Tampilkan postingan dengan label prestasi. Tampilkan semua postingan

Tulisan Yang Menang Lomba Blog Asus Dan Dapat PC All In One Tahun 2016

Tidak ada komentar

Jadi Makin Semangat Nih! Dengan PC All in One ASUS V200IB,  Bisa Lebih Cepat Start Membuka Kursus


3 tips sukses: Mulai dari hal kecil, Mulai dari diri sendiri, Mulai sekarang juga 

Membuka kursus atau lembaga pendidikan non formal, bukan hal baru bagi saya. Waktu saya SD, sekitar tahun 1990-an, kakak saya membuka kursus komputer, akuntansi dan bahasa Inggris di rumah ibu. Saya sempat "magang" jadi tukang ketik buku modulnya dan mendapat gaji 5 ribu :-D.

Sewaktu saya hamil anak pertama, saya sempat membuka bimbingan belajar untuk anak SD-SMP-SMA dan sebuah usaha jasa pengetikan. Walau usaha ini berhenti karena sesuatu hal, namun keinginan untuk membuat "usaha" serupa terus menyala di hati saya.

Waktu pun bergulir, sampai ilmu saya makin bertambah tanpa terasa. Iya, saya mendapat ilmu dari dunia online, dunia digital. Mulai membuat blog, menjadi blogger, menulis konten digital, membuat dan mengendalikan toko online, mengenal e-learning, digital learning di Teknologi Pendidikan serta terakhir saya belajar pemrograman di kursus Coding Mum.


Inspirasi Membuat Kursus Untuk Perempuan


Sewaktu presentasi di Coding Mum, saya menyajikan desain website Akademi Prasetyorini. Yaitu sebuah lembaga belajar untuk perempuan di ranah bisnis, kreatif dan digital. Rencana awal saya akan berkolaborasi dengan 2 teman lainnya. Namun ternyata ada perubahan. Teman saya pindah rumah, jauh dari saya dan sulit untuk meneruskan rencana. Tidak mudah mencari patner pengganti. Akhirnya saya fokuskan untuk bergerak di bidang digital aja. Memberikan kursus tentang materi digital, untuk membantu guru meningkatkan kinerjanya di sekolah dan mencetak calon perempuan pengusaha baru di dunia digital kreatif.

Dengan keputusan ini, maka saya harus maju sendiri. Jika melihat profil lembaga pendidikan serupa, sepertinya banyak sekali yang harus dipersiapkan dan itu mahal. Ajaib dan mustahil rasanya saya sanggup. Namun saya kembali ingat dua perempuan yang memberikan inspirasi.

Pertama, Bu Aisyah dan profil sekolah gratis khusus anak perempuan yang dikelolanya. Kalau tidak salah lokasinya di daerah Jawa Barat. Dari beliau sebuah nasihat saya catat, "Mendidik Satu Perempuan Artinya Mendidik Satu Generasi".

Kedua, bu Ratih dan kursus rias di Surabaya. Waktu itu saya berkunjung ke rumahnya atas rekomendasi kakak, ketika saya akan menikah dan mencari perias. Rumahnya kecil sekali, masuk gang kecil dan ruwet; bisa dibilang gang tikus. Di rumah kecilnya itu, penuh dengan etalase besar berisi baju pengantin dan perangkat make up. Space untuk tamu, hanya sebuah sofa kecil, itu pun ada beberapa blangkon disana. Yang menarik, di space kecil itu, saya sebagai tamu, harus berbagi tempat dengan dua pasang perempuan yang sedang belajar rias pengantin. Riasannya bagus dan cantik sekali. Menurut bu Ratih, mereka adalah peserta kursus. Dari beliau saya mendapatkan pelajaran, "Memulai Sebuah Kursus Bisa dari Tempat Yang Sederhana".

Dari sini saya mendapatkan inspirasi dan semangat, bahwa sekarang pun saya bisa mulai membuka kursus di rumah. Dengan bekal niat, sebuah netbook mini, televisi dan ruang tamu di rumah sendiri.


Kendala Yang Saya Hadapi

Namun ternyata, saya mempunyai kendala. Netbook saya ukuran layarnya sangat kecil. Dengan layar kecil, tampilan presentasi akan terbatas dan terpotong. Terlebih jika saya ingin membuat screenshoot tiap tahapan belajar sebagai materi tutorial/kursus. Saya butuh laptop yang lebih besar atau saya butuh komputer, begitu pikir saya.

Screenshoot Terbatas Karena Layar Netbook Saya Kurang Besar

Selain itu, beberapa kali netbook saya nge-hang karena "panas" jika dipakai untuk waktu lama. Teman saya yang programmer, menganjurkan jika di rumah lebih baik menggunakan komputer saja, karena lebih stabil. Namun suami saya bilang, kalau komputer itu butuh listrik yang banyak, juga tempat yang lumayan besar. Sedangkan ukuran space bebas di ruang tamu kami hanya sekitar 3x6 meter. Juga perlu pertimbangan modal keuangan kami masih terbatas dan harus dibagi dengan keperluan lain. 

Jadi gimana nih?
Apa niat harus berhenti karena berbagai kendala?
Saya sudah terlatih untuk terus maju walau fasilitas belum ada.
Bondo Nekad, Bonek, Modal Nekad, gitulah maksudnya. Jadi, ayo maju terus....!


Perangkat Komputer Penunjang Bisnis Yang Saya Butuhkan

Analisa kebutuhan komputer yang sudah kami bicarakan adalah, komputer yang spesifikasi-nya bisa untuk pemrograman dan desain grafis, layar lebar, audio bagus untuk merekam tutorial atau presentasi, hemat listrik, hemat tempat, harga terjangkau. 

Tabungan pribadi saya tak seberapa, maka harus sangat hati-hati memperhitungkan pengeluarannya. Setelah semedi dan browsing kesana-kemari, alhamdulillah akhirnya saya nemu satu perangkat yang tepat bahkan sangat tepat.

Perangkatnya adalah komputer model baru, canggih, keren, kompak, yaitu PC All in One ASUS Vivo AiO V200IB. PC All in One berbasis Intel Pentium Processor ini dibandrol dengan harga sekitar 5 juta-an. Nah, dari segi harga, sudah cocok, bagaimana spesifikasinya?.
Amaziingg...saya amazing melihat foto produk, video review dan spesifikasinya. This is it, inilah yang saya cari.




