Tampilkan postingan dengan label coding mum. Tampilkan semua postingan

ROADSHOW CODING MUM SURABAYA

1 komentar
Coding Mum itu ngapain sih mbak Hen?
Emak-emak ngoding beneran?
Dari nol gitu?
Pake HTML, CSS gitu?
Ngoding apa saja?

Kalau mau didaftar lagi, masih panjang pertanyaan tentang Coding Mum ya. Jawaban yang terus saya ulang adalah. "Lah namanya juga Coding Mum. Ya ngoding. Iya coding beneran. Masak ya di sana kita rujakan?" *ngikik

Emang sih, masih belum familiar gitu dengar ada Emak-emak bisa ngoding. Bisa bikin website dari nol. Apalagi bisa bikin aplikasi android/ios sendiri. Kata "CODING" aja menurut teman-teman, yang bapak-bapak programmer pun tampak berat. 

"Jangan ngerjain CODING, itu berat. Aku saja" 

Nah loh, ter-Dylan 1990-an :)

Jadi, supaya CODING ini terdengar familiar dan biasa-biasa saja, kami berinisiatif mengadakan 

ROADSHOW CODING MUM SURABAYA

roadshow coding mum surabaya
Ingin bisa membuat website anda sendiri?
Atau ingin tahu lebih lanjut cara membuatnya dengan HTML5 dan CSS3?
Sekaligus makin penasaran, Coding Mum itu ngapain aja?
Acara ini paling cocok untuk anda ikuti.
Roadshow Coding Mum Surabaya.
Anda akan bertemu alumni Coding Mum Surabaya Batch 1, yang ramenya ngangenin.
Mereka akan menularkan antusiasme belajar coding dan nguprek teknologi untuk kegiatannya sehari-hari. Ada dosen, guru, freelancer dan yang pasti para ibu rumah tangga yang sudah mulai melek teknologi, serta dapat job dan income baru setelah lulus dari sini. .
.
Tidak hanya itu, kita akan praktek bareng bikin website dasar bersama salah satu dari mereka. Jadi, ingat bawa laptop dan chargernya ya.
.
.
Kalau sudah kenalan sama HTML5 dan teman-temannya, dijamin jadi jatuh cinta. Tunggu apa lagi, langsung daftar. Dan, Ayo Ngoding Mak! .
.
Detil acara:
Roadshow Coding Mum Surabaya
Minggu, 11 Februari 2018
Pukul 09.00 – 13.00 WIB
Di Rumah Kreatif BUMN Bank Mandiri Surabaya
Jl. Chairil Anwar 20 Surabaya (dekat Masjid Rahmad Kembang Kuning). .
.
Fasilitas:
- Snack
- Makan siang
- Soft file modul
Investasi edukasi : Rp. 75.000,-
.
.
Info dan pendaftaran:
- 0878-5178-1356 (WA only)
- Klik langsung http://bit.ly/codingmumsurabaya
Instagram official: @codingmumsurabaya
(www.instagram.com/codingmumsurabaya)

APA ITU CODING MUM?

Coding Mum Surabaya Batch 1, tahun 2016

Coding Mum adalah sebuah program belajar coding untuk perempuan, yang diinisiasi oleh BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif). Program ini ingin memfasilitasi perempuan produktif di Indonesia, agar mempunyai skill di ranah digital dan pemrograman. Supaya kelak mendapatkan peluang baru untuk berkarya dan bekerja, dari rumah atau sebagai WORKING AT HOME MOM. Hal ini berkaitan erat dengan semangat pemberdayaan perempuan atau bahkan pemberdayaan ibu rumah tangga.

Dengan punya skill coding, para lulusan Coding Mum, bisa bekerja sebagai Web Designer atau Front End Programmer, baik secara freelancer (individu) atau bekerja di tempat lain yang membutuhkan. Coding Mum Batch 1, diadakan oleh Bekraf di beberapa kota besar di Indonesia. Lulusan dari batch 1 ini diharapkan akan membuka kelas belajar mandiri di kotanya masing-masing. Nah inilah yang sedang kami lakukan di Surabaya. 


Meet The Fasilitators

di meja depan (kiri ke kanan): Jelita, Tika, Heni, Lulus

4 orang lulusan Coding Mum Surabaya batch 1 ini, kemudian bersinergi menjadi FASILITATOR CODING MUM SURABAYA. Mereka adalah:
  1. Bu Jelita (dosen UNIPA)
  2. Bu Tika (Full time freelancer)
  3. Bu Heni (Blogger)
  4. Bu Lulus (Guru SD Muhammadiyah)
Keempat orang ini, yang akan menyediakan energi, waktu dan pikirannya untuk bisa mengembangkan komunitas belajar coding dan pemrograman yang ramah untuk perempuan dan anak-anak di Surabaya dan sekitarnya.

Coding Mum Surabaya, mempunyai rencana besar membuka kelas belajar:

  1. Web Design
  2. Mobile App (android/ios)
  3. Coding Kids (game & animasi)
  4. Coding Camp (why not? *big dream nih) 
Untuk bisa mewujudkan rencana ini, para fasilitator harus berkolaborasi dengan berbagai pihak. Jika anda tertarik dengan program ini, baik sebagai peserta atau pengajar, silahkan langsung kontak kami ke Coding Mum Surabaya.




Jurnal Coding Mum Surabaya Batch 1 Yang Saya Ikuti Tahun 2016

Everyone should learns how to code, 
it teaches you how to think. Steve Jobs

Sungguh diluar dugaan, tetapi benar kata seorang teman, "ketika seorang murid siap maka guru akan datang sendiri".

Hal ini terjadi juga pada saya. Sudah lama sekali saya ingin mempelajari bahasa pemrograman, coding sederhana, maupun ingin belajar membuat web atau web design.

Apalagi ketika terjun di dunia blogger. Juga saat mengenal konsep e-learning, learning management system, sewaktu mengerjakan tesis kemarin.

Dari sini saya sering kepikiran, bagaimana ya membuat website yang mudah diakses oleh guru dan murid, ketika mereka akan belajar sendiri di rumah? Bagaimana mengumpulkan link sumber belajar yang sudah saya dapatkan, dan dimasukkan ke satu website yang menarik, iconnya mudah, warna-warni dan ceria.

Puluhan bahkan ratusan kali mungkin, saya mencari jenis template blog (gratisan) yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan saya tersebut, tapi tidak ada. ya iyalah gratisan :).

Namun ketika mencari template berbayar yang ditawarkan pun, itu masih belum sesuai dengan kebutuhan saya tersebut. Sepertinya saya harus belajar membuat template sendiri, itu yang memenuhi benak saya selama ini. Namun belum menemukan jawabannya sampai akhirnya ada informasi tentang Coding Mum.

Tulisan diatas adalah petikan dari artikel pertama saya ketika mendaftar kelas belajar CODING MUM SURABAYA BATCH 1, yang diselenggarakan tahun 2016.

foto bersama di sesi 1 Coding Mum Surabaya Batch 1, 2016


saya terpana lihat transformasi kode css menjadi bentuk visual :)



Banner pengumuman Coding Mum Sby Batch 1 2016

Semua kisah saya mengikuti Coding Mum Surabaya dan pengalaman setelahnya, saya tulis disini. Silahkan di klik satu per satu.

  1. http://heniprasetyorini.blogspot.co.id/search/label/Coding%20Mum?max-results=12
  2. http://heniprasetyorini.blogspot.co.id/2016/06/asus-vivo-aio-v200ib-pc-all-in-one-canggih-dan-harga-bersahabat--yang-dibutuhkan-untuk-membuat-kursus.html
  3. http://www.prasetyorini.com/2016/08/coding-mum-bekraf-membuka-peluang-kerja-untuk-perempuan-di-dunia-digital.html
  4. http://www.prasetyorini.com/2016/08/dari-coding-mum-menjadi-akademi-prasetyorini.html
  5. http://www.prasetyorini.com/2016/11/belajar-coding-sampai-mendelik-di-usia-cantik.html
  6. https://www.kompasiana.com/heniprasetyorini/coding-mum-mencetak-ibu-rumah-tangga-menjadi-web-designer-dan-front-end-programmer_57616d13cf9273a3091766a8
  7. https://codingmumsby.wordpress.com/ [dibuat oleh tim Dilo]
  8. http://www.bekraf.go.id/berita/page/8/81-tulungagung-siap-coding-mum-2017
  9. http://www.prasetyorini.com/2017/11/menjadi-narasumber-talkshow.html
  10. http://www.antarajatim.com/lihat/berita/208697/bekraf-dorong-pengusaha-lebih-kreatif

WHAT NEXT?

