Health is not Everything, but Everything is Nothing Without Health
Allahu Akbar, times fly rasanya itu ungkapan kok bener
banget ya. Waktu rasanya kayak terbang aja pake bahan bakar nitro, jadi
superjet wus wus gitu. Rasanya baru kemarin deh tahun baru 2017, yang diawali
dengan hal yang sangat menyengat batin dan melukai peradaban. Halah bahasamu
mbak Hen….
Alhamdulillah, walau diawali dengan ketidakenakan, tahun
2017 bisa kulalui dengan baik, malah sangat baik dan insyaAlloh akan terus
membaik. Bagaimana bisa? Setelah aku flashback, hal-hal yang membaik itu
ternyata dari usahaku untuk fokus pada kerja, kerja, kerja, berpikir positif dan pastinya
karena kesehatanku yang baik juga. Ya, di tahun 2017 ini, aku relatif jarang
sekali sakit. Lebih strong gitu deh. Pastinya itu bukan karena sulap atau
tipuan mata seperti yang dilakukan oleh Sacred Riana, pemenang Asia’s Got
Tallent 2017 dari Indonesia ya. *ngapain ngobrolin doiii….jadi ingat seremnya
dia kann.
Sehat saat "berburu Jamban" di sebuah desa di Bojonegoro
Ke-setronganku ini pastinya karena rutin mengkonsumsi vitamin atau suplemen
kesehatan yang bagus untuk ketahanan tubuh. Apalagi nih, kalau badan kita udah
sempat ambruk, kayak kemarin sepulang dari pelatihan menulis di Jakarta tuh,
aku tepar flu berat luar biasa. Nah wajib deh nambah asupan vitamin yang bagus untuk
mempercepat masa penyembuhan. Setelah ditopang vitamin ini, masa sembuhku jauh lebih cepat. Ya namanya emak-emak, mana bisa berlama-malam di atas
ranjang dan ngelap ingus? Pasti anak-anak juga pada protes, mama….cepat sembuh,
kalau sakit jangan
lama-lama yaa…
POWERFUL ENDURANCE Walaupun tahun 2017 ini aku bisa dibilang relatif sehat. Tapi sebenarnya secara stamina belum cukup hebat dan kuat. Masih gampang pegel-pegel nih badan. Jadi ya, di masa depan, aku maunya lebih setroongg, punya otot lebih kuat gitu. Nggak cuma biar nggak gampang sakit. Next step lah ya. Kalau hidup kita seimbang paripurna, bakal mudah untuk tidak sakit bahkan kalau sudah kadung sakit bisa cepat sembuh. Biar bisa begitu kita butuh yang namanya STAMINA YANG KUAT alias POWERFUL ENDURANCE. Untuk bisa mencapainya, kita butuh bahan bakar yang benar-benar bagus kualitasnya. Ya tahu sendiri kan, tubuh kita itu tidak bisa menyediakan semua hal secara mandiri. Maksudnya tidak semua zat yang diperlukan oleh tubuh, memang dibentuk sendiri oleh tubuh kita dalam proses metabolismenya. Kita butuh beberapa tambahan seperti asam amino, vitamin dan mineral yang harus didapatkan dari luar dengan cara dimakan atau diminum. Supaya metabolisme tubuh berjalan baik dan pertumbuhan tubuh juga optimal, diperlukan bantuan berupa suplemen yang komposisinya seimbang dan ideal untuk tubuh kita. Tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Nah Theragran-M adalah pilihan yang tepat, karena punya beberapa keunggulan, antara lain:
Theragran-M sudah diresepkan oleh para dokter selama 40 tahun (sejak tahun 1976).
Kombinasi Multivitamin (Vit A, Vit B, Vit C, Vit D, Vit E) dan Mineral esensial (seperti Magnesium dan Zinc) di dalam Theragran-M terbukti meningkatkan, mengembalikan dan menjaga daya tahan tubuh, serta mempercepat proses penyembuhan.
Cocok untuk masa penyembuhan berbagai jenis sakit yang membutuhkan dukungan daya tahan tubuh yang maksimal.
Dosis: Sehari 1 kaplet, sewaktu atau sesudah makan, atau sesuai dengan anjuran dokter.
Kegunaan multivitamin dan mineral yang ada di dalam Theragran-M ini, aku rangkum jadi infografis berikut ya...silahkan dibaca dibaca.....
Kenapa aku ingin lebih sehat dan kuat?
Karena aku udah mulai merasa nggak enak badan setiap kali selesai dalam tugas yang perlu banyak tenaga atau ke luar kota. Misalnya ini nih ketika ikut projek Blogger Goes To Lamong di daerah Gresik, dan harus turun ke lapangan untuk lihat crane dan simulasi pengamanan terminal pelabuhan di terik matahari yang menyengat. Sesampai di rumah, aku langsung tepar beibeh dalam arti badan rasanya remuk redam. Capeeek banget. Sampai jadi mager alias males gerak.
Saat kunjungan di Terminal Teluk Lamong
Apalagi waktu ikutan projeknya Water.org Indonesia dan KOMIDA di Bojonegoro selama 3 hari. Di hari pertama, kami kunjungan ke desa pelosok yang masih punya masalah dengan sanitasi sehat, layak dan bermartabat. Di sana saya dan rekan jurnalistik harus jalan kaki beberapa kilometer, menyusuri pematang sawah, menuju Sendang atau sumur umum warga, dan beberapa hal untuk melihat kondisi langsung warga negara Indonesia yang masih belum punya kamar mandi dan jamban untuk buang air besar.