PC All In One ASUS Vivo AiO V200IB 


Vivo AiO V200IB
PC All in One ASUS Vivo AiO V200IB, 
gambar dari web https://www.asus.com/AllinOne-PCs/Vivo-AiO-V200IB/




Dari video review produknya, saya makin terkiwir-kiwir, jatuh cinta lahir batin, beneran sumpah.
Anak saya sampai heran, kenapa saya jingkrak-jingkrak sambil narik-narik sarung suami saya, saking senengnya. Loh kok sarung sih?
Hehehe, doski baru pulang dari masjid soalnya waktu saya nemu informasi tentang PC All in One ASUS Vivo AiO V200IB ini.
"Mas, mas, lihat lihat nih, cocok dengan yang aku butuhkan untuk bikin kursus!"


Semua Yang Saya Butuhkan Ada di PC All in One ASUS Vivo AiO V200IB



Jadi begini, PC All in One itu adalah PC yang CPU-nya udah jadi satu dengan monitornya. Sekilas penampakan seperti monitor saja, atau malah seperti televisi. Nah, PC All In One ASUS V200IB bentuknya kompak, stylish juga kokoh. Bisa diletakkan dengan rapi di rumah saya dengan satu meja panjang. Cukup deh bikin kursus di rumah saya yang mungil.


PC All In One ASUS V200IB ukuran layarnya gede juga; 19,5 inch. Dilengkapi layar LED-baklit yang menawarkan kecerahan sehingga gambar tampak hidup. Sesuai juga dengan kebutuhan saya, untuk membuat rekaman desktop atau merekam diri sendiri sebagai video tutorial. Juga enak untuk kelas digital dengan tele-conference atau video chat. Kursus online makin enak dilakukan dengan layar lebar. 


Keren nih, ada juga teknologi layar sentuh 10 jari. Kalau mau edit gambar mudah kan, nggak perlu beli drawing pad lagi. Peserta kursus juga pasti bakal suka. Untuk presentasi juga pasti mudah dan menarik. 


Gambar bagus kalau suaranya pelan ya kurang asik kan? jangan kuatir deh. Pakai PC All in One ASUS V200IB ini suaranya ciamik. Teknologi ASUS Sonic Master nya udah built in. Malah bisa diatur 5 mode loh, untuk music, movie, gaming, recording dan speech. Lengkap pokoknya.



Dengan Intel Premium Processor- ASUS V200IB hanya membutuhkan energi yang kecil (hemat listrik) tapi performa tetap bagus. Untuk multitasking juga kuat, perpindahan cepat dan halus. Mau browsing, sekaligus nonton animasi, sambil ngedit video...bisaaaa banget.  Ditambah lagi Advanced NIVIDIA Ge Force Graphic 930M yang digunakan. Menampilkan atau membuat video HD bisa lebih cepat. Juga hemat waktu kalau mau mengirimkan foto berkualitas tinggi. 


Yang amazing lagi, teknologi NFC nih. Dengan teknologi ini (dari video reviewnya diatas), kita bisa melihat gambar hasil jepretan henpon tanpa perlu kabel data. Cukup henponnya diletakkan seperti di gambar, maka log in dengan tap, dan bisa kita nikmati gambar atau file lain di henpon langsung ke layar monitor. Ajaib ya?


Pernah kagum dengan charger henpon wireless atau tanpa kabel? nah ini dia, di ASUS V200IB bisa dilakukan loh. Kita lagi kerja pake komputer kompak ini, sambil sekalian nge-charge henpon. Nggak pake repot, nggak pake kabel dan beneran meja kita jadi rapi jali. fiuuh, canggih banget sih ASUS..



Jika bekerja di bagian desain grafis, pasti butuh akses file gambar banyak. Juga untuk programmer, itu file codingnya juga gede banget. Biar aman biasanya disimpan di harddisk eksternal. Nah, port USB  dari ASUS V200IB ini ada banyak. Bahkan port HDMI juga ada, biar bisa disambungkan ke televisi dengan layar lebih besar, jadi kerjaan mengajar atau presentasi bisa lebih leluasa. 


Teknologi pembaca Smart Card juga keren. Biasanya kita nunggu transfer data sampai ngantuk..karena lama. Nah pake ASUS ya gpl deh, ga pake lama. 

Pokoknya kerjaan beress tuntass dengan ASUS V200IB



Spesifikasi PC All in One ASUS V200IB ini sesuai dengan materi kursus yang akan saya berikan:
  1. Materi Microsoft Office untuk bisa buka usaha jasa pengetikan
  2. Membuat Blog dan mengoptimasikannya
  3. Membuat konten digital untuk personal atau pengajar (guru)
  4. Membuat kelas virtual dengan platform digital learning (guru) 
  5. Membuat web design dan belajar front end programming
  6. Membuat aplikasi berbasis android 

Keenam materi digital itu, saya olah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tahapan pemula dan lanjutan (advance). Sementara sasaran peserta selain perempuan pada umumnya (ibu rumah tangga dan profesi lain), juga para pengajar (guru) dan penyelenggara bimbel yang ingin meningkatkan usahanya di ranah digital.

Strategi belajar juga akan menggunakan metode Blended Learning, yaitu kombinasi kelas tatap muka dan kelas online. Peserta bisa mengulang materi belajar secara mandiri di rumah, melalui website dan sumber belajar yang sudah saya siapkan.


Skenario Usaha Ada 3 Tahapan


Perkara perangkat sudah beres, saya tinggal memantapkan desain skenario usaha kursus yang ingin saya kembangkan. Karena harga produk juga sudah ada, mudah bagi saya menghitung rencana bisnis dalam jangka waktu 3-5 sampai 10 tahun ke depan. 

Skenarionya begini:
  • 1-3 tahun, Tahap Inkubasi. 
  • 3-5 tahun, Tahap Pemantapan.
  • 5-10 tahun, Tahap Pengembangan.