Setelah kelas belajar Batch 1 ini, kami, beberapa alumni Coding Mum Surabaya berkomitmen untuk membuka kelas belajar baru. Untuk update bisa dilihat di instagram @codingmumsurabaya.

Menjadi Narasumber Talkshow Creativepreneur di Kediri Sebagai Alumni Coding Mum

1 komentar
Sebuah undangan menarik kembali datang pada saya, dari bu Poppy Savitri, Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif dari BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) Indonesia. Beliau meminta saya menjadi salah satu narasumber untuk talkshow Creativepreneur di Kediri.


Acara di hari kerja, alhamdulillah suami saya bisa mengatur waktunya sehingga bisa pulang dari kantor lebih cepat untuk menjemput anak saya. Ya, namanya ibu rumah tangga yang tugas utamanya antar jemput anak sekolah, bepergian di hari kerja biasanya tidak bisa saya lakukan. Alhamdulillah semakin anak saya gede dan pekerjaan suami di kantor semakin Go Online, jadi bisa dikerjakan dimana saja (di rumah juga), maka saya lebih leluasa sekarang.

Baiklah perjalanan di Kediri pun dimulai sejak pukul 4 sore. Jadi beres njemput anak dan memastikan di aman di rumah, saya berangkat dijemput driver dari Blitar. Alur berangkat dari rumah saya, mampir dulu ke bandara Juanda untuk menjemput rekan dari Jakarta. Jalanan ternyata super macet saat itu, alhamdulillah pas jam 7 malam sesuai rencana kami sudah tiba di Juanda.

Ternyata rekan dari Jakarta adalah bu Poppy dan Zee dari BEKRAF serta Reza - penyiar radio Mustang Jakarta yang akan menjadi pemandu acara talkshow nanti. Wow pasti keren nih, sampai ada penyiar radio segala.

Bertemu bu Poppy itu bikin marem di hati. Dengan ceria beliau menyapa saya, lalu tanpa babibubebo menarik badan saya untuk dipeluk dan cipika cipiki. Anget banget deh, suasana jadi begitu nyaman. Zee dan Reza juga anak-anak muda yang asik diajak bicara. Jadinya perjalanan ke Kediri tidak terasa berat walau mayoritas macet sih jalanannya. Pas kebetulan dengan jam orang pulang kerja nih sepertinya.

Di tengah perjalanan, kami berhenti dulu untuk makan malam. Karena sejatinya sudah merasa kelaparan sejak di Juanda tadi. Tapi biar nggak buang waktu banyak, kami tunda laparnya sampai di Depot Ikan Goreng Cianjur Mojokerto. Nasi, lauk, sayur segera disikan dengan cepat dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Suasana sudah menjelang malam, tapi driver kami sangat sigap dalam melajukan mobilnya sampai tiba di Kediri hampir jam 12 malam. Ulala mata saya sudah tinggal 2,5 watt saking ngantuknya. Di mobil saya tidak sempat tidur, karena asyik sekali mendengar cerita dari bu Poppy.

Iya loh, beliau kuat bercerita kepada saya mulai berangkat sampai tiba di Kediri. Saya aja kliyengan... Bu Poppy sangat antusias menceritakan pengalamannya membina masyarakat Indonesia di berbagai daerah bahkan sampai ke pedalaman, untuk menumbukan ekonomi kreatif. Ada satu program BEKRAF baru yang beliau ceritakan yaitu IKKON (INOVATIF DAN KREATIF KOLABORASI NUSANTARA). Wah kudu di google nih.


Cerita IKKON sangat menarik perhatian saya, jadi tak henti-hentinya saya tik-tok-an, alias menanyakan kembali dan merespon dengan penuh penasaran segala apa yang beliau ceritakan. Seandainya suatu saat diundang juga ke daerah untuk meliput IKKON, sebagai blogger saya pasti senang. #kodelunak :)

Karena sampai di Kediri sudah tengah malam, maka tidak ada pilihan kecuali langsung membersihkan diri dan tidur. Saya sempat kelimpungan ngeri tidur sendirian, karena kamar di hotel banyak cermin dan saya kualat sering nggodain teman alumni SMA dengan mengirim meme ibu di film Pengabdi Setan. Nah loh, girap-girap dewe akhirnya.
Maka saya bisa tidur setelah menyetel film kartun dengan volume lumayan keras, lalu menutup muka saya dengan selimut tebal. Padahal ini belum lihat filmnya loh, cuma meme-nya. Ah aku lemah :D

Esok paginya, persiapan mengisi acara. Saya sarapan pagi bersama bu Poppy, mbak Zee dan satu mbak kalem lainnya (lupa namanya). Ada Rangga dari Blitar yang menjadi panitia. Saya pun menyapa para panitia dan beberapa peserta yang sudah datang.

Sambil menunggu mbak Venna Melinda, saya dan bu Poppy berada di ruang transit. Beberapa kali bu Poppy mondar-mandir untuk mengatur dan memberikan briefing kepada panitia yang mayoritas anak-anak muda (sepertinya masih anak kuliahan).

Peserta lumayan banyak mulai berdatangan dari kabupaten dan kota Kediri. Mereka menyerahkan Surat Undangan sebagai syarat kehadiran. Kemudian mendapatkan Goodie Bag berisi kaos dan note. Di depan ruangan sudah tersedia meja panjang berisi makanan ringan, kopi dan teh. Jadi sebelum mulai acara para peserta bisa "sarapan" dulu, supaya ketika acara tidak harus terpotong dengan sesi coffee break.

Mbak Venna akhirnya sampai di lokasi sekitar pukul 9 pagi. Beliau langsung menyapa semua orang lalu melakukan wawancara dengan KSTV. Nama saya disebut dalam wawancaranya tapi saya tidak ikut masuk frame. Saya malah sibuk merekam sesi wawancara itu lalu menyapa beberapa ibu-ibu yang menjaga stan kerajinan tangan, batik dan coklat. Sudahlah, saya sudah pernah masuk satu frame dengan mbak Venna kok. Bukan di sinetron sih, tapi di BIOS TV ketika ada acara Sosialisasi Coding Mum di Tulungagung setahun yang lalu.

Acara kemudian dimulai dengan rileks, fun dan rame ya karena Reza sang penyiar radio itu asik banget memandu acaranya. Saya dan 3 narasumber lainnya duduk di sofa, di panggung depan para peserta. Masing-masing narasumber berbicara sesuai dengan pancingan dari Reza dan saya dapat giliran terakhir. Wadaahh...lakonne menang keri iki jenenge rek.

Selama mendengar pembicaraan  masing-masing narasumber, saya mencoba menyerap inti dari materi mereka dan melihat respon para peserta. Akhirnya ketika tiba giliran, saya memilih berbicara dengan santai campuran bahasa Jawa.

"Halo pak, bu, mbak, mas, saya Heni dari Surabaya. Asli Suroboyo iki, nek aku ngomonge rodok Kartoloan gak popo yo?"

Yang artinya, Saya Heni asli Surabaya, kalau nanti bicara ala Kartolo, tidak masalah ya?"

Candaan awal saya disambut baik oleh peserta Kediri yang pastinya mayoritas mengerti bahasa Jawa atau bahkan semuanya paham bahasa Jawa sekaligus mengenal Kartolo. Kartolo adalah grup lawak Jula Juli legendaris asal Surabaya yang masih ada sampai sekarang.

Saat itu saya berbagi pengalaman tentang menjadi alumni CODING MUM SURABAYA dan  menyampaikan materi penggunaan teknologi informasi dan digital untuk mendukung terciptanya ekonomi kreatif atau memotivasi para peserta untuk menjadi creativepreneur. Karena latarbelakang per-digital-an saya cukup random, mulai ranah coding, bisnis online, blogging dan menulis maka saya sampaikan semuanya sedikit-sedikit. Karena kalau yang disampaikan banyak dan lengkap, saya nggak bakal diundang lagi #eh.

Peserta antusias tentu dengan konsep bagaimana membuat bisnis mereka menjadi GO ONLINE dengan cara mudah, bisa dimulai sendiri dan bisa diterapkan saat ini juga.

Karena waktu yang mepet, saya menjawab singkat. Sampai akhirnya acara ditutup pukul 11.30 WIB. Selesai acara, beberapa orang menghampiri saya, ada yang mahasiswa, dosen dan asisten KADIN.

Mahasiswa: "Bu Heni, saya mahasiswa POLTEK. Saya ingin bertanya ke ibu, kalau lulusan POLTEK bisa bekerja jadi apa saja?"

Wah saya kaget mendengarnya, "loh dek, disini tidak ada komunitas startup?" tanya saja cepat.

