Testimoni Menggunakan Pembalut Kain Dengan Teknologi Anti Bakteri

Tidak ada komentar

Pembalut kain semakin trending dibicarakan. Menarik sekali. Teringat waktu remaja tahun 90-an, dikenalkan pembalut kain dari bahan selembar handuk kecil oleh ibu, ketika baru pertama mendapatkan datang bulan. Ada yang mengalami juga?

Pembalut kain handuk ini tidak enak dipakai. Ketika dicuci kering, sering kainnya jadi mengeras dan tidak nyaman. Juga penggunaanya ribet. Supaya tidak bergeser, harus disematkan dengan peniti ke celana dalam. Jika tidak maka beresiko bocor atau darah menstruasi nanti meleber ke mana-mana. 

Mohon maaf saya nulisnya terang-terangan nih. Karena rasanya zaman sekarang sudah tidak perlu menganggap obrolan tentang mens dan pembalut wanita ini masih jadi sungkan dan saru. Setuju?


Mulai Tidak Nyaman Pembalut Sintetis

Nah, pengalaman tidak enak pakai pembalut kain handuk ini, membuat saya memakai pembalut sintetis sampai bertahun-tahun kemudian. Sampai saya berusia 40 tahun lebih saat ini. Dan saya santai-santai saja memakainya. 

Walaupun sudah mulai ada yang mengkampanyekan baiknya menggunakan Pembalut Kain, saya masih tak menghiraukannya. Ribet aja mikirnya gitu. 

Sampai akhirnya, beberapa bulan ini, atau hampir setahun lebih ya, rasanya semakin tidak nyaman memakai pembalut atau pantyliner sintetis itu lagi. Sering terasa mudah gatal, walaupun saya memilih yang tanpa zat wonder gel dan pewangi tambahan. 

Juga, bau darah menstruasi semakin tidak enak. Kadang anyir banget gitu. Padahal darah mens jaman masih remaja itu baunya khas saja, seperti banyak zat besi. Kalau pernah jari teriris pisau, atau gusi berdarah lalu kita menghisap darahnya atau mencium bau darahnya, nah darah mens yang begitu juga. Khas bau darah segar biasa. Bukan anyir, atau busuk. 

Saya kira, darah berbau ini karena kondisi saya kurang baik. Berbagai referensi lalu saya baca, untuk mengira-ngira apakah sebabnya. 

Tidak ada keputihan. Celana dalam selalu ganti baru, bahkan tiap mau sholat ganti, bisa lebih dari 5 kali sehari saya ganti. Dijaga untuk tetap kering dan segala prosedur kebersihan saya lakukan. Kecuali tidak saya gunakan Sabun Khusus daerah kewanitaan, karena saya tahu ini malah membahayakan pH normal dan kehidupan bakteri baik di situ. Saya gunakan air bersih seperti biasa saja. 

Tentang sabun ini, nanti saya bahas lagi kenapa tidak baik dipakai untuk daerah kewanitaan, hubungannya dengan pH dan bakteri. 

Sempat ada artikel dari media kesehatan yang menyebutkan, efek tubuh terlalu asam, salah satunya adalah darah haid menjadi lebih berbau. 

Nah, saya kira ini yang saya alami. 

Maka, saya berusaha mengatasinya. Mulai dari minum herbal jamu tradisional, lebih banyak makan sayur dan buah, juga sengaja membeli ekstrak propolis yang saya yakini memang manjur untuk meningkatkan derajat basa tubuh manusia. 

Namun, setiap kali datang bulan dan memakai pembalut sintetis, darah saya masih semakin bau tidak enak. 

Sempat saya berpikir, kenapa pas remaja atau masih muda dulu, ga ada masalah begini?

Kecuali memang lagi banjir atau belum sempat ganti pembalut saat sekolah/kuliah/ dalam perjalanan. 

Apakah karena metabolisme tubuh saya berbeda karena sudah mulai tua?

Atau, ada bahan kimia buatan tambahan di dalam pembalut yang berubah? tambah banyak atau gimana?

Browsing hal ini tentu tak habis-habis, bikin cemas, dan mulailah saya berpikir untuk mencoba menggunakan pembalut kain. 

Berbagai merk dan brand saya cari. Dan mencari mana yang terpercaya nih, dan beneran kainnya bagus, baik dan malah tidak bikin masalah baru. Secara udah umur segini. 