Untung kanan kiri kami hijau, jadi pegel nggak kerasa *saat itu :)
Setelah mengikuti acara ini, kebayang ya badanku pegel semua. Iya bener, aku kurang banget olahraganya. Makanya sehat karena asupan makanan sehat dan suplemen vitamin pendukung itu harus juga ditambahi dengan olah fisik alias olahraga. Rencanaku nih ya mau rutin berenang sampai bisa full setengah jam berenang terus menerus tanpa jeda. Jadi nggak lebih banyak mainan air kayak biasanya. Untuk itu, aku nggak perlu nunggu ada barengan biar nggak manja, #halah. Maksudnya aku akan ikut jadwal renang yang aku buat dan akan berangkat sendirian saja kalau emang nggak ada barengan. Sementara itu untuk melatih kekuatan, aku akan optimalkan lagi itu sepeda lipat merah yang unyu milik anak kunyilku. Ya, aku mau bersepeda keliling perumahan dan jalur terdekat yang jalannya tidak menanjak ya hehehe, cangkeul euy kalau harus ngengkol sepeda naik turun jalan menanjak gitu. Kalau mau sempurna sih pengennya ikutan kursus bela diri gitu. Kemarin keponakanku nawari kelas Muay Tai dan Wushu di kampusnya. Tapi ya, nggak tau deh, kalau jadwal latihannya malam-malam yo nggak bisa nih. Itu kan jadwal meladeni suami untuk makan malam, nemenin anak belajar atau ngerjain tugasku sendiri di laptop. Pede aja ah, semoga dengan 3 hal ini: minum vitamin, berenang dan bersepeda rutin, aku bisa lebih sehat dan kuat di tahun 2018 dan tahun-tahun selanjutnya. Semangaat...!!! Kalau kamu, pengen lebih apa di tahun baru yang mau datang beberapa hari lagi ini?
If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a LEADER. - John Quincy Adams.
Jika tindakan anda bisa menginspirasi orang lain untuk bermimpi, belajar dan berbuat lebih baik dan lebih baik lagi, maka anda adalah Leader alias Pemimpin. Quote diatas saya sungguh sepakat, bagaimana dengan anda? Sepakat juga kan?
Ya, terutama di jaman millenials ini, sudah nggak jamannya pemimpin itu sekedar orang yang punya kekuasaan tertinggi, tak bisa dijangkau dari bumi dan tinggal main telunjuk saja agar pekerjaan beres. Leader saat ini tak hanya harus bisa jadi pemimpin. Mereka harus bisa juga menjadi teman, sahabat, partner main dan teman curhat dengan orang-orang yang dipimpinnya. Tentu saja peran sosial ini dilakukan sesuai dengan porsi, situasi dan kondisi yang tepat.
Perempuan menjadi leader, bagi saya pribadi, masih menjadi sesuatu yang luar biasa. Untuk itu saya seperti orang yang selalu kehausan ketika bertemu dengan sosok pemimpin perempuan. Saya haus untuk menyerap energinya, melihat gestur tubuhnya, mendengar dengan seksama cara mereka berkata-kata dan bagaimana cara berpikir mereka, sehingga bisa memimpin sebuah perusahaan besar. Itulah kenapa kalau saya sampai bertemu langsung, maka pandangan saya takkan berpaling sedikitpun dan kalau bisa setiap momen pertemuan itu saya rekam dengan berbagai alat yang ada. Saking kepinginnya saya menyerap banyak informasi dari mereka, untuk kemudian saya terapkan pada diri sendiri dan saya bagikan juga kepada dunia.
Dr. Ir. Sri Setiawati, M.A Kepala PUSPIPTEK
Woman Top Leader yang pertama saya temui langsung adalah ibu Dr. Ir. Sri Setiawati, M.A yang menjabat menjadi Kepala PUSPIPTEK (Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Saya bertemu beliau, ketika mengikuti ajang kompetisi menulis marathon, Writingthon #1, di Puspiptek.
Woman Top Leader kedua yang saya temui langsung adalah bu Dothy, Direktur Utama Terminal Teluk Lamong, sebuah terminal pelabuhan kebanggaan Indonesia yang canggih. ramah lingkungan dan bertaraf internasional.
Bu Dothy sebagai Direktur Utama PT Terminal Teluk Lamong yang sebelumnya menjabat sebagai Plt SM Peralatan pada Direktorat Teknik, Teknologi Informasi dan Komunikasi Kantor Pusat.
credit: photo by Ika (www.kakaika.com)
Antara sosok bu Sri dan bu Dothy ada satu kesamaan. Yaitu keduanya ada basic olahraga dan beladiri. Bu Sri adalah mantan atlet. Serupa juga dengan bu Dothy yang termasuk atlet karate dan aktif berenang. "Saya mantan atlet ya, jadi nggak mudah menyerah dan kalau gerak itu harus cekatan, kuat,"begitu kata bu Sri waktu itu.
Apakah basic menjadi atlet ini yang mendasari mereka berdua menjadi pemimpin perempuan tangguh?
Pertanyaan ini yang ada di benak saya. Dan pastinya langsung saya jawab iya. Karena menjadi atlet bukan perkara mudah. Harus berlatih hal sama terus menerus. Ketika gagal, bangun lagi dengan kekuatan yang lebih penuh. Terus berani melangkah maju. Dan yang pasti kuat dan punya stamina yang tinggi karena latihan yang mumpuni.
"Harus ada ENDURANCE dan POWER" begitu kata bu Dothy di acara sesi sharing bersama Blogger Goes To Lamong, di dalam kantor beliau tanggal 6 Desember 2017 lalu. Tentu saja, kedua hal itu harus beliau punyai karena menjadi pemimpin dari Terminal Teluk Lamong yang mempunyai berbagai kelebihan dan juga rencana inovatif kedepannya sebagai pioneer terminal pelabuhan berbasis automasi di Indonesia dan menjadi Top 5 ASEAN.