"Belum ada bu." Jawab mahasiswa memakai baju batik dan tinggi besar itu.

"Waduh dek, waktuku nggak banyak nih. Nanti japri saya aja ya, lewat instagram boleh. Karena saya harus pulang ke Surabaya sekarang. Bu Poppy harus naik pesawat ke Bandung jam 5 sore nanti."

Ini jawaban saya juga kepada pak dosen dan pak asisten KADIN, yang meminta nomer hp saya dan berniat memanggil saya kembali ke Kediri. Alhamdulillah ya, ternyata cara saya menyampaikan materi tadi bisa berkesan dengan baik ke para peserta.

Ketiwasan alias sayangnya, saya lupa bawa kartu nama. Jadi pouch kartu nama yang biasanya saya siapkan, ternyata ada di tas kuning. Sedangkan sekarang saya membawa tas abu-abu. Gini nih ibu-ibu, pengen gaya jadi rempong sendiri. Dengan meminta maaf berkali-kali karena lupa bawa kartu nama, saya menuliskan nomer hape saya kepada mereka yang meminta kontak juga mendampingi mereka membuka akun instagram saya di hapenya. Saya folbek nanti ya, pokoknya di mention atau DM saya sekalian.

Karena harus mengejar pesawat sore hari, saya, Reza dan bu Poppy berlarian turun ke lantai bawah. Zee masih harus tinggal di Kediri untuk membereskan beberapa keperluan.

"Aduh, eyang-eyang gini lari-lari rasanya jantung mau copot," bu Poppy berkelakar ketika merasa urusan beliau di akhir acara belum tuntas, sedangkan kami harus kembali ke Surabaya saat itu juga. Beliau sebenarnya ingin membereskan beberapa hal, tapi waktu sudah tak terkejar lagi. Saya pun mencoba menenangkan beliau, "bu..sudah bu..gapapa...kesempurnaan hanya milik Alloh," kelakar saya yang bercanda ala Dorce berhasil membuat beliau tertawa.

Kami pun melaju kembali ke Surabaya tanpa mampir sedikitpun untuk membeli oleh-oleh dan lainnya. Bahkan kami tak sempat makan siang serta tak membawa bekal jajan untuk di perjalanan. Alhasil lumayan kelaparan di jalan hehehe. Untunglah bu Poppy diberi oleh beberapa peserta jajanan hasil produksi bisnis mereka, yaitu kripik belut dan coklat. Saya diberi satu bungkus coklat yang saya bawa pulang untuk anak. Sedangkan kripik belut dibuka dan dimakan bersama di mobil. "Lumayan ih ada yang bisa dikunyah dan jadi ganjel perut lapar,"ujar bu Poppy.

Alhamdulillah perjalanan lancar tiada macet yang berarti. Sehingga pas pukul 4 sore lebih sedikit, kami sudah bisa ada di bandara Juanda.

Aduh, saya masih ingin menggali cerita inspiratif lebih banyak dari bu Poppy dan berdiskusi lebih panjang tentang rencana kami, para alumni Coding Mum Surabaya, yang ingin membuka kelas belajar coding lagi untuk ibu-ibu di Surabaya dan sekitarnya.

Ah, pasti ada cara bisa bertemu lagi dengan bu Poppy, sekarang kami matangkan dulu rencana Coding Mum Surabaya, di sela-sela kesibukan para pesertanya bekerja dan berkegiatan sehari-hari di rumah. See you soon bu Poppy, Zee dan Reza. Semoga bisa berjumpa di Jakarta.
Atau daerah lainnya :)

Pengalaman Ikut Pelatihan Menulis Jurnal Ilmiah Teknodik

2 komentar
Satu pengalaman saya lagi tentang MENULIS. Kali ini lebih dalam lagi dahi harus berkerut. Tak ada lagi kata romansa yang indah melambai dan menusuk kalbu sampai biru. Karena di Jakarta, saya mendapatkan pelatihan menulis jurnal ilmiah. Sebuah topik yang sudah mulai
hilang di radar otak saya.

Perlu diketahui, latar belakang pendidikan saya ada dua bagian. Pertama, Kimia FMIPA waktu sarjana, yang kedua adalah Teknologi Pendidikan ketika pascasarjana. Kedua bidang ilmu ini saya pikir bakal tergerus dengan aktivitas saya sebagai freelancer dan blogger yang lebih mepet-mepet ke ranah bisnis di era digital. Hampir saya 100% yakin kalau tugas hidup saya adalah ngajari orang jualan di internet. Apalagi ketika saya resmi jadi Trainer Gapura Digital, salah satu projeknya google untuk memfasilitasi UMKM di Indonesia bisa go Online dan jadi makin hebat bisnisnya.

Cerita jadi trainer Gapura Digital bisa dibaca disini: Seru, Jadi Trainer Gapura Digital Surabaya

Sempat saya was-was bakal bingung kalau misalnya kelak di akhirat akan ditanyai oleh malaikat, "Heni, ilmu Kimia dan Teknologi Pendidikan yang sudah kamu pelajari itu kamu buat apa saja? udah jadi manfaat apa saja? ingat itu sekolahan negeri, jadi kamu belajar juga dibiayai sama negara alias rakyatnya".

Nah loh, makin gemeter sebenarnya hati ini. Akan tetapi, apa mau dikata, waktu itu menurut saya menjadi pengajar digital marketing adalah pekerjaan yang ada di depan mata.

Mungkin karena saya terlalu gelisah, jadi Alloh SWT kasihan pada saya ya :)

Akhirnya kedua ranah keilmuan ini, pelan-pelan kembali lagi ke saya. Atau bisa dibilang, perlahan namun pasti saya diarahkan untuk kembali mengabdikan ilmu saya ini lagi.

Pertama, saya diarahkan kembali ke kimia dengan acara menulis marathon di Puspiptek dalam ajang writinghton. Lengkapnya bisa dibaca di artikel ini:
http://www.prasetyorini.com/2017/09/writingthon-1-di-puspiptek-membuatku-kembali-redirect-ke-sainstek.html

Kedua, dari informasi teman writingthon itulah saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan jurnal teknodik yang notabene adalah satu lini dengan bidang ilmu Teknologi Pendidikan yang saya pelajari di pascasarjana S2 kemarin di Unesa.

Nyambung banget ya, Alloh SWT memang Maha Baik dan super sekali dalam merencanakan jalur hidup umat-NYA. Kok ya bisa nyambung gitu loh. Saya jadi amazing sendiri.


Dan, disinilah saya. Di hotel Kristal Jakarta, dalam 3 hari 2 malam, saya mengikuti Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Jurnal Teknodik yang diselenggarakan oleh PUSTEKKOM KEMDIKBUD Indonesia.



Adalah saya sendiri takjub dan tak habis pikir, bahwa posisi saya sebagai freelancer ternyata bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan mereka. Alhamdulillah, jika melihat lagi banner awal pengumuman Audisi Penulis sebagai syarat diterima ke pelatihan ini, saya memang mendapatkan kesempatan mengisi profesi sebagai PRAKTISI PENDIDIKAN atau PEMERHATI PENDIDIKAN.

Karena saya beberapa kali sudah menjadi Training Digital Learning baik untuk sekolah ataupun UMKM, maka saya bisa mendaftarkan diri sebagai Praktisi Pendidikan. Alhamdulillah, disambut hangat juga disana.
wefie di saat  pembukaan pertama kali dengan mbak Diana dari LPMP Lampung
 Peserta pelatihan ini mayoritas diisi oleh guru, dosen dan beberapa  orang dari LPMP dan Pustekkom yang memang tugas bekerjanya untuk membuat media pembelajaran juga jurnal pendidikan. Ada juga yang dari bagian Evaluasi Pembelajaran. Pokoknya top-top banget deh. Saya keder sendiri ketika mendengar satu per satu berkenalan.

Yang makin bikin keki adalah setiap berkenalan selalu ditanya, "bu Heni, dari lembaga mana?"

Lalu saya nyengir sendiri, bingung menjawab. Apa saya jawab dari Google? karena terakhir klien saya itu :)

Ya, namanya freelancer gini kan lembaga yang menaungi bisa dibilang banyak. Tergantung siapa yang meng-hire kita to? hihihi

Akhirnya dengan tetap nyengir juga saya menjawab, " saya tidak punya lembaga pak/bu, saya freelancer independen".

Dan tau tidak bagaimana respon mayoritas mereka mendengar jawaban saya ini?

"Wiih enak mbak Heni, bu Heni, freelancer, bebas. Kita mah terikat tugas dan kantor."