Tahap Inkubasi 
Masa ini, kursus dimulai saat ini juga, dengan perangkat yang ada. Rencananya, saya hanya membutuhkan perangkat berupa:
  1. PC All in One Asus untuk membuat konten digital/materi kursus dan presentasi (untuk saya pribadi sebagai pengajar).
  2. Kabel HDMI untuk menyambungkan PC All in One Asus dengan televisi
  3. Televisi (sudah ada)
  4. Ruangan (belajar dengan lesehan di lantai).
  5. Laptop dibawa oleh masing-masing peserta kursus
  6. Akses internet dengan wifi kabel (sudah ada)
Dari masa inkubasi ini, evaluasi dilakukan untuk memantapkan fokus materi kursus, strategi pengajaran yang sesuai dengan peserta dan perangkat yang dibutuhkan.

Tahap Pemantapan
Modal untuk penambahan perangkat dikumpulkan sedikit demi sedikit untuk renovasi ruangan dan tambahan perangkat. Rencananya fasilitas yang akan diwujudkan adalah:
  1. 6-12 unit PC All in One ASUS untuk peserta
  2. LCD Proyektor
  3. Meja panjang untuk peserta dengan sudah disediakan PC All in One Asus
  4. Akses internet dengan wifi kabel (sudah ada)
  5. Lokasi masih di rumah
  6. Pengajar tambahan diambil dari alumni
Tahap Pengembangan 
Di tahap ini kursus sudah mapan, baik dari segi manajemen dan sistem usaha juga dari keuangan. Ada 3 hal yang ingin saya kembangkan dari sini, yaitu Franchise, Kredit PC All in One dan Cafe Coding. 
  1. Franchise adalah projek untuk mereka yang sudah punya modal dan memenuhi ketentuan yang kami berikan. Selain sistem usaha, kami juga menyediakan perangkat berupa PC All in One ASUS, LCD Projector, Kabel HDMI, dll. 
  2. Kredit PC All in One Asus, kami tujukan pada alumni yang ingin mulai membuka usaha sendiri di rumah dengan modal terbatas. Mengingat saya sendiri juga pernah mengalami kendala yang sama ketika akan memulai usaha. 
  3. Cafe Coding adalah projek entertainment dan komunitas alumni yang perlu dijaga loyalitasnya sehingga usaha kursus tetap bertahan lama. Cafe ini berisi spot makanan dan spot ngoding, salah satu materi kursus. Spot ini berisi beberapa unit PC All in One ASUS, yang bisa digunakan oleh pengunjung. Disini juga diberikan ruangan untuk presentasi bagi para komunitas yang ingin membuat workshop atau launching produk baru. 
Mengapa 3 tahapan?
Kalau melihat skenario bisnis saya, kesannya lambat ya? 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun.
Hal ini bukan karena saya kurang percaya diri, namun saya memang menyesuaikan langkah. Ibaratnya saya tidak tancap gas pol, melainkan perlahan tapi pasti. 
Kenapa?
Tentu saja karena saya masih harus menjadikan anak-anak dalam skala prioritas. Saya ingin bisa membimbing anak dalam belajar sampai di tahapan sekolah yang aman, minimal SMA, baru bisa saya lepas mandiri 100%. Sekarang anak terkecil saya masih berusia 10 tahun masih kelas 4 SD. Jadi 3 tahapan skenario itu saya buat, agar tetap seimbang antara bisnis dan keluarga. 

Mengapa hanya perempuan?
Sejak awal saya menyatakan, ingin terlibat dalam projek pengembangan perempuan, baik secara pendidikan dan kemandirian. Selain itu di tahapan inkubasi dan pemantapan, keduanya saya lakukan di rumah. Selain karena saya ingin berbagi untuk perempuan, saya juga harus menjaga kehormatan suami dan keluarga. Akan lebih elok jika interaksi intens terjadi sesama perempuan saja ketika di rumah. Jika usaha sudah berkembang, saya akan meng-handle-nya langsung bersama suami dan dua anak laki-laki saya, maka bisa lebih luas jangkauan peserta kursusnya.

Mengapa di semua tahapan tetap setia dengan PC All in One ASUS?
Dengan suami saja setia, kenapa dengan ASUS enggak?
#eaaa....

Saya sudah percaya dengan kualitas ASUS. Waktu kuliah pasca kemarin, dosen saya, pak B julukannya, sering memamerkan laptopnya pada kami. "Walau semua udah ganti, saya selalu setia sama ASUS. Nih laptop bandel banget!", begitu katanya. Dan beberapa teman juga memilih ASUS. Saya pun yakin takkan salah pilih untuk selalu menggunakan produk ASUS untuk kepentingan pribadi maupun usaha dan bisnis. Recommended windows desktop brand loh nih ASUS.  
ASUS Desktops – Most recommended Windows desktop brand.


Apalagi produk ASUS PC All in One yang canggih dan keren itu. Kekuatan komputasinya dapat menunjang bisnis tradisional dengan teknologi terkini berupa layar sentuh 10 jari, koneksi port serial (COM), modul NFC dan pembaca Smart Card untuk mendukung aplikasi bisnis. Juga, karena bodinya ramping dan kompak, menjadikan produk ini sempurna untuk bisnis yang memiliki keterbatasan ruang area kerja. Cocok sebagai penunjang rencana untuk memulai kursus di rumah minimalis. 

Baiklah semua spesifikasi PC All in One ASUS V200IB sudah saya ulik sedemikian rupa. Dan hasilnya sesuai banget dengan kebutuhan saya membuat kursus. Alhamdulillah, untung saya ketemu ASUS. Sudah kebayang kelak kursus saya  pasti bisa berjalan asyik, seru, menarik dan maknyuuss. 
*Sumber foto yang diedit dan sumber informasi diambil dari https://www.asus.com/AllinOne-PCs/Vivo-AiO-V200IB/

keterangan:
Artikel ini diikutsertakan dalam ASUSPRO Intel Writing Competition, dan alhamdulillah mendapatkan Juara 2 untuk kategori All in One. Semoga ASUS makin jaya, dan kursus saya bisa segera dimulai dengan materi belajar yang makin enak dibaca. Terima kasih dan sukses ya ASUS



tulisan asli di:
https://heniprasetyorini.blogspot.com/2016/06/asus-vivo-aio-v200ib-pc-all-in-one-canggih-dan-harga-bersahabat--yang-dibutuhkan-untuk-membuat-kursus.html

Ini adalah tulisan itu di blog pertama saya, sempat saya redirect ke domain heniprasetyorini.com, namun 2 tahun kemudian, saya kembali ke alamat blogspot asli. Jadi ketika lomba, di domain heniprasetyorini.com.