Menyaksikan gestur bu Dothy yang tiap gerakannya tampak ada power. Otot kuatnya sudah dilatih banget ya. Sesuai dengan postingan di instagram Terminal Teluk Lamong berikut yang menyebutkan bahwa Bu Dothy adalah pemegang sabuk cokelat karate. *ah jadi pengen belajar bela diri (lagi).
Sebuah kiriman dibagikan oleh Terminal Teluk Lamong (@terminalteluklamong) pada
Bu Dothy, Pak Eko dan tim Best Costume Bike to Work Terminal Teluk Lamong
Power itu tampak juga ketika beliau bersalaman dengan pak Eko, Direktur SDM dan Keuangan, ketika beliau memberikan piala The Best Costume Bike To Work Pelindo III kepada bu Dothy. Yang menarik, power ini dibarengi dengan senyuman dan sapaan yang ceria dan hangat kepada kami. Begitulah yang kami rasakan ketika pertama kali bertemu dengan bu Dothy, di hari pertama acara Blogger Goes To Lamong.
Sapaan hangat dan ceria itu cukup mengejutkan saya pribadi ya. Karena ketika membaca profil beliau melalui instagram resmi Terminal Teluk Lamong, saya punya asumsi beliau akan bersikap rada kaku dan protokoler karena jabatan sebagai Direktur Utama.
Ternyata asumsi saya "pecah" begitu bertemu langsung dengan beliau dan melakukan sharing bersama rekan blogger lainnya.
credit: photo by KangErik_Ingsun
Momen sharing saat itu, adalah momen paling asik dan friendly yang pernah saya alami bersama Top Leader suatu perusahaan. Biasanya saya akan tegang bukan kepalang dan hanya bertanya hal-hal yang sekiranya "aman".
Akan tetapi bu Dothy telah membuka percakapan dengan sangat ringan dan terbuka, dengan kalimat yang "kekinian". Ketegangan saya langsung lebur menjadi hujan pertanyaan yang memenuhi benak saya. Ketika tiba giliran, tanpa ragu saya kemudian mengajukan pertanyaan perihal Pemberdayaan Perempuan dan bagaimana saran serta pengalaman beliau dalam menghadapi isu serupa.
credit photo: www.kakaika.com
Ya, mau ke acara apapun, isu Pemberdayaan Perempuan Melalui Teknologi, adalah satu topik yang berusaha saya libatkan. Karena saya ingin mendapatkan masukan dan cara pandang dari berbagai pihak, terutama sosok perempuan yang menjalani sendiri sebagai pemimpin perusahaan besar.
Dan syukurlah, bu Dothy menanggapi pertanyaan saya dengan sangat baik dan memberikan pencerahan. Dengan kalimat kunci,
"Jadilah PROVOKATOR agar para perempuan itu berani memulai apapun yang mereka minati."
Menjadi provokator ini kemudian saya ramu lagi menjadi satu kata yang lebih tepat, yaitu menjadi KATALISATOR.
Kalau menjadi katalisator, saya bisa menyediakan sesuatu hal sebagai ENERGI AKTIVASI di awal sehingga suatu projek bisa terwujud. Dan ketika projek itu telah berjalan dengan baik, maka saya bisa melepaskan diri dan melanjutkan lagi ke projek selanjutnya. Dengan menjadi katalisator, saya harus terlibat juga dalam proses pemberdayaan perempuan melalui teknologi ini. Kalau hanya sekedar menjadi provokator, bisa jadi saya cuma teriak-teriak di luar lingkaran, tidak ikut terlibat proses dan hanya bikin berisik saja :).
Sebuah kiriman dibagikan oleh Heni Prasetyo Rini (@heniprasetyorini) pada
Inspirasi yang saya dapatkan ketika bertemu dan berbincang langsung dengan bu Dothy, bisa dijabarkan dalam bentuk Question & Answer berikut ini:
Q: Bagaimana bu Dothy bisa menjadi Direktur Utama Terminal Teluk Lamong, menjadi pemimpin di sebuah perusahaan yang mayoritas adalah laki-laki?
A: Secara pribadi, bergaul dan bekerja dengan laki-laki adalah hal yang sudah biasa bagi bu Dothy. Selain saudara kandungnya banyak yang laki-laki, kuliah juga di ITB yang mayoritas laki-laki, beberapa pekerjaan bu Dothy dulu, juga berada di perusahaan yang banyak laki-lakinya. Jadi beliau sudah terbiasa. Tidak menganggap bahwa bekerja bersama laki-laki itu menakutkan, atau membuat cemas.
Karena merasa biasa saja ini, bu Dothy akhirnya mempunyai sikap yang setara ketika bekerja bersama kaum adam tersebut. Untuk memperlakukan mitra kerjanya, bu Dothy juga bersikap sama. Memilih karyawan baru tidak berdasar perbedaan gender, akan tetapi karena memang kemampuannya sudah mumpuni.
Walaupun begitu, bagaimana perbedaan fisik perempuan dan laki-laki juga mendapat perhatian beliau. Misalnya untuk pekerjaan sebagai operator crane manual yang harus naik sampai ketinggian 35-40 meter di atas tanah, beliau masih memilih pekerja laki-kali. Karena secara fisik, perempuan bisa mengalami perbedaan metabolisme tubuh yang mempengaruhi konsentrasi, misalnya ketika haids, hamil atau sedang menyusui.
Jika ditarik untuk diri kita pribadi, sebaiknya kita juga bersikap setara ketika harus bekerja dan bekerjasama dengan laki-laki Tidak perlu minder atau bahkan jumawa. Apalagi bersikap terlalu manja dan ingin dinomorsatukan ketika ada hal yang tampak aman dan dibebastugaskan untuk pekerjaan yang sedikit menantang. Jangan manjah ala-ala gitu deh. Percaya diri dan biasa saja, bekerja sesuai dengan kemampuannya.