Nah loh, pada envy sama freelancer :)

makanan di Hotel Kristal, enak-enak banget :)

Kekakuan saat perkenalan awal segera luntur, tak lain dan tak bukan karena makanan demi makanan yang disajikan. Hotel Kristal Jakarta ini, juara banget urusan makanan, service ramah dan ruangannya deh. Nanti saya tulis khusus ya review hotelnya, biar bisa share banyak foto. Kalau disini nanti kepanjangan.

 Pelatihan pun berlangsung dengan jadwal sangat padat, mulai pagi sampai malam hari. Bisa dibilang mulai jam 7 pagi dan bisa sampai jam 11.30 malam. Dan materinya "daging" semua. Mulai dari pengertian Karya Tulis Ilmiah, Teknik Penulisan, Cara menggunakan aplikasi Jurnal Teknodik terbaru, EYD dan materi lainnya.


Ruangan Shapire tempat pelatihan berlangsung 
Padatnya materi pelatihan tidak begitu terasa berat, karena suasana ruangan yang nyaman,  cahaya terang, LCD dan audio juga bagus plus makanan enak dan kopi yang selalu siap sedia.




Peserta yang diterima dan lolos uji artikel awal, usianya beragam. Mulai remaja mahasiswa ada sampai ke beberapa yang sudah sepuh seperti foto di atas. Walau begitu mereka rame banget loh. Dan lucu. Beberapa berkelakar tiap kali ada materi baru. Jadi sampai tengah malam pun rasanya nggak akan pingsan. Karena kita serius sambil santai.



Narasumber yang menyajikan materi berasal dari strata tertinggi tingkat kemahiran ilmu masing-masing. Pakar bisa dibilang begitu. Terbukti di setiap slide dan kalimat yang dipilih begitu sederhana namun bisa dicerna sedemikian rupa.

Biasanya yang sudah pakar yang bisa meramu ilmu menjadi sederhana. Dan mereka terbukti seperti itu. 


Satu demi satu narasumber menyajikan materinya dengan TEPAT WAKTU. Tiap akhir materi, langsung disambung materi baru. Narsum baru pasti sudah siaga di depan ruangan sambil membawa microphone dan menyajikan slide pertamanya.

Suasana dibuat santai dengan diperbolehkannya peserta hilir mudik mengambil kopi atau teh baru dan jajanan ke meja masing-masing. Suasana tidak tegang tapi ada yang pasti dilarang. Yaitu, dilarang mainan hape!

Lah, jiwa blogger mana tahan memasukkan hape ke dalam tas? secara kamera digital yang saya bawa memori cardnya terbatas sekali kapasitasnya. Baru motret dan rekam video dua biji, eh udah full memory.

Akhirnya saya nekad aja selalu majang hape di atas meja. Dengan tujuan untuk memotret slide yang penting dan tidak ada di dalam modul. Untuk jaga-jaga biar tidak ada protes dari mana-mana dan karena tujuan saya baik, maka setiap hasil potret slide materi itu langsung saya share ke grup whatsapp pelatihan yang sudah dibuat sejak kami mulai datang ke Jakarta di hari pertama. Aman kan :)

saya masuk kelompok bimbingan pak Sudirman - Mitra Bestari Jurnal Teknodik

Hari terakhir pelatihan diisi dengan bimbingan praktek menulis langsung jurnal ilmiah teknologi pendidikan yang dipimpin satu mitra bestari.

Mitra Bestari adalah para senior yang pekerjaannya me-review jurnal ilmiah yang masuk ke aplikasi jurnal teknodik, dan memutuskan apakah jurnal itu layak lolos dipublikasikan atau memerlukan revisi tertentu.

Suatu kebetulan bapak Sudirman adalah teman dari prof. Mustaji, dosen saya dan ketua jurusan S2 Teknologi Pendidikan Unesa. Pak Dirman orangnya kalem dan pandai humor. Kami dibimbing secara klasikal karena terbatasnya waktu.


teman sekamar saya nih :)
Sebelum pulang, saya dan teman sekamar menyempatkan diri berfoto bareng di ruangan makan hotel. Kelihatan banyak makanan ya? ada beberapa roti yang sengaja diambil dan rencana mau dibawa ke bandara buat bekal nunggu pesawat hahaha. Kakak saya bilang, itu trik kalau makan di hotel. Bungkus dengan tisue, masukkan ke dalam tas. Nanti bisa dimakan di kamar hotel, buat bekal kalau malem-malem kelaperan atau bisa juga dibawa ke bandara. Katrok yo ben wis talah. Saya manut aja dan pasang muka tembok ketika ngambil kuenya. Good bye gengsi . Teman sekamar saya juga seneng banget dengan trik itu, karena ada yang minta bagian hahaha.



Pelatihan menulis kali ini benar-benar membuka wawasan ilmiah saya deh. Malah jadi sadar dan malu sendiri ingat Tesis dan Skripsi. Kebayang berantakan banget ya garapan waktu mahasiswa itu. Malu pisan euy :)

Sepulang dari sini, saya bismillah mau berencana rutin menulis jurnal ilmiah terutama bagian Teknologi Pendidikan. Kok ya kebeneran, waktu S2 kemarin itu saya terobsesi banget dengan e-learning dengan segala atributnya. Mulai dari Learning Management System, Flipped Classroom, platform opensource e-learning dll.

Waktu kuliah bisa dibilang saya sendirian yang ngobrolin hal itu. Nggak ada yang interest hehehe. Eh, di pelatihan kemarin, disampaikan bahwa diharapkan tema yang dikirimkan kesana memasukkan hal tersebut. Isu terbaru pembelajaran di era digital. Termasuk hal-hal yang bikin saya kepo sejak kuliah pasca itu.

Lahdalah, apa bener itu kebetulan atau memang sudah di-setting sama TUHAN?

ALLAHU AKBAR ya....suka amazing sendiri kalau ingat.

Udah ngobrol panjang lebar, belum saya jelaskan tentang Jurnal Teknodik.
Jadi gini nih,

Jurnal Teknologi Pendidikan diterbitkan oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Jurnal Teknodik adalah jurnal yang diterbitkan oleh Pustekkom dengan satu bidang khusus tentang Teknologi Pendidikan. Inti materinya harus seputar Pembelajaran dan Teknologi Informasi yang mendukungnya.

Sebelumnya Jurnal Teknodik diterbitkan secara offline, kemudian kombinasi dengan terbit secara online.

Saat ini, jurnal teknodik akan diterbitkan berkala secara ONLINE. Dan untuk submit artikel dan lain-lainnya lebih mudah serta ada track recordnya. Karena sekarang di website-nya sudah dipasang fitur yang memudahkan hal tersebut.

Siapa saja yang bisa mengirimkan tulisannya?
SEMUA ORANG.

Jika anda tertarik, bisa membuka tautan berikut: http://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik

Di tautan tersebut lengkap sudah ada syarat dan template artikel yang diperlukan. Jika anda mempunyai minat tentang Teknologi Pendidikan dan mengetahui kaidah penulisan jurnal ilmiah, silahkan untuk mengirimkan artikelnya disana.

Jika ada pertanyaan bisa menghubungi admin yang online di website langsung.

Jadi, mari ikut meramaikan kancah pertarungan karya tulis ilmiah di nusantara :)

Salam,


Heni Prasetyorini

Live To The Max! Dari Perempuan Untuk Perempuan

10 komentar
Share your knowledge. It is a way to achieve immortality. - Dalai Lama

Dalai Lama, dalam quote yang saya kutip diatas menuturkan. Bahwa jika ingin hidup selamanya, berbagilah. Berbagi segala yang sudah ada di genggaman tangan ini. Apakah itu rejeki yang ada rupa dan bentuknya. Atau berbagi ilmu, pengetahuan, inspirasi dan motivasi kepada siapapun yang sekiranya membutuhkan.

Bagaimana caranya?
Jujur, saya pun sedang berpikir keras mengolah rasa, asa dan karsa. Tentang bagaimana saya harus memulainya dengan kondisi yang ada sekarang?


Perempuan Yatim Piatu Itu Lekat di Benakku

Sejenak saya ingin berbagi hati. Beberapa hari kemarin, ada acara buka bersama anak yatim piatu di perumahan tempat saya tinggal. Sebenarnya saat itu saya masih flu berat. Batuk tak henti-henti. Tapi saya ingin datang. Bagi saya, anak yatim piatu adalah hal istimewa. Dan entah kenapa, sampai detik ini saya belum percaya diri datang sendirian ke rumah singgah ataupun panti asuhan. Jadi hadir di acara bukber kali ini, penting untuk jiwa saya.