Untuk menulis artikel ini, saya gunakan canva.com untuk membuat poster Rencana Bisnis. Dan mengedit gambar dengan PicsArt di tablet android 7 inch.

Saya kerjakan selama 2 minggu di bulan puasa Ramadhan saat itu.
Selesai artikelnya, jatuh sakit, masuk angin. Karena siang sampai malam depan kipas angin dan laptop.

Ide startup tidak langsung ini, sempat mau bikin aplikasi ujian online. Saya sudah browsing dan konsultasi ke mentor Coding Mum. Sudah membuat draft dll, tapi saya batalkan idenya. Karena sudah banyak aplikasi kuis online serupa saat itu.

Lalu saya pikir ulang, ide apa yang gue banget atau cocok dengan saya.

Teringat Coding Mum yang juga baru saya kenal tahun 2016 dan juga cerita hidup saya sendiri, sebagai ibu rumah tangga yang bisa do something setelah melek teknologi, maka ide menulis ganti.

Semoga menginspirasi. 

Ekspresi Saat PC All In One ASUS Hadiah Lomba Sampai di Rumah

Tidak ada komentar

Writingthon #1 di Puspiptek Membuatku Redirect Kembali Ke Sainstek

4 komentar
"when I saw (again) a chemistry laboratory that day, I know I have to redirect my path"

Bau khas laboratorium kimia. Senyuman dan tutur kata yang runtut dari perempuan yang hamil tua dan menerangkan detil tentang konsep Meterologi. Istilah ilmiah, binar mata menyala dan bergairah dari para peneliti yang menceritakan kisahnya, membuatku menarik nafas berulang-ulang. Disinilah, disinilah, disinilah seharusnya aku mengabdikan jiwa raga. Di dunia penelitian sainstek dan pendidikan. Sesuai dengan latar belakangku mengambil kuliah sarjana kimia dan pasca sarjana Teknologi Pendidikan. Benar, inilah saatnya aku berpikir serius untuk REDIRECT.

Debaran Hati di Gedung Merah LIPI Kimia

Aku sama sekali tidak menyangka akan bertemu lagi dengan terminologi kimia. Bisa masuk ke gedung besar dengan petunjuk bertuliskan LIPI KIMIA. Apalagi bisa mendapatkan kontak langsung bu Zalinar Udin, Kepala Balai Laboratorium Biomolekul LIPI Kimia Bandung, yang sudah 16 tahun tak bersua.

Bu Zalinar, sangat membantuku di masa penelitian Tugas Akhir  dan setelah lulus kuliah Sarjana. Topik skripsiku termasuk dalam penelitian beliau di S3. Yaitu meneliti ada tidaknya interaksi antara ekstrak Gardenia Turbifera WALL dengan DNA bakteri Salmonella typhi.

Beliaulah yang akhirnya menerimaku untuk bekerja di LIPI dengan tangan terbuka lebar setelah lulus, juga mengijinkan mengundurkan diri ketika memilih kembali ke Surabaya ketika hamil anak pertama. Bahkan 2 tahun kemudian setelah anak pertamaku lahir dan besar, beliau masih dengan semangat menyuruhku kembali bekerja di sana, di LIPI Kimia Bandung.


Walaupun akhirnya aku tidak meneruskan rencana kembali ke LIPI, tapi bagaimana beliau menerimaku kembali, sangat berharga di hatiku ini. Pendek kata, Kimia berkesan di hati walaupun aku berusaha sekuat tenaga menguburnya dalam-dalam.

di depan gedung LIPI KIMIA

Laboratorium Kimia untuk bioenergi
Aku di depan Pilot Plan Bioetanol Generasi 2 LIPI Kimia




Bagaimana seorang "aku" bisa sampai kesana?
Jalan yang terbuka dan tak terduga berasal dari satu kata yaitu WRITINGTHON.

WRITINGTHON #1 : INOVASI ANAK NEGERI

Writingthon adalah ajang para penulis untuk bekerjasama mewujudkan satu buku. Proses penulisan dan pencarian sumber tulisan dilakukan secara marathon dalam batas waktu tertentu.

Diinspirasi oleh projeknya para programmer aplikasi mobile yaitu Hackathon. Bedanya, disini para programmer dan timnya harus bekerja selama 3 hari membuat sebuah aplikasi berbasis android yang bermanfaat.

Hackathon untuk programmer.

Writingthon untuk penulis.



Audisi penulis writingthon ini juga sama maratonnya. Hanya 1 minggu saja, Bitread, sebagai penyelenggara menggelar rekruitmen. Kami, para blogger, biasa menyebutnya sebagai kompetisi ngeblog atau menulis.

Biasanya satu banner kompetisi menulis akan beredar viral di komunitas blogger. Tapi kali ini tidak. Aku mendapatkan banner di hampir tengah malam. Saat itu, teman aku, Prita Hw, blogger dari Jember, sengaja mengirimkan banner ini secara pribadi di chat messenger.
Aku langsung terpana melihat syaratnya adalah penulis berbasis sains. Langsung juga berterima-kasih kepada Prita karena sudah memberitahukan hal itu.

“Ikut sana mbak, aku nggak punya background sains. Sampeyan saja yang maju,”begitu tulis Prita.

Aku sama sekali tidak tahu apa itu Puspiptek, Bitread dan Writingthon.
Sebelum bergerak selanjutnya, aku cari dulu kedua “kata kunci” itu di google chrome, browsing. Semacam naluri blogger yang menyelidiki apakah kompetisi ini beneran atau abal-abal. Dan hasilnya fix semua aman, benar dan bisa dipercaya.

Malam itu juga, aku lembur di depan laptop sampai menjelang dini hari. Segera mencari banyak literatur tentang ilmuwan yang harus menjadi topik artikel yang akan diaudisi. Pilihan pun jatuh pada bu Evvy Kartini, satu-satunya Ilmuwan Nuklir dari Indonesia, perempuan pula, hebat. Aku sengaja memilih beliau karena genre menulisku selama ini juga seputar perempuan dan teknologi. Pas banget.

