penterjemah. Pekerjaan ini pun diambil oleh Joanne, namun dia mengacaukannya karena tipe orang yang tidak rapi dan detil seperti sekretaris seharusnya. 

Dalam tiap momen hidupnya, Joanne tetap berusaha untuk bisa menulis. Dia menulis cerpen, membuat karakter imajinasi, menulis nama-nama unik, yang semuanya dia simpan sendiri. Joanne termasuk pemalu dan tidak ingin ada orang yang akan menilai tulisan karyanya. 

Sampai di momen terpuruknya, ketika dia harus mengasuh bayi sendirian pasca bercerai dengan suaminya, 4 bab awal Harry Potter yang sudah ditulisnya itu dibaca dengan tertawa oleh Di, adiknya. Maka Joanne kembali bertekad meneruskan keinginannya menjadi penulis. Dan melanjutkan cerita tentang Harry Potter itu. 

3. Proses Menulis Harry Potter: Bebas Kreatif Namun Perfeksionis dan Detil
Joanne selalu menulis secara manual, mencatat ide dan draft ceritanya di kertas dengan pena hitam. Dia lebih suka menuangkan ide pertamanya dengan tulisan tangan, bahkan sampai novel ketujuh Harry Potter dibuat. Mungkin sampai sekarang, karena jadi gayanya dalam berpikir dan menulis. 

Suatu hari, ketika dia di dalam gerbong kereta api, ide Harry Potter ini muncul. Waktu bengong, karena menunggu petugas mekanik memperbaiki kerusakan di kereta, imajinasi seorang anak yang baru tahu kalau di adalah penyihir, muncul di kepalanya. 

Waktu di kereta itu, dia tidak mencatat idenya di kertas seperti biasa. Katanya karena Joanne tadi terlalu lelah bekerja. Namun dia berusaha melengkapi idenya di kepala sampai tuntas ceritanya menjadi 7 bagian buku. 

Sampai di rumah, dia lanjutkan mencatat ide Harry Potter itu. Dia akan menulis 7 seri novel Harry Potter. Yang menunjukkan 7 tahun masa dia ada di Sekolah Sihir. Di tiap 1 buku novel akan menceritakan 1 tahun masa sekolah Harry di situ. 

Joanne berkali-kali mengatakan di setiap kesempatan, bahwa dia menulis Harry Potter untuk menghibur dirinya sendiri. Karena dia sangat suka menulis. Dan dia suka berimajinasi. 

Ketika satu buku novel Harry Potter selesai ditulis, Joanne ingin menerbitkan buku itu hanya karena dia ingin melihat hasil karyanya terpajang di toko buku. Sesederhana itu. Dan dia tidak menargetkan Harry Potter disukai banyak orang dan dia akhirnya menjadi penulis terkenal.

Dari sini, yang bermakna bagi saya adalah, Joanne bisa menjadi dirinya sendiri, menulis hal yang dia sukai dan untuk dirinya sendiri. Tidak ada tekanan dari berbagai pihak untuk menciptakan karakter yang kira-kira disukai dan laris di pasaran atau tidak. Bebas kreatif dan bisa menikmati proses menulisnya. 

Namun, walau begitu, Joanne adalah orang yang perfeksionis. Dalam tulisannya juga dia berusaha tiap plot dan detilnya benar-benar bagus. Dia bahkan mau Rewriting, menulis ulang sampai ceritanya bagus. Bahkan ada satu bab di buku Harry Potter yang dia tulis ulang sampai 13 kali. Sungguh luar biasa. Itu ketika dia menulis bab 9 di novel Harry Potter : The Goblet of Fire. 

Joanne bukan orang yang teratur dengan jam kerja khusus, seperti penulis yang banyak muncul di media sosial saat ini. Dengan segala bentuk template untuk tracking progress. 

Joanne adalah orang yang spontan menulis imajinasinya. Biasanya dia mulai menulis di atas jam 12 siang. Namun bisa sampai tengah malam, dan mungkin tidak tidur. Dia menulis dengan tulisan tangan, sampai semua detil ceritanya bisa tersambung dengan baik. 

Jika ada satu lubang kecil saja dari ceritanya yang tidak nyambung, Joanne akan mengulangi menulis dan memperbaiknya. 

Proses menulis buku pertama Harry Potter, katanya sampai 5 tahun. Lalu total selesai menulis novel ketujuhnya sekitar 14 tahun. Wow ini proses yang panjang sekali ya dalam menulis. 

Salut saya dengan kegigihan, ketekunan dan ke-perfeksionisan Joanne. 

Joanne juga mempunyai taktik menerbitkan buku, di mana dia tidak akan membocorkan penggalan cerita, ide cerita dan apapun di setiap jeda novel Harry Potter ini ditulis. 

Jadi, kalau jaman sekarang, orang mulai spill spill ide tulisan untuk dipikiran keroyokan dengan penggemar di sosial media, dan bikin topik biar rame fyp supaya nanti bukunya laris. Joanne sama sekali tidak begitu. 