Benar kiranya. Disana saya lihat beberapa gadis muda dan anak perempuan kecil memakai seragam gamis dan jilbab berwarna pink salem, duduk di atas karpet berbentuk sajadah hijau. Wajah mereka teduh. Hati ini langsung menjadi pilu.

Tuhankuu, Rabb, apalah yang sudah kulakukan untuk mereka...

Desir hati berbisik pelan pada diri sendiri. Dengan hangat saya jabat tangan mereka satu per satu. Saya tajamkan benar pandangan ini pada raut wajah mereka. Saya ingin memotret mereka dan mengabadikannya dalam hati. Entah untuk apa, saya hanya ingin saja melakukannya.

Senyumnya. Tutur kata mereka yang lembut. Mata yang selalu menunduk dan menghindari tatapan saya. Ingin sekali saya ajak bicara ngobrol ringan. Menanyakan ini itu. Namun tenggorokan yang gatal membuat saya memilih menutup mulut dengan selembar tissue. Dan berusaha keras agar suara batuk tidak mengganggu ustadz yang sedang bertausiyah. 

Dalam diam itu, ribuan kalimat  tanya berebut memenuhi benak. 
"Mbak, di panti belajar apa saja? apa ingin belajar komputer? apa mau saya ajari? kalau nanti belajar di rumah saya, apakah bisa? apa ada yang mengantarkan? apakah boleh ke rumah saya? apakah di panti ada akses internet? apa suka bikin kerajinan tangan? saya bisa bikin bros, ini itu dan ini itu."

Dan pertanyaan itu lenyap dalam pikiran saya sendiri.
Tak satupun sempat saya lontarkan pada mereka.

Bayangan pun melayang pada sosok gadis muda yang menangis di televisi, karena begitu susahnya kehidupan ekonomi keluarganya. Sehingga dalam isak menahan air mata jatuh, dia harus menyanyi di depan mikrofon. 

Ah, saudari perempuanku. Adik-adikku. Apa yang bisa kulakukan untuk kalian?



Sembuh Dulu. Sehat Dulu, Baru Mikir Solusi

Setelah acara bukber itu, flu saya belum reda juga. Karena sedang bulan puasa, saya enggan sekali ke dokter. Males banget antri dengan kepala nyut-nyutan. Jadi saya pilih menguatkan diri sendiri dengan segala cara. Saya minum obat flu dan menambah daya tahan tubuh dengan vitamin yang bagus untuk mempercepat penyembuhan

theragran m vitamin



Theragran-M, selalu jadi pilihan. Dan itu beneran manjur, satu per satu gejala flu hilang. Hidung tidak mbeler lagi, pileknya berhenti. Besoknya demam ilang. Kemudian batuk yang tersisa pun lenyap. 

Saya bertekad, setelah kondisi tubuh pulih. Kepala udah bisa diajak kompromi untuk berpikir lagi. Saya akan membuat konsep untuk mewujudkan keinginan, melakukan sesuatu untuk mereka yang saya ceritakan di atas. Para adik-adik dan saudari perempuan. 



Pemetaan Situasi, Kondisi dan Potensi

Dalam melakukan pemetaan ini, saya harus realistis. Saya sudah jadi istri orang dan ibu dari dua orang anak. Dan tipe keluarga saya adalah rumah-minded. Jadi akan lebih mudah dan baik untuk semuanya kalau semua kegiatan saya itu berbasis rumah. 90% dilakukan di rumah saya ini. 

Saya tidak berani berkomitmen sebagai mobile-person alias orang yang datang untuk mengajar ke satu tempat ke tempat lainnya. Karena prioritas utama saya adalah keluarga. Dan itu tidak perlu melemahkan motivasi diri, karena dari rumah saja pasti bisa melakukan sesuatu. Tinggal mengotak-atik strategi yang tepat.

Setelah renovasi dua tahun lalu, ruang tamu saya cukup untuk menampung 10-15 orang. Bahkan bisa lebih dengan syarat mau duduk berdempetan. Belum ada LCD Projector, akan tetapi saya bisa memanfaatkan TV Flat 23 inch yang nanti dihubungkan ke laptop kecil saya dengan kabel VGA. Untuk praktek peserta, saya baru punya satu PC All in One, hadiah menang lomba nulis blog tahun kemarin. 

Akses internet di rumah juga cukup mumpuni. Untunglah waktu pemasangan awal saya sudah memilih kapasitas 2 gigabyte untuk versi bisnis. Jika kelak butuh di-upgrade, ternyata mudah juga dilakukan. Tinggal lapor ke pusat provider dan menambah biaya per bulan. Listrik juga aman dan stabil, karena tinggal di kota besar, Surabaya. 

Baiklah, keputusan pertama adalah pusat kegiatan dilakukan di rumah.

Selanjutnya pemetaan potensi. Bisa dibilang pengalaman saya lumayan juga telah mencoba ini itu. Berikut daftar skill dan knowledge yang telah saya pelajari (walau belum expert tapi cukup layak untuk diajarkan ke orang lain):
  1. Handycraft: membuat aksesoris handmade berbahan kawat (wire jewelry), kain, kertas koran bekas. Membuat boneka jari dan kreasi lain dari flanel. Menghias jilbab dan kain menggunakan teknik sulam untuk kain perca (sulam perca). 
  2. Coding: saya mengenal cara membuat website menggunakan bahasa HTML 5, CSS3, javascript, bootstrap melalui program Coding Mum Surabaya, tahun lalu. Saya juga dua kali mengikuti kelas membuat aplikasi berbasis android dengan bahasa Java, melalui program Indonesia Android Kejar (IAK). Pasti saya belum ahli banget membuat aplikasi android, akan tetapi saya cukup tahu langkah-langkahnya. Dan jika ada yang berminat, saya bisa menarik mentor saya waktu itu untuk membantu. 
  3. Menulis: ini tidak diragukan lagi. Menulis saya lakukan sejak kecil.
  4. Blogging dan Optimasi Sosial Media: saya yakin sudah cukup mumpuni mengajarkan blogging. Dan untuk memaksimalkannya, teman di komunitas blogger di Surabaya pasti sangat bersedia jika saya mohon sebagai narasumber dan trainer untuk ilmu blogging lain yang belum saya kuasai. 
  5. Bisnis online: saya berpengalaman mengelola online shop Jilbab Orin. Juga beberapa kali terlibat dalam komunitas digital marketing. Sekaligus menjadi trainer Gapura Digital, yaitu projek Google untuk memfasilitasi UMKM Go Online. Saya juga tergabung dalam komunitas SCCF (Surabaya Creative City Forum) dan Rumah Bisnis Kreatif Mandiri. Saya yakin networking yang saya miliki, bisa membantu saya mengajar. 
  6. e-learning: sesuai dengan materi tesis saya waktu S2 kemarin. Saya ingin sekali menjadi fasilitator agar para guru dan murid di Indonesia, terbiasa menggunakan teknologi digital untuk belajar dan mengajar. Saya menguasai platform e-learning seperti Edmodo dan Course Networking. Saya pun tergabung di GEG Surabaya (Google Educator Group), karena saya pun terbiasa menggunakan produk Google Suite untuk bekerja dan belajar. 
  7. Teknologi Pendidikan; selain tentang e-learning, saya berbasis kimia dan juga Teknologi Pendidikan. Sungguh akan sangat puas kalau semua yang saya pelajari, bisa saya bagi. Untuk detil mengajar kimia lagi, mungkin waktu saya tidak cukup. Akan tetapi, mungkin saya bisa membagi dan mengintegrasikan kimia ini dengan teknologi pendidikan. Sehingga belajar kimia khususnya atau belajar pada umumnya bisa lebih mudah.

keputusan kedua, materi yang akan diberikan adalah seputar Kreasi, Bisnis dan Edukasi.

Lalu bagaimana saya mewujudkan semua hal itu?
Apakah perlu membuka kursus belajar resmi atau workshop berjadwal?
Apakah ini murni gratis atau berbayar? atau gabungan keduanya?
Sepertinya lebih realistis jika saya gunakan sistim sumbang silang. Ada sesi berbayar untuk peserta yang mampu. Dan ada sesi gratis untuk yang membutuhkan.


Saya kembali teringat konsep AKADEMI PRASETYORINI yang telah saya tulis beberapa kali, sejak saya mempresentasikan hal ini sebagai tugas akhir Coding Mum Surabaya.

akademi prasetyorini
prototype website Akademi Prasetyorini
[blog: http://akademi.prasetyorini.com]

Akademi Prasetyorini itu adalah tempat belajar sekaligus komunitas belajar untuk perempuan agar melek teknologi. Dan memang ada 3 materi utama yang ingin saya ajarkan disitu: kreatif, bisnis dan teknologi. Namun dalam perjalanannya, teknologi bisa masuk ke pendidikan. Maka konsep kreasi, bisnis dan edukasi adalah hal yang tepat. 