Urusan tulis menulis pun harus berhenti sejenak, karena esok paginya, aku ke Jombang, mengantarkan si anak sulung kembali ke pondok pesantren. Aku bertekad menyelesaikan tulisan ini dan ikut audisi. Tapi sama sekali tidak berharap atau menganggap bisa lolos. Tulisan aku selesaikan di rumah ibu, dengan sedikit drama karena laptop harus di-service dan ibu tak suka aku “mainan laptop” di depan beliau. Terlebih jika ada juga suamiku disitu.

Perempuan Jawa haram hukumnya jika membiarkan suami tanpa kopi di sore hari, syukurlah ibu tidak terlalu bereaksi keberatan saat itu karena suamiku mengatakan sudah biasa menghadapiku seperti itu ketika sedang dikejar "deadline" untuk menulis sesuatu.

Sebenarnya kondisi kurang kondusif dan aku tidak yakin bakal lolos. Tapi aku nekad saja, menyelesaikan semaksimal mungkin di waktu mepet itu. Menuliskan esai tentang motivasi mengikuti audisi yang menyertakan kalimat “ingin membumikan hasil riset agar mudah dipahami orang umum”. Aku kirim email ke  penanggung jawab kompetisi. “Kirim dan Lupakan.” Itu mantraku saat menekan tombol SEND.

Alhamdulillah, ternyata aku diterima dan lolos audisi menjadi 10 Penulis terpilih dari 200 peserta yang mengirimkan tulisannya. Atas bantuan Alloh SWT.

Writingthon vs Puspiptek

INOVASI ANAK NEGERI. Writingthon yang pertama ini diadakan bertepatan dengan program Puspiptek Serpong Bogor yang akan mengadakan PIF (Pekan Inovasi Festival 2017). 10 penulis pilihan dari writingthon diberikan tantangan untuk menuliskan buku yang bisa mendeskripsikan tentang Puspiptek dan semua hal yang ada di dalamnya, misi visi, inovasi, kendala dan juga harapan yang dimiliki oleh lembaga penelitian terbesar di Indonesia ini.

Oleh karena itu, kali ini latar belakang penulis memang dipilih yang berbasis Sains dan Teknologi. Aku punya basis kimia karena kuliah S1 mengambil jurusan Kimia FMIPA di ITB. Teman aku lain ada yang dari Fisika, Biologi, Matematika dan juga yang aktif dengan kegiatan reservasi alam. Aku pun sangat intent, tekun dan aktif untuk terlibat dalam teknologi. Terutama teknologi digital untuk digunakan di pendidikan dan kreatifitas. Mungkin salah satu latar belakang ini yang menjadi nilai tambah dariku.


Sampai tiba di hari pelaksanaan. Urusan akomodasi sudah ditangani dengan baik oleh pihak Puspiptek. Aku hanya menyediakan biaya taksi untuk jarak rumah-bandara-lokasi acara. Di Wisma Tamu Puspiptek jadi base camp pelaksanaan. Kami tidak akan hanya duduk manis menulis disana. Sekali lagi, kami harus marathon keliling laboratorium dan gedung tertentu Puspiptek yang akan diangkat sebagai materi tulisan. 


ibu Sri Rahayu, Kepala Puspiptek Serpong

Acara dibuka resmi oleh kepala Puspiptek, ibu Sri Rahayu, yang gesture tubuh dan cara bertuturnya mirip banget dengan bu Risma, Walikota Surabaya. Sedangkan wajah beliau mirip banget dengan bude tetanggaku seberang rumah. I feels like home J

Baiklah untuk tiga hari ke depan, aku harus siap jiwa raga. Alhamdulillah saat itu aku sehat wal afiat. Dan tidak ada kendala baper atau mellow ala emak-emak yang melanda. I’m ready 100%. I’m on fire. Mungkin juga karena di sekelilingku ini anak-anak muda. Ya, bisa dibilang aku paling tua disana. Dan mereka pun satu persatu mulai memanggilku MAMA.

Menjadi paling tua, tidak ada halangan sama sekali. Kecuali sakit pinggang dan sakit kepala yang dating lebih cepat ketika hari lembur telah tiba. Ya, di hari ketiga, 10 penulis diletakkan dalam posisi berhadap-hadapan di dua sisi meja panjang. Seperti pemandangan kantornya media online, beneran deh. Kami bersepuluh dan beberapa tim Bitread terus berdiskusi, menulis dan ngakak bersama sampai lewat tengah malam. Inilah Menulis Marathon itu.

Ya, hari pertama dan kedua, kami marathon mewawancarai peneliti. Dating ke lokasi sampai ke tempat penyimpanan Reaktor Nuklir di Batan. Menyusun taktik penulisan dan memilih sudut pandang yang akan diambil. Baru di hari ketiga, setelah materi terkumpul, menulis di depan laptop dilakukan pol-polan. Lewat jam 2 dini hari, kepalaku sudah nggak kuat. Pusing bagian belakang. Bahaya kalau diteruskan nih, pikirku.

Mungkin dulu jaman masih unyu, aku berani saja nggak tidur seharian. Tapi aku dah sadar umur. Daripada dipaksa terus aku pingsan, mending aku menyerah dan tidur dulu saja. Teman sekamarku, si anak mahasiswa abege, Iiz , juga beberapa kali merengek mengajakku kembali ke kamar. Dia sudah nggak kuat juga. Bukan karena dia tua. Tapi karena kemarin malam dia juga begadang sampai pagi. Sepertinya ada tugas kuliah juga yang harus dia selesaikan. Fix, kami ke kamar. Dan satu per satu temanku pun kembali ke kamar. Hanya satu orang yang bertahan sampai shubuh dan selesai menulis 10 halaman, namanya pak Mul dari Semarang. Jagoan euy.

10 penulis pilihan Writingthon #1 , Pihak Puspiptek dan Bitread

Kita akan punya energi yang semakin kuat jika berada di lingkungan dengan frekuensi yang sama. Begitulah yang aku alami saat itu. Jika dihitung kasar, energi kami seharusnya habis karena harus lari kesana kemari dari satu laboratorium ke laboratorium lain. Lalu bertemu dengan narasumber yang kebanyakan para peneliti senior.