Karyawan perempuan dan laki-laki mendapatkan perlakuan yang setara di Terminal Teluk Lamong
Q: Bagaimana pendapat ibu dengan karyawan perempuan? dan apa rencana ke depannya untuk memfasilitasi dan meningkatkan kinerja mereka?
A: Bu Dothy tidak memungkiri bahwa usia sebagian besar karyawan di Terminal Teluk Lamong mayoritas dibawah 40 tahun, alias anak-anak muda. Jika karyawati masih muda, maka tentu akan ada periode menikah - hamil dan melahirkan plus merawat bayi - batita - balita.
Untuk itu, bu Dothy mempunyai rencana akan disedikan Nursing Room dan Day Care di kawasan Terminal Teluk Lamong. Supaya, para karyawati yang masih mempunyai anak bayi dan balita, bisa memaksimalkan pemberian ASI serta mendapatkan tempat penitipan anak yang aman dan dekat dengan ibunya bekerja. Sehingga ibunya tetap bisa bekerja secara optimal, selain itu anaknya juga sehat, aman dan kelak bisa menjadi generasi bangsa yang kuat.
Dale, tim Humas Terminal Teluk Lamong
Linda, Operator mesin ASC (Automated Stacking Crane)
Sentuhan Feminin Operator Stacking Crane - NET JATIM
Q: Dengan banyaknya karyawan yang muda disini, bagaimana gaya leadership ibu?
A: Bu Dothy mengatakan, bahwa beliau harus melakukan shifting atau penyesuaian gaya kepemimpinannya dengan karakter anak-anak muda yang bekerja di Terminal Teluk Lamong. Seperti halnya ciri khas generasi millenials yang harus connected to social media, innovative, fast moving and open mind, maka Bu Dothy pun berusaha mengikuti ritme kehidupan sosial mereka. Beliau menerapkan gaya bekerja yang luwes, serius tapi santai dan pastinya digitalize.
Hal ini sangat kami rasakan juga ketika diterima sebagai tamu dalam acara Blogger Goes To Lamong. Bu Dothy, sama sekali tidak menjaga jarak pada kami. Bahkan dengan antusias ikut saja gaya berfoto yang kami usulkan. Beliau pun menerima dengan hangat, 3 Putri Indonesia Jawa Timur yang menyapa di kantornya dengan kalimat yang saling memberikan dukungan.
Bu Dothy mau juga pose berfoto "ajaib" (by KangErik_Ingsun)
Berfoto gaya Teluk Lamong :)
Bu Dothy menyapa 3 Putri Indonesia Jawa Timur
Saya pribadi mendapatkan sengatan motivasi yang cukup besar, ketika bisa berjumpa langsung dengan bu Dothy. Dan yang pasti, sengatan ini akan saya sebarkan juga kepada lebih banyak perempuan yang akan saya temui. Bahkan juga untuk para laki-laki ya, siapapunlah. Karena mereka juga pasti mempunyai istri, anak putri, keponakan atau bahkan murid-murid perempuan. Terima kasih bu, salam sukses mulia barokah selalu. Very Very Very Nice to Meet You.....
HI-SPEED. Dua kata yang menghiasi salah satu kantor di Terminal Teluk Lamong (TTL). HI-SPEED melambangkan semangat yang energik, muda, inovatif dan yang pasti harus gerak cepat.
Menemukan konsep HI-SPEED ini sangat menarik perhatian saya yang selalu antusias mengulik dan mencari tahu bagaiman suatu perusahaan atau komunitas bisa dibangun dengan nilai-nilai tertentu. Beruntung sekali saya berkesempatan menjadi salah satu peserta BLOGGER GOES TO LAMONG dalam rangkaian acara HUT PT. Terminal Teluk Lamong yang keempat. Acara yang diselenggarakan selama 2 hari itu, 6 Desember 2017 - 7 Desember 2017 memberikan kesan yang sangat berharga untuk saya pribadi.
Terminal Teluk Lamong adalah terminal pelabuhan milik Indonesia yang bervisi menjadi Top 5 terminal operator di kawasan ASEAN yang berwawasan lingkungan pada tahun 2020. Terminal ini baru berusia 4 tahun, namun kinerjanya sudah mumpuni dan target visi sudah mulai tampak sangat baik. Jika anda masuk ke lokasi ini, anda akan menyaksikan sebuah terminal pelabuhan yang begitu bersih, rapi, asri sekali. Kecanggihan dan konsep modern akan langsung tampak sejak melihat rupa gedung dan crane yang dioperasikan. Pelayanan yang ramah juga saya temui di semua tempat, mulai dari petugas security, lobi sampai ke beberapa pihak terkait acara Blogger Goes To Lamong.
Keramahan dan kesigapan ini rupanya dirangkum dalam satu kata yaitu HI-SPEED. Menarik sekali. Sebagai orang yang beberapa kali terlibat dengan bagaimana cara membuat konsep belajar yang baik. Saya merasakan bahwa merumuskan sesuatu nilai atau prinsip dalam organisasi itu tidak mudah. Apalagi mencari satu dua kata atau kalimat tagline untuk mewujudkannya menjadi jargon yang menarik, mudah diingat sekaligus bisa menjadi wakil dari misi yang ingin diwujudkan.
Terminal Teluk Lamong, mempunyai misi yang salah satunya adalah menjadikan pegawai yang kompeten dan berkinerja tinggi melalui pengembangan dan kesejahteraan. Konsep HI-SPEED sangat cocok untuk tujuan tersebut.