Saya menuliskan kembali konsep belajar untuk perempuan ini dengan dada yang berdegup kencang. Sungguh ingin sekali mewujudkan hal ini secepat mungkin. Kalau bisa besok sudah mulai.

Akan tetapi saya harus realistis. Dalam 2-3 bulan ini, ada pekerjaan menulis yang harus saya selesaikan dulu. Saya pun harus memastikan anak sulung saya yang akan masuk pondok pesantren dan belajar coding (pemrograman) di SMK Telkom Darul Ulum Peterongan Jombang, telah aman dan nyaman. Selain itu, kondisi anak kedua saya juga stabil walau tidak ada kakak yang selalu harus ada disampingnya itu.

Jadi, ada kemungkinan saya baru bisa mulai dengan pasti sekitar 4 bulan lagi. Dan itu masih dalam bentuk mini workshop atau short course. Lalu 2 bulan setelahnya, akan dievaluasi dan ditentukan strategi yang tepat. Semoga saja, 6 bulan sampai 1 tahun ke depan ini, ada rejeki dari langit sehingga saya bisa memenuhi fasilitas laptop untuk peserta didik yang memerlukan. Allahumma Amin. 

Sungguh rencana yang luar biasa untuk saya pribadi. Dari rumah, saya bisa mengoptimalkan diri bersama-sama dengan perempuan lainnya. Untuk itu, saya harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Selain terus mengasah kemampuan, saya juga harus menjaga kesehatan. 

Terutama untuk kesehatan, saya sadar sekali masih banyak PR yang belum saya lakukan. Olahraga saja masih jadi wacana. Namun, saya harus membulatkan tekad mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. 

Saya juga harus mengatur pola makan, sehingga tidak mudah tumbang karena salah makan. Saya pun harus tertib mengkonsumsi vitamin untuk mengembalikan daya tahan tubuh setelah sakit, seperti Theragran M

Selain itu, harus banget berlatih menyeimbangkan pikiran agar bisa tetap tenang walau banyak ide bersliweran di kepala. Meningkatkan ibadah sehingga terus terkoneksi dalam bimbingan-Nya , Rabbul Izzati, Sang Maha Kuasa. 

Saya sadar diri, udah jauh dari usia remaja *yaiyalah anaknya aja udah masuk SMK :D
Sebentar lagi sudah masuk usia 40 tahun *masih 2 tahun lagiiih. 

Kabarnya kan "Life Begin at 40".
Nah, sebelum saya 40 tahun, semoga saja rencana membangun Akademi Prasetyorini, untuk berbagi dari perempuan untuk perempuan ini sudah berjalan dengan baik. Sehingga, semua perempuan di negeri ini bisa hidup layak, bisa mandiri, bisa mengoptimalkan potensi diri.

Bisa LIVE TO THE MAX apapun situasi dan kondisinya.

Apakah sahabat mempunyai getaran hati yang satu frekuensi dengan saya?
Ayo mari bergandeng tangan. Berkolaborasi. Silahkan kontak saya melalui email atau link media sosial di blog ini.


Salam semangat!


Heni Prasetyorini




Disclaimer: Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Theragran-M.

Kopi Dan Drama Korea: Mood Booster Blogging dan Coding

1 komentar
Kopi? Maklum banget jadi jimatnya blogger atau pekerja lainnya.
Tapi, drama Korea?
Nonton drama sambil nge-blog, sambil ngoding, bisa?
Beneran? Serius?

Jawabannya adalah. BENER. SERIUS.

FYI. Saya nih, hidupnya bisa dibilang 90% ada di dalam rumah. Selama 7 hari seminggu, 30 hari sebulan. 10% sisanya untuk antar jemput anak, ke pasar, ke ATM bank atau minimarket.

Is it real?
Yes.
Biar ga umum, itu real story.

Jika ada kerjaan atau acara lain, barulah porsi keluar rumah naik beberapa persen.

Kalau duluu, saya di rumah bareng anak yang kunyil, anak kedua. Jadi masih rame. Lah, sekarang dia udah gede, klas 4 SD, yang pulangnya sore, selisih dikit dengan kakaknya.

Jadi, sejak suami ke kantor, praktis saya sendirian di rumah. Pagi sampai sore. Dan itu sepiii loh rasanya sodara-sodara.

Yang komen bikin anak lagi mbak Hen, bakal saya kasih voucher jilbab hahaha.

Karena sepii, saya suka bikin rumah jadi rame pas kerja ber-digital ria. Kadang denger radio, kadang lagu di you tube. Tapi lebih sering muter drama Korea sih ya.


Kenapa?
Karena aku suka intonasi suara dari bahasa Korea. Apalagi jika filmnya ngehits dan menohok hati kayak Goblin. Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan dalam persinyalan internet nusantara, maka saya donlot semua episode Goblin ini di laptop. Biar ati tenang, wkkk.

Jika udah juenuh banget atau mental block, ga tau mau nulis apa, saya tinggal brenti trus nonton dramanya deh. Kalau udah ngakak sebentar lihat ulah Gong Yoo dan Eun Tak, baru mulai lagi.

Dibilang multitasking, bolehlah. Ini cuma kebiasaan.
Jaman sekolah dulu, saya sering belajar di depan tivi menyala. Rame aja gitu. Tapi bukan rame orang ngobrol.

Ya, bisa konsen tuh ya waktu itu.

Kalau sekarang saya ga bisa konsen depan tivi. Terlalu banyak iklan dan acaranya ga sreg di telinga juga hihihi. Di telinga, bukan di mata.

Kalau tentang kopi, itu sudah wajibun wajiiib.
Biar kata saya dinasehati jangan ngopi dll, tetep ga bisa.
Tapi sekarang udah jauh berkurang sih dibanding jaman perjuangan sekolah. Sekarang paling segelas kecil sehari. Pagi terutama. Biar ga salah paham dan kroso urip, heheh.

Camilan temannya kopi  ga terlalu wajib ada. Kalaupun ada kue, saya biasanya nggigit diki doang. Karena saya ini makhluk nyemego alias pecinta nasi. Jadi mending makan nasi daripada nyamil jajan. Jowo banget wis.



Switchable Me : Menjadikan Hobi Sebagai Profesi Itu (Sungguh) Butuh Nyali

18 komentar
Bekerja dan Berhobi Itu Seperti Yin dan Yang - Hesti Palestina Yunani

 Kalau anda hobi masak, dijamin sukses berpofesi sebagai Chef, Food Stylist atau Food Blogger. Kalau anda hobi dandan, pasti kalau punya clothing line sendiri bakal punya banyak pelanggan.

Tapi,
Kalau anda hobi membaca, mau kerja jadi apa?

Siapa orangnya dan apa perusahaannya yang mau membayar orang membaca?
Membayar orang yang duduk diam, menundukkan kepala di depan buku, lalu tak menoleh ke depan atau belakang. Orang yang kalau sudah keblabasan membaca novel tebal, sampai lupa apakah hari itu dia sudah sarapan. Ada?

 Aku hobi membaca sejak jaman masih berupa janin kali. Aku sangat pesimis  bahwa  hobiku bisa jadi pekerjaan. Oleh karena itulah, tiap aku baca jargon JADIKAN HOBI SEBAGAI PROFESI, malah jadi bingung sendiri. Profesi apa ya yang cocok denganku? Untuk memenuhi jawaban itu, maka aku berusaha mengubah-ubah hobiku. Aku pun mencoba-coba banyak hal baru dan berusaha meyakinkan diriku, siapa tau itu hobiku yang baru.

Hobi, kok coba-coba? :D


Bagaimana Caranya Agar Hobi Jadi Profesi?

photo from pexels.com


Mengutip kalimat dari mbak Dian Kristiani, seorang penulis cerita anak. Dalam bukunya berjudul Momwriter's Diary, mbak Dian menegaskan diri sebagai penulis profesional. Artinya di setiap tulisannya, dia berhak untuk mendapat kompensasi materi seperti halnya orang kantoran. Kalau orang kerja masuk kantor dari jam 8 pagi sampai 7 malam, nanti dapat gaji. Begitu juga posisinya sebagai penulis.

Oooh, jadi profesional itu begitu.... *Newbie mengangguk-anggukkan kepala.

Kalau....jadi pembaca profesional gimana? *Newbie garuk-garuk kepala, hihihi.


Untuk mencari jawabannya, aku terus membaca. [baca lagii....]
Untunglah ada kakek baik hati yang pintarnya luar biasa. Seperti ensiklopedia. Katanya kalau bertanya padanya, bakal tahu semua jawaban. Kekk..kakekkk ini sapi keekkk....