Peneliti senior yang sangat antusias menjelaskan detil konsep penelitian mereka, yang seringnya malah mengeluarkan istilah ilmiah yang kadang diluar pemahaman kami. Disaat yang sama, kami harus konsentrasi penuh menyerap penjelasan para peneliti sekaligus menyiapkan pertanyaan di waktu yang sama. Kalau bisa melihat alur kerja di dalam sel neuron kami, mungkin loncatan elektron dari satu synaps ke synaps lainnya seperti mereka lari Sprint ya, nggak cuma marathon. Cepet banget! 

Sedang mendengarkan paparan Peneliti di Puspiptek

Biasanya, orang akan mudah kelelahan bila digempur tuntutan harus berpikir keras sekaligus bergerak kemana-mana. Giliran menulis, hampir dipastikan langsung tumbang. Atau malah sama sekali nggak ada ide mau nulis apa karena kecapekan.

Tapi, ajaibnya, hal ini sama sekali tidak terjadi pada kami. Baik 10 penulis, pihak Puspiptek juga baladewa Bitread, semuanya antusias dan energik. Sampai tengah malam kami tak hentinya bergantian melontarkan pemikiran yang "berat".

Mengapa hal ini bisa terjadi?
Secara pribadi, kalau aku, alasannya adalah aku terperangah dan takjub. Bahwa negeri ini punya Pusat Penelitian sebesar Puspiptek dengan prestasi dan fasilitas yang sudah setara dengan kelas dunia internasional. Hanya saja, tidak banyak yang tahu.

Akhirnya, aku seperti kesetrum petir dan akhirnya ingin segera memberitahukan ke semua orang. 

"Haiii kita punya PUPSPIPTEK loohh gaeess....bangga banget deh!!"


Kegemasan untuk memberitahukan ke sebanyak mungkin orang melalui tulisan kami inilah yang membuat kami tak habis-habis energinya.

Terlebih lagi aku sendiri, seperti terhenyak ke masa lalu bergaul dengan larutan asam sulfat, laboratorium, elektroforesis dan lain sebagainya jaman kuliah di Kimia. Ketika merenung kembali, kenapa aku sampai di titik ini, akhirnya aku mengambil kesimpulan. Bahwa ini adalah tugasku ketika dilahirkan ke dunia ini. Istilahnya adalah Inilah Tujuan Penciptaanku.

Pundakku seperti ditepuk seseorang dengan mantap dan mendengarnya berkata, "ingat, ada ribuan materi sains yang sudah kau lahap bertahun-tahun ketika menempuh studi. Juga rangkaian berita sainstek yang suka kau baca di setiap ada kesempatan. Ingat bahwa itulah juga amanah dan tanggung jawab yang harus kau selesaikan di dunia ini."

Semacam itulah hasil perenunganku. Demi juga mendengar paparan beberapa peneliti dan teknopreneur di gedung TBIC Puspiptek (Technology Business Incubation Center) yang ingin agar kiprah mereka bisa semakin diketahui banyak orang untuk memberikan inspirasi. Saat itulah aku semakin yakin bahwa aku harus berbuat sesuatu untuk ranah ini: SAINS - TEKNOLOGI - RISET.

Ide yang pertama kali terbesit adalah membuat media online yang mengulas tentang 3 hal tersebut. Ide ini aku sampaikan ketika sesi berjumpa peneliti dan teknopreneur di TBIC waktu itu. Dan segera disambut baik oleh mereka. Humas Puspiptek, juga memberikan masukan bagaimana caraku bekerja nanti jika harus berhadapan dengan peneliti. 

Sebuah angin segar untuk ide berkutat dengan media online yang mengangkat hal yang tidak biasa. Sampai kembali ke Surabaya, ide ini terus aku gulirkan di setiap kesempatan. Aku sengaja mengikuti workshop cara merencanakan sesuatu menggunakan Business Model Canvas. Aku bertanya pada teman programmer yang ahli membuat website dan pengalaman mengelola media online. Kepada sebanyak mungkin orang, aku sampaikan niatkan ingin membuat sesuatu yang online untuk memfasilitasi keinginan para peneliti di Puspiptek tempo hari.

Akhirnya, aku dan teman-teman Writingthon memilih satu nama media yang bisa mewakili dan menjadi nama media online kami nanti. Namanya adalah RISETPEDIA. Banyak rencana yang berloncatan di kepala terkair Risetpedia ini. Risetpedia Go to School, Risetpedia Quote, Kompetisi, Seminar, Festival, Vlog, You Tube, Komik dan segala macamnya. 

Sebagai gerak cepat yang biasanya spontan dilakukan oleh blogger, khususnya aku, segera saja aku membuat akun username media sosial dan membeli domain. Tujuannya agar niat ini tidak keduluan orang. Karena sekali username dipakai orang lain, kita tidak bisa merebutnya kecuali dimodifikasi dengan kata dan huruf lain.


Jadi, mulai domain www.risetpedia.com dan username @risetpedia, semua sudah ada di dalam genggaman tanganku. 

Belum fix semua sudah melakukan itu semua?

Boleh kok, itu sah-sah saja di dunia digital seperti ini. Karena tumbuh dan mengembangkan suatu produk atau media bersama dengan "follower" kita malah akan saling menguntungkan. Kita bisa membaut produk yang tepat sasaran yang mereka butuhkan. Sekaligus mereka bisa merasa engage dan terkait emosional baik dengan kita.

Sekarang aku masih terus menggodok ide ini.
Karena setelah pulang dari Writingthon, ternyata aku tak hentinya juga terus menulis secara marathon. Pekerjaan terkait menulis, semakin datang. Bahkan saat ini aku terlibat Pelatihan Menulis Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Kemdikbud, untuk menjaring penulis yang paham teknologi dan Teknologi Pendidikan. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan menambah jumlah jurnal pada website Jurnal Teknodik yang akan go Online.