HI-SPEED
HIGH COMMITTED
Komitemen untuk selalu responsif den bertanggung jawab menyelesaikan tugas hingga tuntas sesuai aturan yang berlaku secara cepat, tepat dan akurat.
SKILLFULLNESS
Upaya meningkatkan kompetensi dan keahlian secara terus menerus agar selalu dapat diandalkan
PROFESSIONALKemampuan untuk bekerja dan bersinergi sesuai dengan tanggungjawab serta kompetensi yang didasari integritas. ENTHUASISMBekerja dengan penuh gairah dan proaktif serta mampu menunjukkan pengingkatan yang berkelanjutan. EXCELLENCEMemberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi Service Level Agreement/Service Level Guarantee (SLA/SLG) DISCIPLINE Perilaku yang bertanggung jawan berhadap tugas dan kewajibannya secara konsisten. Untuk dapat mewujudkan misi tersebut, Teluk Lamong berusaha memberikan fasilitas dan program kerja yang mumpuni. Ruang kerja yang warna-warni, cozy dan bahkan instagramable karena banyaknya quote yang ditulis besar memenuhi salah satu dinding kantor, sebagai reminder dan penyemangat kerja.
Belum lagi, adanya pojok untuk melepas penat sejenak atau mengembalikan sedikit keriangan berupa Tempat Menyanyi Karaoke. Seperti yang tampak di sisi kiri dari meja kerja di atas.
Adanya kebebasan bersikap yang diselaraskan dengan usia para pekerja yang umumnya dibawah 40 tahun, jadi masih pada muda belia dan energik. Bekerja seperti main, begitu kata mbak Magdalena, staf bagian HUMAS yang saya potret punggungnya ini. Gadis mungil yang lincah inilah yang menemani kami selama 2 hari. Dan benar-benar menunjukkan bahwa konsep HI-SPEED sudah mendarah daging di dalam dirinya.
Sebagai emak-emak, konsep HI-SPEED ini menarik sekali untuk dikonversikan dalam kegiatan sehari-hari dalam membesarkan kedua anak lelaki saya itu. Begitu juga untuk menjadi patokan model bekerja bersama geng Coding Mum Surabaya, yang umurnya kelak akan pasti jauh lebih muda daripada saya. Ya, ketika kita bicara meningkatkan potensi kerja, kita juga harus memperhatikan karakter orang tersebut. Jika para pekerja kita masih muda, terutama dalam usia generasi millenial, tentu budaya kerja yang diterapkan harus sesuai dengan karakter mereka.
"Saya harus 'shifting' cara memimpin saya ya, karena disini isinya anak-anak muda. Jadi ya harus sesuai. Main medsos. Santai rileks. Becanda dikit-dikit. Ya sesuai anak mudalah,"begitu kata ibu Dothy, Direktur Utama Terminal Teluk Lamong ketika melakukan sesi sharing bersama blogger waktu itu.
Sebuah inspirasi yang sangat menarik dari Teluk Lamong.
Semoga semakin sukses dan bisa menerbarkan energi positif ini ke lebih banyak orang, terutama generasi muda bangsa.
Sungguh diluar dugaan, tetapi benar kata seorang teman, "ketika seorang murid siap maka guru akan datang sendiri".
Hal ini terjadi juga pada saya. Sudah lama sekali saya ingin mempelajari bahasa pemrograman, coding sederhana, maupun ingin belajar membuat web atau web design.
Apalagi ketika terjun di dunia blogger. Juga saat mengenal konsep e-learning, learning management system, sewaktu mengerjakan tesis kemarin.
Dari sini saya sering kepikiran, bagaimana ya membuat website yang mudah diakses oleh guru dan murid, ketika mereka akan belajar sendiri di rumah? Bagaimana mengumpulkan link sumber belajar yang sudah saya dapatkan, dan dimasukkan ke satu website yang menarik, iconnya mudah, warna-warni dan ceria.
Puluhan bahkan ratusan kali mungkin, saya mencari jenis template blog (gratisan) yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan saya tersebut, tapi tidak ada. ya iyalah gratisan :).
Namun ketika mencari template berbayar yang ditawarkan pun, itu masih belum sesuai dengan kebutuhan saya tersebut. Sepertinya saya harus belajar membuat template sendiri, itu yang memenuhi benak saya selama ini. Namun belum menemukan jawabannya sampai akhirnya ada informasi tentang Coding Mum.
Tulisan diatas adalah petikan dari artikel pertama saya ketika mendaftar kelas belajar CODING MUM SURABAYA BATCH 1, yang diselenggarakan tahun 2016.
foto bersama di sesi 1 Coding Mum Surabaya Batch 1, 2016
saya terpana lihat transformasi kode css menjadi bentuk visual :)
Banner pengumuman Coding Mum Sby Batch 1 2016
Semua kisah saya mengikuti Coding Mum Surabaya dan pengalaman setelahnya, saya tulis disini. Silahkan di klik satu per satu.
Setelah kelas belajar Batch 1 ini, kami, beberapa alumni Coding Mum Surabaya berkomitmen untuk membuka kelas belajar baru. Untuk update bisa dilihat di instagram @codingmumsurabaya.
"Apa yang ada di benak anda tentang sanitasi?", kalimat pertama dilontarkan mbak Fay kepada kami.
Suasana setelah makan malam di Bujana Coffe Shop, Hotel Aston Bojonegoro itu menjadi sedikit "panas". Beberapa peserta acara kemudian merapat dengan mengangkat kursi masing-masing menjadi lebih dekat ke arah sang Pembicara.
"Sanitasi bukan sekedar urusan JAMBAN," mbak Fay melanjutkan. "Ini juga melibatkan tentang ketersediaan air bersih. Coba bayangkan, ngapain mikirin ada jamban kalau air untuk membersihkan diri saja tidak ada? Iya kan?"