Eh, maksudnya keek, aku mau nanya keeek.
Cara bertanya pada kakek itu gampang. Tinggal buka laptop. Sambungkan ke internet. Trus ketik G gitu aja di kolom address url browser. Nanti akan muncul sendiri nama si kakek. GOOGLE.


Kalau Hobimu Membaca, Kerjamu Harusnya Menulis


Membaca buku saja seperti hobiku itu termasuk aktivitas yang bisa dibilang pasif.  Agar hasil membaca bisa menjadi sebuah produk, kita bisa mewujudkannya menjadi tulisan atau gambar. Berhubung aku nggak bisa nggambar, maka aku milih menulis aja. Dari kakek eh mbah Google juga aku diberitahu, bahwa menulis di blog bisa jadi pilihan yang mengasikkan. Kalau serius, juga bisa jadi pekerjaan. Horee...aku nemu profesi yang cocok buatku. Menulis di blog, jadi blogger. Asik keren nama profesinya.

Begitulah, walaupun maju mundur cantik, profesi BLOGGER menjadi satu incaran karir yang akan kutekuni dengan sepenuh hati.Lalu, bagaimana cara menjadi Blogger yang baik dan benar?
Selain terus berlatih menulis isi blog, aku juga rajin memelihara jiwa ke-kepo-an terhadap para blogger senior ataupun blogger mastah.

Hasilnya?
Aku jadi mengkerut dan ingin menggulung diri seperti Trenggiling di sudut gelap Kebun Binatang Surabaya. Jipeeerrr bok. Mana bisa aku seperti mereka? Tuhan, tolong....


Blogger Itu Kerjanya Seperti Gurita


Terpujilah mereka yang bisa menjadi Blogger Profesional. Yang selalu konsisten mengisi blognya dengan artikel yang orisinal. Bahkan harus bertemu langsung dengan narasumber atau menjadi blogger reportase dan siap hadir di setiap undangan acara atau kampanye atau projek penting yang terselenggara oleh berbagai pihak. Apalagi yang bisa super aktif mengelola sebuah komunitas. Blogger harus punya keseimbangan ajaib, antara jempol tangan - mata dan telinga. Agar di setiap acara, bisa melakukan LIVE TWEET dengan baik, sekaligus paham isi materi yang sedang dibahas. Di saat yang sama juga, blogger harus mempersiapkan bahan tulisan sebagai hasil reportase di blog masing-masing. 

Bisa dibilang, di awal menjadi BLOGGER, aku berusaha keras mengikuti pola kerja ini. Hasilnya? lama-lama skill-ku melesat tajam juga loh untuk menuliskan status di twitter, secepat dan setajam silet. Hanya saja, sayang seribu kali sayang, gadgetku nggak menunjang. Di tiap momen live tweet itu, hapeku selalu koit. Habis baterainya. Udah pake power bank  dua biji juga nggak mempan. Apa iya, aku harus bawa genset?

Sebenarnya ada cara lain sih biar live tweet aman. Yaitu bawa laptop , seperti beberapa blogger senior yang kuamati di sosial media. Mereka seringnya siap juga dengan laptop di meja.. Tapi, laptopku segede gaban bok'. Udah gitu harus pake kipas angin pendingin laptop, alias fan cooler. Bawa cooler gini bisa bikin bete tetangga satu meja. Karena aku pasti terpaksa nitipin jatah piring berisi kue manis dan cangkir kopiku di sisi mejanya. Bikin bete orang, kan dosa atuh.


Ditambah lagi, belum tentu juga, aku duduk dekat colokan listrik buat nancepin charger laptop. Kalau mau aman ya bisa sih, kita bawa kabel olor sendiri. Lah ini mau jadi Blogger apa camping to? bawa tas ransel penuh nian. Lihat potoku tuh, bukti otentik gadgetku butuh di switch.


Aku Butuh ACER SWITCH ALPHA 12, seperti yang dipakai mbak Diela Maharani ini nih. Keren!






Gini nih, yang bikin demen. Switch Alpha 12, Notebook Hybrid Intel Core Pertama Tanpa Kipas adalah Gadget yang mengerti kebutuhan Blogger Profesional.

  • Ringan. Cuma 1,25 kg. 
  • Bisa dipake kerja kapan saja, dimana saja. Bahkan tempat yang redup sekalipun. 
  • Nggak gampang baperan, eh panas maksudnya. Ada teknologi Acer LiquidLoop™ yang mengandalkan pipa berisikan cairan  pendingin untuk menstabilkan suhu prosesor Intel Core i Series di dalamnya secara optimal. Horee..good bye kipas angin yang bikin bete teman. 




  • Bisa diubah bentuk mode TABLET.  Keyboard Docking bisa dilepas, gaeees. Ngetik sambil senderan di kursi, kan nyaman banget ya?!
  • Asik nih, ada stylus pen juga. Lengkap deh, hobi bikin mind map ketika nge-plot tulisan, dapat terakomodasi. Apalagi nambahin bikin gambar ilustrasi untuk tambahan artikel atau bikin quote dan infografik. Mengetik dan menggambar jadi lebih mudah. 

Ya ampuun, Mbak Diela yang di video itu loh, pinter banget sih nggambarnya. Beliau jadi contoh orang yang hobi nggambar bisa jadi Ilustrator ya... wah asik. Jadi pengen juga belajar nggambar, siapa tahu bisa jadi hobi baru. Mulai deeehhh Hen, hihihi...

Okelah, aku harus fokus, konsisten dan komitmen tinggi untuk bisa #switchableMe menjadikan hobi sebagai profesi. Untungnya, jadi Blogger tuh nggak cuma memberi umpan kita untuk mengasah skill menulis. Akan tetapi, ditambah juga keharusan piawai membuat konten visual yang menarik sebagai tambahan tulisan versi digital yang kita tayangkan di blog.

Nah kalau sudah siap mem- SWITCH diri sendiri dari penghobi menjadi profesional, kudu siap dengan segala tanggung jawabnya. Siap kan? Siaplah!

Blogger profesional tuh, harus siap berada di lokasi narasumber tulisan, atau berada di acara penting sesuai undangan plus sanggup dikejar deadline dimanapun berada. Oleh karena itu, sebagai alat perang, perlu dipilih yang kuat dan setia, bisa diajak kemana saja, kayak Acer Switch Alpha 12 ini nih.





Acer Switch Alpha 12

Coba perhatikan detil spesifikasinya. Mantap banget gan. Tinggal kencangkan ikat pinggang dan isi tabungan. Yaiyalah, Blogger Pemula kan masih dapatnya bentuk recehan, hehehe.  Walau gitu, nggak usah ragu, nggak usah bimbang. Saat ini banyak cara pembelian. Mau cash, atau credit. Anggap notebook Acer super keren ini sebagai modal. Investasi di awal. Biar ngeblog-nya berjalan makin kencang. Mulai deh otak dagangnya keluar. 
memorinya gede loh, cukup tuh buat install software pemrograman

Dari Blogging ke Coding ke Copywriting

Nah, udah nih, aku dah menjalanin rute sebagai blogger. Tak disangka, dari sekedar nulis aku kecemplung ke dunia pemrograman. Iya jadi Blogger memang sangat sangat memperluas jaringan pertemanan. Networking. Apalagi antara blogging dan coding sama-sama berada di ranah digital.

Waktu itu aku ikutan program belajar bikinan Bekraf untuk pemberdayaan ibu rumah tangga, bernama CODING MUM. Aku diajari cara bikin website. Atau bisa dibilang aku belajar Web Design. Dengan harapan, setelah lulus, aku bisa nambah kerjaan sebagai web designer atau minimal bantu-bantu di bagian front end programmer.


Dari Web Design, aku  merambah pula belajar coding tentang bikin aplikasi di perangkat berbasis android. Aku ikutan program Indonesia Android Kejar (IAK). Yaitu program mengajari siapa saja (nggak cuma ibu-ibu doang), untuk belajar membuat aplikasi yang bisa dijalankan di henpon atau tablet berbasis android. 

Waktu di IAK ini, aku sempat ketar ketir, karena butuh laptop dengan memori gede. Eh ternyata, kalau kita pake Notebook Switch Alpha 12, udah mumpuni juga kok. Cukup buat donlot software Android Studio. 


Dengan berkecimpung di dunia programmer ini, aku jadi lebih sering kontak dengan teman-teman di ranah digital. Jadi istilah StartUp, makin nggak asing lagi di telinga. Acara bernada digitalpreneur itulah juga yang sering kudatangi. Isi blog juga makin dominan ke sana. Akhirnya aku pun memutuskan untuk terjun lebih dalam. Aku ingin mengangkat isu perempuan yang melek teknologi digital sebagai poin yang ingin kugali dan kuangkat ke permukaan. 