Sebulan setelah Writingthon, aku mengikuti pelatihan Jurnal Ilmiah di Jakarta

Alhamdulillah, disinilah aku berada sekarang.
Dan aku sangat yakin dengan keputusan untuk tekun di bidang penulisan, sains, teknologi dan pendidikan. Semoga semakin banyak kesempatan untuk berkolaborasi dengan semakin banyak orang hebat lainnya. Sehingga ide untuk mengembangkan RISETPEDIA berhasil menjadi inspirasi, informasi dan motivasi para generasi muda bangsa untuk menjadi peneliti, teknopreneur. Bangsa ini di masa depan akan makin banyak memiliki orang yang siap membuat sesuatu yang dibutuhkan bangsanya sendiri. Dan tidak melulu menjadi konsumen dari produk bangsa lain.

Di depan salah satu tembok di gedung TBIC Puspiptek Serpong
Di akhir tulisan ini, aku ingin kembali mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk BITREAD, PUSPIPTEK dan WRITINGTHON yang telah memberiku kesempatan untuk "kembali ke jalan yang benar" :)

Love you from my deepest heart.

Salam,


Heni Prasetyorini

Kreatif, Go Digital dan Perbanyak Talents Muda Untuk Kemajuan Surabaya Menjadi Kota Kreatif Kelas Dunia

14 komentar
Orang kreatif tidak akan miskin dan bangkrut. - Tri Rismaharini
Kalimat itulah yang disampaikan oleh Bu Risma, sapaan bagi Walikota Surabaya yang menjadi walikota terbaik ketiga di dunia, pada acara Bekraf Developer Day, 4 September 2016,yang  saya hadiri bersama anak sulung saya itu.



Bu Risma melanjutkan kalimatnya dengan memberikan contoh.
Salah satu contohnya adalah kisah penjual kacang Madura. Sebelumnya kacang goreng yang dibumbui dengan air bawang putih itu, hanya dijual seharga Rp.2000,- per bungkus. Penjual mengemas kacang itu dalam plastik bening kecil-kecil, dan dijual rentengan di beberapa warung kopi.

Bu Risma kemudian memfasilitasi agar dibuatkan kemasan yang menarik untuk kacang goreng tersebut. Akhirnya kacang itu dikemas lebih banyak seberat 250gram. Gambar kemasan dibuat oleh desainer grafis profesional. Bahan kemasan dibuat lebih mahal dengan plastik doff. Hasilnya kacang goreng madura itu bisa dijual seharga Rp.15.000,-. Jauh lebih mahal daripada kacang yang dikemas seadanya di bungkus plastik sebelumnya.


"Ini namanya kreatif," begitu bu Risma menegaskan. Dengan cara berpikir kreatif, semua orang tidak akan kehilangan akal untuk mempertahankan hidupnya, begitu lanjut beliau. Orang yang mulai bisnis dan menemui kendala, tidak akan bangkrut, jika dia mau putar otak. Hanya sekedar mengganti kemasan, seperti kacang goreng Madura ini, penjualnya sekarang sudah jauh lebih sukses. Saya dan ribuan anak muda lebih di acara tersebut  manggut-manggut, membenarkan perkataan ibu Risma.

Dengan mental kreatif dan mindset yang terbuka, kita akan bisa mengatasi apapun yang terjadi dalam usaha yang dijalankan.

KREATIF 
Sepak terjang bu Risma untuk mendukung ekonomi kreatif di Surabaya, sudah tidak bisa diragukan lagi. Geliat kota mulai tampak dari berbagai segi. Di bidang kuliner misalnya, mulai bermunculan tempat makan atau cafe dengan konsep unik, kreatif dan mewadahi kegiatan komunitas. Di bidang teknologi, mulai banyak bermunculan acara yang mendukung perkembangan para programmer muda kota ini. Begitu juga dengan ranah seni, literasi, musik dan akademisi.

Tempat bekerja para pelaku industri kreatif pun mulai tersedia berupa co-workspace. Termasuk adanya Rumah Kreatif BUMN yang mewadahi adanya interaksi, edukasi dan pertumbuhan para pelaku UMKM di Surabaya. Training Gapura Digital yang memfasilitasi UMKM Go Online, juga diselenggarakan di Surabaya. Beruntung sekali, saya termasuk salah satu trainernya. Dan saya lihat antusiasme pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya dengan teknologi berbasis online mulai diperhatikan.

Bahkan khusus untuk pelaku UMKM dan bisnis kreatif perempuan, terwadahi dalam seminar besar WOMEN WILL yang diselenggarakan oleh Google dan Femina, beberapa waktu lalu di gedung Dyandra Surabaya. Sebanyak hampir 2000 perempuan dari Surabaya dan sekitarnya, berkumpul disitu.

Hal ini sangat membanggakan. Sama halnya ketika saya mengikuti Bekraf Developer Day. Ada hampir 1300 orang yang hadir. Mereka adalah anak muda yang belajar dan bekerja di bidang Teknoogi Informasi.

Ribuan pelaku industri kreatif. Dengan beberapa narasumber dari Surabaya yang sangat berprestasi. Hal ini menunjukkan Surabaya sudah mempunyai sumber daya manusia yang sangat potensial. Di bidang bisnis ada, bidang teknologi juga ada. Lalu apa yang menjadi PR utamanya?


GO DIGITAL 


Menurut saya pribadi, Surabaya punya pekerjaan rumah (PR) besar untuk semakin GO DIGITAL. Surabaya harus bisa eksis di dunia maya dan media sosial, karena disanalah sekarang lintas informasi bergerak sangat cepat dan efektif.

Saya adalah arek asli Surabaya yang beberapa kali merantau untuk studi. Ketika kembali ke Surabaya, terkadang saya ingin menjelajahi kota, tapi saya tidak tahu harus mulai dari mana. Cara tercepat adalah saya mencarinya di portal pencarian seperti Google. 

Hasil yang saya dapatkan begitu random, banyak. Mayoritas ditulis oleh blogger dan orang secara personal. Saya belum menemukan satu portal yang resmi dan terpusat dari kota Surabaya, dan beritanya selalu di-update. 

Hal ini juga yang dikeluhkan dalam beberapa event diskusi dengan beberapa orang. Misalnya orang asing ingin datang ke Surabaya dan ingin berwisata kota, mereka bingung mencari informasinya dimana. Ulasan tempat wisata kota Surabaya belum terpusat jadi satu. Apalagi yang berbahasa Inggris. 