Kami mengangguk kompak dengan pernyataan mbak Fay.
Aih, ngobrolin jamban di tempat makan? yang benar saja mbak....*sebenarnya saya pengen teriak gitu sih dalam hati, tapi sungkan jadi diem aja hueheheh.
"Kita biasa aja ya ngobrolin beginian," mbak Fay menegaskan bahwa "ketidaknyamanan" saya seharusnya tidak perlu diteruskan.
Karena urusan jamban tidak hanya melulu tentang kotorannya. Kenapa juga harus risih dengan sesuatu yang bahkan kita bawa setiap detik di badan ini? Laiya to, kemana-mana kita kan bawa "kotoran di usus".
Kenapa juga repot-repot ngobrolin hal yang tidak menarik di pandang ini?
Nggak mending ngobrolin artis drama baru yang luka parah setelah mobilnya nabrak tiang listrik aja? lebih viral deh #eh.
Nah, that's also the poin.
TIDAK VIRAL BUKAN BERARTI TIDAK PENTING.
Ya, saya mengikuti program Advokasi yang diselenggarakan oleh WATER.ORG dan KOMIDA (KOPERASI MITRA DHUAFA) untuk memperingati Hari Jamban Sedunia. Program advokasi ini dilaksanakan dalam bentuk Media Visit dan Workshop II Jurnalis Jatim, mengambil topik tentang Peran Lembaga Keuangan Untuk Akses Air Bersih dan Sanitasi yang berlokasi di Bojonegoro. Bersama 2 blogger profesional mbak Avy dan mbak Nurul Rahma, saya akan mengikuti acara itu selama 3 hari kedepan. Mulai tanggal 17 - 20 November 2017.
HARI JAMBAN SEDUNIA
Kenapa Jamban sedunia perlu diperingati? karena masih ada 28 juta orang Indonesia masih buang air besar sembarangan, dan 28 juta sama dengan jumlah populasi penduduk di Australia. Hingga kini kita masih dikenal sebagai negara yang masyarakatnya buruk kedua di dunia (setelah India) dalam sanitasi. Sementara pemerintah kita mentargetkan Universal Akses untuk 100-0-100 hingga 2019, untuk 100% seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan akses air bersih dan sanitasi, dan 0% daerah kumuh. Kerja ini berat dilakukan pemerintah sendiri. Bahkan anggaran nasional apalagi APBD juga tidak mencovernya. Karena itu perlu ada solusi. Salah satu Inovasi solusi yaitu dengan menyertakan lembaga keuangan terlibat. Bagaimana dan seperti apa, untuk itulah kami mengadakan acara ini, jelang Hari Jamban Sedunia tanggal 19 November.
Ini adalah penggalan briefing email yang saya dapatkan dari pihak Water.org Indonesia. Cukup mengejutkan juga bagi saya ketika pertama kali mendapatkan undangan ini. Hari Jamban? Jamban aja diperingati? Give me a break! :) Apalagi ini sedunia. Tapi ya, namanya tak kenal maka bisa buruk sangka. Awalnya saya pikir ini adalah hari perayaan desain toilet terbaik sedunia, atau perayaan apalah yang berkaitan dengan toilet alias wc alias jamban. Sempat juga muncul imajinasi liar di kepala saya, ketika ada Hari Batik Nasional maka semua orang memakai batik di hari itu. Nah, jika hari Jamban Sedunia, apakah semua orang akan serentak bersamaan untuk buang air besar (BAB) di jamban? #ups. Oke, segera hapus gambaran liar itu ya, maaf jika kalau bacanya sambil makan siang. *Padahal saya nulis ini juga sambil sarapan di Hotel Aston Bojonegoro, tempat saya menginap untuk acara ini. Sebenarnya Hari Jamban Sedunia ini adalah alih bahasa dari World Toilets Day. Yang pada intinya berkaitan dengan ISU SANITASI. Bicara sanitasi tidak melulu hanya membahas Toilet alias Jamban alias BAB. Akan tetapi ada keterkaitan luas pada ketersediaan air bersih, kesehatan, pembangunan infrastruktur dan juga masalah keuangan atau ekonomi. Kesemua topik itu akan kamu ulas, ulik dengan detil dan lengkap bersama blogger, tim jurnalis dan praktisi profesional terkait di Bojonegoro. Untuk melengkapi semua data, kami pun datang langsung ke lokasi yang mengalami masalah sanitasi buruk, kesejahteraan ekonomi rendah sekaligus masih tidak adanya jamban di sana. Hari gini masih ada orang yang tidak punya jamban di rumahnya? Ya, bagi orang kota anda akan mengernyitkan dahi tak percaya. Tapi ini nyata, di sebuah desa di Bojonegoro, masyarakatnya terbiasa untuk buang hajat di hutan atau kebun dan mandi bersama di sebuah "sendang". Karena di rumah mereka tidak ada kamar mandi, apalah lagi jamban. Tulisan terkait ini akan saya buat dalam beberapa blogpost, dalam label "sanitation4all" untuk memberikan informasi lebih detil tentang water.org, KOMIDA, bagaimana isu sanitasi ini mempengaruhi dan juga melibatkan PEREMPUAN di dalamnya dan pasti tentang HARI JAMBAN SEDUNIA. Bersiaplah, Salam Jamban Berfaedah :)
Sebuah undangan menarik kembali datang pada saya, dari bu Poppy Savitri, Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif dari BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) Indonesia. Beliau meminta saya menjadi salah satu narasumber untuk talkshow Creativepreneur di Kediri.