Jadi, kerjaan di dunia digital itu enak banget. Bisa dikerjakan di rumah. Jadi blogger, writer, programmer, semuanya bisa dilakukan juga di rumah. Cuma modal gadget saja. Dan sesekali ke luar rumah untuk ketemu klien atau presentasi. Ciee...udah dapat klien cieee...

Nggak kriting tuh otaknya mbak Heni, pake belajar coding segala?
Hadeehh pake nanya, ya iyalah.

Umur dah 37 tahun gini, baru belajar coding HTML, CSS, Javascript, PHP, ditambah dengan Java Android, hidupku akankah jadi biasa biasa saja??
Bisakah??
Menurut ngana? *teriak dan mendelik ala Luna Maya.

Aku sadar banget bukan keturunan pak Tarno, yang bisa tepuk tangan langsung muncul keajaiban. Bukan sulap. "Ayoo bantu bantu dibantu yaa... prok prok prok jadi apaa...!"
Tapi, aku tetap nekad njeblos di dunia teknologi. Dengan satu tekad murni, pengen memberitahu perempuan di luar sana, bahwa banyak potensi disini. 

Jujur deh. Ngodingnya tentu masih seret aja jalannya. Karena butuh waktu yang sangat banyak untuk memahami tiap trik membuat website atau aplikasi android. Sempat aku mengajak teman alumni Coding Mum untuk belajar bareng. Akhirnya terwujudlah juga, workshop Web Design Untuk Pemula, maksud hati mengulang belajar bareng sambil ngajak teman baru. Aku membuat sendiri dengan modal nekad, dana pribadi. Dan hasilnya adalah... 

Target pendaftar 30 orang. Yang respon ratusan orang. Di hari H yang datang hanya 3 orang dari luar kota Surabaya. Alamakjaaang... *nyengir sambil nggaruk tembok.

Untung saja, salah satu dari 3 peserta itu adalah bu Lurah. Minimal impact ke depannya bisa lebih luaslah, kan beliau jadi punya banyak agenda mengembangkan desanya. Aih, terima kasih sudah hadir jauh-jauh dari Mojoagung, ya bu Lurah. Dan satunya lagi gadis muda dari Tulungagung, yang ternyata sebagai karyawan ibu Ketua DPRD disana. Bismillah, bikin semangat area Jawa Timur nih bisa kayaknya. 

Aku jadi mikir ulang, waduh ada yang salah nih. Udah berniat aja mundur dari medan perang sebenarnya, mau cari zona aman dan nyaman. Mau semedi lagi aja di rumah dengan tenang sambil nonton drama Korea. Sepertinya berkarir di dunia coding, bakal lama banget jalannya. Untuk bisa bikin web design sendiri, aku belum berani. Untuk terus bikin workshop coding, aku merasa keteteran. Lalu, posisiku sebagai Blogger gimana nih? Aduh, aku merasa hopeless banget jadinya. Mau dagang jilbab lagi aja deh, itu pikiran yang terakhir muncul.

Namun, alhamdulillah, Alloh SWT baik banget padaku dan dengan cepat menghapus air mataku. Keputusasaanku yang merembet kemana-mana itu akhirnya berhenti sendiri. 

Tak disangka tak dinyana, ada teman seputar dunia teknologi yang menangkap kemampuanku menulis. "Mbak Heni, copywriter ya? bisa ngajar tentang ini? bisa bantu kami nulis artikel dan buku?"

Loh, ya, rejeki datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Allahu Akbar. 
Aku sendiri nggak merasa diri sebagai copywriter. Cuma ketika memutuskan diri jadi blogger, sering belajar tentang bagaimana cara menulis yang informatif dan menarik perhatian. Sekaligus bagaimana tulisan masuk ke Google page one (halaman pertama hasil pencarian di Google). 

Setelah aku teliti lagi, copywriter itu kerjaannya gimana sih?
Eh lah dalah, ternyata iya. Konsep copywriting itu menyajikan tulisan yang menggugah pembaca untuk melakukan sesuatu. Ada Call to Action. Ada Storytelling. 
Ya ampun, nggak sengaja kalau sudah melakukan itu semua di tiap tulisan blog terbaruku. Apalagi tiap aku nulis buat lomba. Kan ada review produknya. Jadi nggak sengaja latihan copywriting untuk iklan. 


Nah loh, ini yang makin cucook dengan hobiku dari awal nih. Menjadi penulis profesional itu membutuhkan skill untuk menulis sekaligus membaca. Aku makin heppi nih. Kalau aku nerima job menulis, kan aku harus riset tuh ke mbah Google. Nah, kan aku jadinya makin sering baca. Artinya hobi bisa jadi profesi. 

Oke, untuk itu di titik ini, langkahku semakin mengerucut. Menjadi COPYWRITER adalah pilihan profesi yang ingin semakin kupertajam lagi. Bahwa passionku adalah bicara tentang teknologi digital kreatif, itu adalah murni karena ketertarikan yang tiada habis. 

Apakah aku sanggup jadi COPYWRITER?
Lah, kenapa harus mikir-mikir lagi. Menjadikan hobi sebagai profesi memang kudu punya nyali.
Sanggup nggak sanggup, kudu sanggup.
Biar sanggup, ya belajar, berlatih serta siap nerima koreksi.
Gitu. 

Lah, bagaimana dengan niat membagi ilmu codingnya ke lebih banyak perempuan?
Apakah berhenti juga mbak Heni?

Begini, aku akhirnya beneran semedi. Bukan lagi meratapi diri. Tapi berpikir keras, sepertinya kalimat bahwa Serahkan Segala Sesuatu Pada Ahlinya, itu adalah nasihat yang tepat. Kegagalanku kemarin, bisa jadi karena itu bukan keahlianku. Banyak keterbatasanku sebagai EO (event organizer) karena kesibukan seputar menulis di blog dan mengurus rumah tangga.

Akhirnya, aku mengontak seorang dosen perempuan dari salah satu universitas ternama di Surabaya, yang beberapa bulan ini, menawarkan diri sebagai pengajar coding untuk kelas selanjutnya. Kelas yang rencananya aku buat setelah workshop pertamaku tadi.

Aku pun berdiskusi dengan beliau, bagaimana jika untuk kelas coding selanjutnya dikelola oleh komunitas Female Geek Surabaya, yang beliau bimbing selama ini. Saya siap membantu di bagian promosi dan menggerakkan kaum ibu untuk belajar coding.

Di komunitas Female Geek Surabaya ini banyak sekali sumber daya manusia, mulai dari pengajar dan organizer. Mereka adalah  mahasiswi beliau di jurusan Informatika , yang pasti lebih banyak energi dan waktunya. Alhamdulillah beliau setuju, dan kami akan membicarakan teknisnya lebih lanjut. "Yang penting kita fokus bermanfaat bu Heni, semangat"begitu pesannya kepadaku.

Duh legaa. Saya bisa fokus ke dunia blogging dan copywriting, namun tetap bisa stay tune di dunia coding dengan cara berkolaborasi dengan para ahlinya.

Jadi gitu ternyata ya...
Kalau mau kerja di dunia digital kreatif, kita kudu jeli melihat peluang. Sekaligus berani menerima tantangan. Kita kudu fleksibel. Siap berganti-ganti peran sesuai keadaan. Lalu pilih satu area yang bisa kita gali lebih dalam. Jadikan itu sebagai profesi utama.

Gimana? setuju?
Setuju dong!
Yang penting,  notebook 2 in 1 yang powerful, ACER Switch Alpha 12, udah siap ada di dalam tas kita. Jadi mau hobi, mau kerja, tetap bisa terlaksana kapan saja dimana saja. Kan sudah ditegaskan oleh mbak Heti, seorang penulis, editor lepas dan seniman, bahwa "Hobi dan Bekerja itu Seperti Yin dan Yang".

Tunggu apa lagi, ayo jadikan hobi sebagai profesi lalu perhatikan apa hal terbaik dan paling ajaib yang bisa terjadi.
InsyaAlloh :) . 

Semoga menginspirasi.
Salam,



Heni Prasetyorini.




referensi:
  1. Video Diela Maharani dari http://www.acerid.com/2016/10/yuk-ikuti-switchable-me-story-competition-dengan-switch-alpha-12/
  2. Foto produk Acer Switch Alpha 12 dari http://www.acerid.com/2016/07/switch-alpha-12-notebook-intel-core-pertama-tanpa-kipas/