Sebenarnya, kalau saya melihat beberapa aktivitas teman penggiat kesehatan dan peduli perempuan, toh mereka mengajarkan cara menjahit pembalut kain dari bahan apapun, dan aman-aman saja. 

Namun, saya ingin menjadi pengguna yang yakin bahwa kain yang dipakai ini beneran nyaman dan aman. Pengalaman jaman remaja dulu pakai pembalut kain, tentu tidak enak kan. Saya tak mau asal beli online dan menyesal. 

Berbagai produk pembalut kain dengan harga beraneka ragam muncul di marketplace manapun. Satu demi satu saya baca detil produknya dan juga review pembelinya. 

Muncullah satu merk, YUSPIN, yang semakin membuat saya yakin karena ini ada website resminya juga dan saya ikuti lebih dari 1 tahun. Dari website disebutkan detil produknya, bahan kainnya bahkan ada pelapis kain dengan teknologi anti bakteri. Dari beberapa marketplace pun sudah banyak review bagus para pemakainya, walau memang harganya lumayan lebih mahal daripada lainnya. 


gambar pantyliner dari website yuspinofficial.com


Saya pun memilih membeli PANTYLINER

Harganya 125 ribu berisi 10 pcs, harga satu paket dengan pouch plastik. 


Kenapa beli pantyliner dulu?

Karena saya mau mencoba dulu kualitas bahannya. Dan untuk sehari-hari serta keperluan kalau pergi. Hasilnya alhamdulillah cocok banget. 

Kainnya halus, tebal, nyaman dipakai. Tidak ada bau sama sekali. Padahal jika saya pakai pantyliner sintetis, masih ada bau. 

Ketika saya pakai juga ketika mens di hari pertama, ketika darah masih belum begitu banyak, beneran darahnya tidak ada bau sama sekali. 

Jadi, betul juga saya lihat video singkat dari seseorang di tiktok, yang menyebutkan bahwa darah mens sebenarnya tidak bau, ada bau khas saja karena zat besi dalam darah. Dan yang membuatnya bau tidak enak itu karena bahan dari pembalut sintetis. 

Singkatnya begini, pembalut sintetis itu terbuat dari bahan selulosa atau serat sintetis yang harus di-bleaching  dulu supaya warnanya jadi putih bersih. Nah bahan pemutih inilah yang bereaksi dengan darah mens dan tubuh kita. Ada bahayanya juga sebenarnya jika terpapar terus menerus. Mungkin di usia 40 tahun lebih inilah tubuh saya bereaksi dengan munculnya bau darah mens yang kurang sedap, walau organ reproduksi saya tidak ada kendala dan penyakit apapun.

Dari sini saya pun makin yakin, PEMBALUT KAIN ini bisa jadi solusi jika anda mengalami masalah yang sama seperti saya. Atau bahkan ingin dikenalkan kepada anak gadisnya lebih dini. 

Selain keuntungan kesehatan, juga sedikit banyak kita bisa mengurangi sampah pembalut ini di bumi. 

Kebayang, ketika sekarang, bayi baru lahir sampai dia balita memakai diaper. Dan semua perempuan yang datang bulan memakai pembalut sintetis. Ditambah dengan beberapa lansia dan orang yang membutuhkan memakai diaper dewasa. Berapa jumlah tumpukan sampah bekas diaper dan pembalut ini di bumi?

Saya pernah menulis tentang diaper bekas, dan bertumpuknya sampah ini. 

Bisa baca:  WOW! Diapers Bekas Bisa Jadi Media Tanam dan Sumber Energi Terbarukan

Maka, keputusan memakai pembalut kain ini sungguh bagus. 

Apakah harus memakai merk yang saya tulis di atas? tidak juga. Saya pun tidak diendorse, ini murni testimoni saya sendiri. 

Ke depan, saya mungkin akan bisa full 100% memakai pembalut kain ketika datang bulan. Dan mungkin hanya butuh pembalut sintetis ketika masa deras darahnya dan sedang di luar rumah. Kalau di rumah saja, sebisa mungkin memakai pembalut kain karena bisa leluasa mencuci dan menjemurnya kapan saja. 

Apakah anda juga sudah mulai memakai pembalut kain?

Tidak ada komentar

Thanks For Your Comment :)