Dia menulis dalam diam sampai bukunya sempurna untuk diterbitkan. 

Setelah membaca ini, saya mulai membayangkan siapa penulis jaman sekarang yang tidak terlalu rame di media sosial, namun bukunya tiba-tiba muncul bagus. 
Saya teringat dua nama:
  1. Arleen A. penulis buku anak
  2. Andrea Hirata
Mereka ada di akun media sosial, namun tidak terlalu aktif membuat konten atau kesana-kemari untuk promosi, memberikan pelatihan dll. 

Tipe dua penulis Indonesia ini, sepertinya mirip karakternya dengan Joanne, yang tidak terlalu suka disorot oleh wartawan dan media. Atau lebih suka bekerja sendiri di rumahnya, kalau udah beres semua baru muncul di depan umum, seperti itulah kira-kira. 

Jika anda penulis introvert dan rasanya capek banget harus juga berjibaku membuat konten di media sosial seperti tiktok, instagram, dll. Jangan kuatir, gak usah ngonten juga gpp.

Tiru saja mereka. Kualitas tulisannya yang memang bagus, yang akhirnya menjadi corong pemasaran secara otomatis. 

Urusan marketing, serahkan pada penerbit dan tim pemasarannya yang benar. 

4. Pesan dari J.K Rowling
    Joanne suka membaca dari kecil bahkan sampai sekarang. Maka banyak membaca buku adalah pesan pertama untuk memulai menulis.

Lalu, Joanne mengatakan, "Mulailah menulis dari halaman rumahmu sendiri".
Yang artinya, mulai tulislah apa yang kamu ketahui, kamu bisa, dan menarik perhatianmu. 
Tulislah saja, lalu nanti semuanya akan mengalir menjadi cerita. 

Hmm menarik, sepertinya saya perlu membongkar satu kabinet harta karun saya, yang menyimpan draft tulisan jaman anak saya masih bayi itu. Lalu memulainya lagi dari situ. 

Okay itulah catatan singkat saya membaca buku ini. 
Kalau tertarik baca bukunya, silahkan mencari di toko buku bekas, semoga masih ada. 

- Heni Prasetyorini -

*Blogpost ini ditulis di atas meja panjang jati, di rumah i-5, sambil mendengar lagu ABBA

Setelah Membaca Buku Syekh Ali Jaber Amalan Ringan Paling Menakjubkan

Tidak ada komentar


 Meninggalnya Syekh Ali Jaber, ketika beliau dalam perawatan setelah terinfeksi virus COVID-19, ikut menggoncang hati saya. Padahal sebelumnya, saya tidak terlalu tertarik dengan beliau. Di benak saya waktu itu, ketika beliau pertama kali muncul di acara ceramah di televisi, lomba menghafal Al-qur'an dan beberapa berita, adalah sesal. 

"Kenapa ada orang Arab segala sih yang muncul jadi ustadz di TV? kan orang Indonesia banyak."

Akan tetapi, beberapa bulan sebelum beliau meninggal, banyak potongan-potongan media yang menceritakan tentang beliau. Dan membuat saya tertarik. Terutama ketika beliau memaafkan orang yang telah menusuknya di suatu acara di sebuah daerah. 

"Syekh Ali Jaber, bukan orang biasa ini kayaknya. Sosoknya, karakternya, kok beda seperti ustadz-ustadz yang biasanya tampil di media?", begitu yang terlintas dalam hati. 

Mohon dimaklumi adanya, begitulah yang dirasakan oleh orang awam. Dari saya yang tak punya latar belakang agama yang bagus, bahkan mempunyai keluarga yang berbeda agama. Ya, tidak semua saudara kandung saya beragama Islam. Mungkin suatu saat saya akan menceritakan hal ini, terkait apa yang terjadi dan bagaimana pengaruhnya pada keluarga besar kami. 

Bahwa Syekh Ali Jaber bukan orang biasa, pun terbukti dari isi buku ini. Jujur saja, saya baru tahu ada buku ini ketika beliau sudah berpulang. Sesaat setelah berita Syekh meninggal, seketika itu juga algoritma media sosial bermain, begitu juga marketplace. 

Iklan buku-buku karya Syekh ini mulai bertebaran. Orang pun mulai memposting komentarnya, review bukunya atau keinginannya membeli buku ini. Tentu yang lebih gencar lagi adalah orang yang berpromosi. Mendadak ikut jualan buku agama, diawali dengan buku beliau. 

Awalnya saya ingin membeli buku ini dari tokopedia, dengan sistim pre-order, karena penjualnya baru akan restok setelah buku ini viral. Namun saya batalkan, karena teman saya ikut-ikut menjualnya. Rumahnya dekat pula dengan saya, jadi ongkos kirim bisa ringan. Bahkan mungkin gratis. Tak ketinggalan juga saya berpikir untuk lebih mendukung jualan teman sendiri daripada orang yang belum kenal. 