Acara di hari kerja, alhamdulillah suami saya bisa mengatur waktunya sehingga bisa pulang dari kantor lebih cepat untuk menjemput anak saya. Ya, namanya ibu rumah tangga yang tugas utamanya antar jemput anak sekolah, bepergian di hari kerja biasanya tidak bisa saya lakukan. Alhamdulillah semakin anak saya gede dan pekerjaan suami di kantor semakin Go Online, jadi bisa dikerjakan dimana saja (di rumah juga), maka saya lebih leluasa sekarang.
Baiklah perjalanan di Kediri pun dimulai sejak pukul 4 sore. Jadi beres njemput anak dan memastikan di aman di rumah, saya berangkat dijemput driver dari Blitar. Alur berangkat dari rumah saya, mampir dulu ke bandara Juanda untuk menjemput rekan dari Jakarta. Jalanan ternyata super macet saat itu, alhamdulillah pas jam 7 malam sesuai rencana kami sudah tiba di Juanda.
Ternyata rekan dari Jakarta adalah bu Poppy dan Zee dari BEKRAF serta Reza - penyiar radio Mustang Jakarta yang akan menjadi pemandu acara talkshow nanti. Wow pasti keren nih, sampai ada penyiar radio segala.
Bertemu bu Poppy itu bikin marem di hati. Dengan ceria beliau menyapa saya, lalu tanpa babibubebo menarik badan saya untuk dipeluk dan cipika cipiki. Anget banget deh, suasana jadi begitu nyaman. Zee dan Reza juga anak-anak muda yang asik diajak bicara. Jadinya perjalanan ke Kediri tidak terasa berat walau mayoritas macet sih jalanannya. Pas kebetulan dengan jam orang pulang kerja nih sepertinya.
Di tengah perjalanan, kami berhenti dulu untuk makan malam. Karena sejatinya sudah merasa kelaparan sejak di Juanda tadi. Tapi biar nggak buang waktu banyak, kami tunda laparnya sampai di Depot Ikan Goreng Cianjur Mojokerto. Nasi, lauk, sayur segera disikan dengan cepat dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Suasana sudah menjelang malam, tapi driver kami sangat sigap dalam melajukan mobilnya sampai tiba di Kediri hampir jam 12 malam. Ulala mata saya sudah tinggal 2,5 watt saking ngantuknya. Di mobil saya tidak sempat tidur, karena asyik sekali mendengar cerita dari bu Poppy.
Iya loh, beliau kuat bercerita kepada saya mulai berangkat sampai tiba di Kediri. Saya aja kliyengan... Bu Poppy sangat antusias menceritakan pengalamannya membina masyarakat Indonesia di berbagai daerah bahkan sampai ke pedalaman, untuk menumbukan ekonomi kreatif. Ada satu program BEKRAF baru yang beliau ceritakan yaitu IKKON (INOVATIF DAN KREATIF KOLABORASI NUSANTARA). Wah kudu di google nih.
Cerita IKKON sangat menarik perhatian saya, jadi tak henti-hentinya saya tik-tok-an, alias menanyakan kembali dan merespon dengan penuh penasaran segala apa yang beliau ceritakan. Seandainya suatu saat diundang juga ke daerah untuk meliput IKKON, sebagai blogger saya pasti senang. #kodelunak :)
Karena sampai di Kediri sudah tengah malam, maka tidak ada pilihan kecuali langsung membersihkan diri dan tidur. Saya sempat kelimpungan ngeri tidur sendirian, karena kamar di hotel banyak cermin dan saya kualat sering nggodain teman alumni SMA dengan mengirim meme ibu di film Pengabdi Setan. Nah loh, girap-girap dewe akhirnya.
Maka saya bisa tidur setelah menyetel film kartun dengan volume lumayan keras, lalu menutup muka saya dengan selimut tebal. Padahal ini belum lihat filmnya loh, cuma meme-nya. Ah aku lemah :D
Esok paginya, persiapan mengisi acara. Saya sarapan pagi bersama bu Poppy, mbak Zee dan satu mbak kalem lainnya (lupa namanya). Ada Rangga dari Blitar yang menjadi panitia. Saya pun menyapa para panitia dan beberapa peserta yang sudah datang.
Sambil menunggu mbak Venna Melinda, saya dan bu Poppy berada di ruang transit. Beberapa kali bu Poppy mondar-mandir untuk mengatur dan memberikan briefing kepada panitia yang mayoritas anak-anak muda (sepertinya masih anak kuliahan).
Peserta lumayan banyak mulai berdatangan dari kabupaten dan kota Kediri. Mereka menyerahkan Surat Undangan sebagai syarat kehadiran. Kemudian mendapatkan Goodie Bag berisi kaos dan note. Di depan ruangan sudah tersedia meja panjang berisi makanan ringan, kopi dan teh. Jadi sebelum mulai acara para peserta bisa "sarapan" dulu, supaya ketika acara tidak harus terpotong dengan sesi coffee break.
Mbak Venna akhirnya sampai di lokasi sekitar pukul 9 pagi. Beliau langsung menyapa semua orang lalu melakukan wawancara dengan KSTV. Nama saya disebut dalam wawancaranya tapi saya tidak ikut masuk frame. Saya malah sibuk merekam sesi wawancara itu lalu menyapa beberapa ibu-ibu yang menjaga stan kerajinan tangan, batik dan coklat. Sudahlah, saya sudah pernah masuk satu frame dengan mbak Venna kok. Bukan di sinetron sih, tapi di BIOS TV ketika ada acara Sosialisasi Coding Mum di Tulungagung setahun yang lalu.
Acara kemudian dimulai dengan rileks, fun dan rame ya karena Reza sang penyiar radio itu asik banget memandu acaranya. Saya dan 3 narasumber lainnya duduk di sofa, di panggung depan para peserta. Masing-masing narasumber berbicara sesuai dengan pancingan dari Reza dan saya dapat giliran terakhir. Wadaahh...lakonne menang keri iki jenenge rek.