Datanglah bukunya sebulan kemudian. Kok lama sekali? ya sepertinya pihak penerbit pun kewalahan untuk mencetak ulang buku yang tak disangka-sangka akan viral dan diminati jutaan orang di Indonesia. Dari mereka yang tersentuh dengan sosok Syekh Ali Jaber, seperti saya. 

Awalnya buruk sangka.

Iya, awalnya saya mengira buku ini isinya biasa-biasa saja. Hanya poin sedikit materi, banyak ayat-ayat Al-qur'an dan Hadits. Tulisan Arab lebih banyak daripada abjad latin. Itu dugaan saya. Jenis buku yang enggan saya beli dan baca. Namun saya tetap memesannya karena ingin ada kenangan dari sosok Syekh Ali Jaber. 

Ternyata saya salah. 

Buku ini juga disertai dengan CERITA atau storytelling. Sebuah konsep yang menyertai buku amalan seperti ini, yang jarang digunakan oleh penulis buku agama. 

Dan lebih menariknya lagi, cerita ini adalah kenyataan yang dialami sendiri oleh Syekh. Ditambah dengan gaya menulisnya, seperti beliau sedang ngobrol biasa saja di depan kita. Atau seperti berbincang langsung di depan jama'ah. Santai. Kalimat pendek-pendek. Khas Syekh Ali Jaber. 

Jika benar buku ini ditulis sendiri oleh beliau, maka kemampuan berbahasa Indonesia Syekh ini cukup bagus. Karena enak dibaca. Ringan dan mengalir. 

Isi buku juga padat banget. Istilah anak sekarang adalah, bukunya daging banget. 

Banyak kalimat penting yang bisa distabilo. Bahkan jika dituruti, satu buku bisa berwarna-warni karena semuanya penting. 

Salah satu contohnya ini, tentang konsep arti Sifat Allah SWT dalam bahasa Arab, yang diberikan tambahan oleh Syekh, sebuah pengetahuan yang baru kali ini saya tahu. Contohnya adalah arti Asmaul Husna, Asy-Syakur (Maha Mensyukuri). 

Dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan langsung sebagai Maha Mensyukuri. Padahal aneh kan ya? Kok Allah SWT malah mensyukuri? 

Ternyata, terjemahan ini belum tepat. Karena arti bahasa Arabnya lebih panjang lagi, dan jika diterjemahkan adalah Maha Memberikan Pahala besar untuk Amalan yang Kecil, itu adalah arti dari Asy-Syakur. 

Gimana, baru tahu kan? sama. 

Poin ini yang mungkin ditarik menjadi judul buku. Dan menjadi copy yang menarik untuk orang Indonesia yang suka dapat untung gede dengan modal dikit.

Amalan ringan apa saja yang dianjurkan oleh Syekh Ali Jaber?

Sebenarnya biasa-biasa saja, alias yang sering kita dengar dari berbagai sumber dan ulama. Sejak dulu sampai sekarang. Namun bumbu cerita dan pengalaman Syekh, membuat kita semakin yakin betapa amalan itu sangat bermakna besar. 

  1. Selalu membaca Shalawat
  2. Selalu membaca istighfar
  3. Banyak-banyak membaca surat Al-Fatihah
  4. Membaca QS. Al-Mulk sebelum tidur
  5. Sedekah Shubuh
  6. Amalan di hari Jum'at
  7. Menghargai orang kecil 
  8. Menutup aib diri sendiri
  9. Berlama-lama dalam sujud
  10. Memberi jeda ketika membaca QS. Al-Fatihah, karena sejatinya Allah SWT membalas di setiap ayat yang kita baca
  11. Tidak terburu-buru dalam shalat
  12. Menikmati shalat sebagai ajang pertemuan dengan Allah SWT
  13. Menikmati mengaji dan membaca Al-Qur'an
  14. Menikmati berdo'a seperti sedang curhat kepada Allah SWT
  15. Dilarang curhat keburukan kepada manusia, walaupun ulama. Dianjurkan hanya curhat kepada Allah SWT melalui do'a
Dan banyak lagi yang lainnya, terutama amalan berlatar cerita hikmah. 
Saya membaca buku itu, sehari langsung habis. Pasti bakal dibaca ulang lagi untuk mencatat poinnya. Namun saya berikan dulu ke anak kedua saya, yang ikut tertarik ingin membacanya. 

Mendapatkan nasihat agama seperti ini sebenarnya udah biasa saja kan ya. Banyak ustadz, ulama, Kyai yang kadang ketemu langsung di sebuah acara ceramah atau kita lihat di media. 

Namun mendapatkan nasihat ini dari Syekh Ali Jaber, bahkan hanya dari video digital dan buku cetak seperti ini, kok bagi saya, terasa getarannya sampai ke hati. 

Batin saya yang awam ini berasumsi, mungkin Syekh ini memang baik luar biasa, terutama di hadapan Allah SWT. Dan ini adalah bukti nyata dari jargon, Menulis dari hati akan sampai ke hati. Terbukti buku ini, bisa sampai ke hati saya. 

Semoga menginspirasi.