Selama mendengar pembicaraan masing-masing narasumber, saya mencoba menyerap inti dari materi mereka dan melihat respon para peserta. Akhirnya ketika tiba giliran, saya memilih berbicara dengan santai campuran bahasa Jawa.
"Halo pak, bu, mbak, mas, saya Heni dari Surabaya. Asli Suroboyo iki, nek aku ngomonge rodok Kartoloan gak popo yo?"
Yang artinya, Saya Heni asli Surabaya, kalau nanti bicara ala Kartolo, tidak masalah ya?"
Candaan awal saya disambut baik oleh peserta Kediri yang pastinya mayoritas mengerti bahasa Jawa atau bahkan semuanya paham bahasa Jawa sekaligus mengenal Kartolo. Kartolo adalah grup lawak Jula Juli legendaris asal Surabaya yang masih ada sampai sekarang.
Saat itu saya berbagi pengalaman tentang menjadi alumni CODING MUM SURABAYA dan menyampaikan materi penggunaan teknologi informasi dan digital untuk mendukung terciptanya ekonomi kreatif atau memotivasi para peserta untuk menjadi creativepreneur. Karena latarbelakang per-digital-an saya cukup random, mulai ranah coding, bisnis online, blogging dan menulis maka saya sampaikan semuanya sedikit-sedikit. Karena kalau yang disampaikan banyak dan lengkap, saya nggak bakal diundang lagi #eh.
Peserta antusias tentu dengan konsep bagaimana membuat bisnis mereka menjadi GO ONLINE dengan cara mudah, bisa dimulai sendiri dan bisa diterapkan saat ini juga.
Karena waktu yang mepet, saya menjawab singkat. Sampai akhirnya acara ditutup pukul 11.30 WIB. Selesai acara, beberapa orang menghampiri saya, ada yang mahasiswa, dosen dan asisten KADIN.
Mahasiswa: "Bu Heni, saya mahasiswa POLTEK. Saya ingin bertanya ke ibu, kalau lulusan POLTEK bisa bekerja jadi apa saja?"
Wah saya kaget mendengarnya, "loh dek, disini tidak ada komunitas startup?" tanya saja cepat.
"Belum ada bu." Jawab mahasiswa memakai baju batik dan tinggi besar itu.
"Waduh dek, waktuku nggak banyak nih. Nanti japri saya aja ya, lewat instagram boleh. Karena saya harus pulang ke Surabaya sekarang. Bu Poppy harus naik pesawat ke Bandung jam 5 sore nanti."
Ini jawaban saya juga kepada pak dosen dan pak asisten KADIN, yang meminta nomer hp saya dan berniat memanggil saya kembali ke Kediri. Alhamdulillah ya, ternyata cara saya menyampaikan materi tadi bisa berkesan dengan baik ke para peserta.
Ketiwasan alias sayangnya, saya lupa bawa kartu nama. Jadi pouch kartu nama yang biasanya saya siapkan, ternyata ada di tas kuning. Sedangkan sekarang saya membawa tas abu-abu. Gini nih ibu-ibu, pengen gaya jadi rempong sendiri. Dengan meminta maaf berkali-kali karena lupa bawa kartu nama, saya menuliskan nomer hape saya kepada mereka yang meminta kontak juga mendampingi mereka membuka akun instagram saya di hapenya. Saya folbek nanti ya, pokoknya di mention atau DM saya sekalian.
Karena harus mengejar pesawat sore hari, saya, Reza dan bu Poppy berlarian turun ke lantai bawah. Zee masih harus tinggal di Kediri untuk membereskan beberapa keperluan.
"Aduh, eyang-eyang gini lari-lari rasanya jantung mau copot," bu Poppy berkelakar ketika merasa urusan beliau di akhir acara belum tuntas, sedangkan kami harus kembali ke Surabaya saat itu juga. Beliau sebenarnya ingin membereskan beberapa hal, tapi waktu sudah tak terkejar lagi. Saya pun mencoba menenangkan beliau, "bu..sudah bu..gapapa...kesempurnaan hanya milik Alloh," kelakar saya yang bercanda ala Dorce berhasil membuat beliau tertawa.
Kami pun melaju kembali ke Surabaya tanpa mampir sedikitpun untuk membeli oleh-oleh dan lainnya. Bahkan kami tak sempat makan siang serta tak membawa bekal jajan untuk di perjalanan. Alhasil lumayan kelaparan di jalan hehehe. Untunglah bu Poppy diberi oleh beberapa peserta jajanan hasil produksi bisnis mereka, yaitu kripik belut dan coklat. Saya diberi satu bungkus coklat yang saya bawa pulang untuk anak. Sedangkan kripik belut dibuka dan dimakan bersama di mobil. "Lumayan ih ada yang bisa dikunyah dan jadi ganjel perut lapar,"ujar bu Poppy.
Alhamdulillah perjalanan lancar tiada macet yang berarti. Sehingga pas pukul 4 sore lebih sedikit, kami sudah bisa ada di bandara Juanda.
Aduh, saya masih ingin menggali cerita inspiratif lebih banyak dari bu Poppy dan berdiskusi lebih panjang tentang rencana kami, para alumni Coding Mum Surabaya, yang ingin membuka kelas belajar coding lagi untuk ibu-ibu di Surabaya dan sekitarnya.
Ah, pasti ada cara bisa bertemu lagi dengan bu Poppy, sekarang kami matangkan dulu rencana Coding Mum Surabaya, di sela-sela kesibukan para pesertanya bekerja dan berkegiatan sehari-hari di rumah. See you soon bu Poppy, Zee dan Reza. Semoga bisa berjumpa di Jakarta.
Atau daerah lainnya :)