Padahal jika sudah ada portal website dan media sosial tentang Surabaya yang terpusat, maka segala bentuk informasi bisa diletakkan disana.

Selama ini kedua platform digital ini tersedia secara pribadi. Ada beberapa anak muda Surabaya yang membuat sendiri website dan media sosial untuk Surabaya contohnya twitter @info_surabaya. Akan jauh lebih efektif jika bisa bersinergi secara terpusat dalam satu forum yang sekaligus bisa mempunyai jaringan dengan pemerintahan kota Surabaya. Untuk pengisian konten bisa memberdayakan blogger, penulis konten, desainer grafis dan penterjemah bahasa Inggris profesional yang banyak di Surabaya.


Ada satu forum yang sudah mewakili hal tersebut yaitu SCCF (Surabaya Creative City Forum). SCCF memfasilitasi semua simpul di Surabaya. Di setiap simpul ada penanggung jawabnya. Hanya saja, ternyata, tidak semua orang tahu. SCCF perlu bersinergi dengan media dan media sosial partner seperti para blogger untuk semakin menyebarluaskan informasi dalam tiap program yang dilakukan.

credit


Baca Juga: Dengan SCCF Surabaya Siap Menghadapi MEA


Sinergi dan satu pusat informasi ini sangat penting. Pengalaman saya menunjukkan hal tersebut. Dengan berkecimpung di dunia literasi, bisnis dan teknologi, saya melihat hambatan yang muncul adalah kendala kurangnya informasi.

Misalnya di ranah teknologi. Beberapa kali saya terlibat dengan orang yang ingin membangun startup digital baru di Surabaya. Yang mengejutkan adalah mereka akan membuat startup baru dengan konsep yang sama dan sebenarnya sudah ada di Surabaya. Mengapa ingin membuat inkubator startup baru sedangkan sudah ada GERDHU, Gedung Creative Digital HUB, yang bisa dilihat di https://gerdhu.com/.

Di dunia bisnis juga misalnya. Bersama SCCF, saya mengikuti dialog bisnis kreatif dengan Rumah Bisnis Kreatif BUMN Mandiri. Disini banyak pelaku UMKM yang sudah tergabung. Di lain pihak, saya juga masuk sebagai trainer Gapura Digital. Yaitu projek UMKM Go Online yang difasilitasi Google.

Di Gapura Digital, pelaku UMKM yang masuk ke database sudah berjumlah ratusan karena pihak Google menggunakan langkah online untuk menjaring peserta. Yang menarik, beberapa peserta di Rumah Kreatif BUMN dan juga beberapa komunitas bisnis yang saya ikuti seperti WOSCA, belum tahu tentang Gapura Digital ini.Begitu juga sebaliknya, komunitas bisnis dan Gapura Digital belum banyak tahu tentang Rumah Kreatif yang memfasilitasi mereka untuk berkembang.

Menyampaikan informasi demi informasi secara personal tentu kurang efektif. Jadi saya sungguh berpendapat, Surabaya butuh satu portal website dan media sosial sebagai pusat informasi. Yang menyajikan informasi akurat dan paling terbaru tentang Surabaya disemua lini.

Setelah mendapatkan pusat informasi, maka kembali lagi ke SCCF sebagai pusat sumber daya manusia. Jadi siapapun yang ingin berkolaborasi, bisa mendapatkan informasi dan kontak dari SCCF. Mengoptimalkan satu forum yang sudah ada, akan jauh lebih efektif daripada membuat banyak forum baru. Terlebih lagi dalam SCCF sudah dilakukan kolaborasi pentahelix  yaitu sinergi antara Akademisi, Pebisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media Massa.


Dengan maju bersama dan menguasai informasi, maka Surabaya bisa mempunyai daya saing global.
Karena di era digital ini persaingan sudah melewati batas ruang dan waktu. Yang menang adalah yang menguasai informasi. Jadi sebisa mungkin Surabaya memanfaatkan media informasi agar segala projek yang dicanangkan bisa diketahui oleh warga Surabaya dan warga dunia.

Yang terakhir, Surabaya membutuhkan gaungan yang lebih mengaum di MEDIA SOSIAL. Maka Surabaya butuh media social strategist yang bisa menggunakan jasa profesional dari para freelancer atau blogger. Dengan aktif di MEDIA SOSIAL maka Surabaya akan bisa membangung keterikatan atau engagement yang baik antara warga dan pemegang kebijakan di Surabaya.

Kalau di Bandung, bapak Ridwan Kamil sendiri yang maju sebagai pemegang media sosial. Surabaya bisa membuat unit kerja khusus yang terdiri dari anak-anak muda. Sehingga generasi muda Surabaya bisa semakin terlibat aktif. Karena di tangan merekalah pertumbuhan Surabaya di masa depan akan berjalan.

PERBANYAK TALENTS MUDA

Hal ini bisa sangat optimal dengan kerjasama dari ASTRA sebagai fasilitator untuk memajukan Surabaya melalui 3 hal tersebut. ASTRA, sebuah perusahaan yang sudah tampak berkomitmen untuk memajukan Indonesia dari segala bidang. Kali ini ASTRA dibutuhkan untuk berkontribusi dari segi sumber daya manusia. 

Sesuai dengan data statistik penduduk Indonesia, 70% adalah generasi muda usia 18-35 tahun. Mereka termasuk generasi millenials yang tanggap teknologi digital dan mempunyai karakter unik seperti yang tertulis dalam buku Generasi Langgas karya Yoris Sebastian.

Generasi digital inilah pemegang peran penting pembangunan bangsa termasuk juga kota Surabaya. Geliat anak muda di kota pahlawan ini harus difasilitasi dengan baik, supaya kelak mereka lebih siap memimpin Surabaya menjadi lebih maju dan berdaya saing global.

Pengadaan Rumah Pintar, sebagai bagian kontribusi sosial dari Astra sangat membantu mewujudkan edukasi dan pembinaan generasi muda Indonesia.

credit


Astra sudah mempunyai program ASTRA CERDAS, ASTRA KREATIF,  dan juga SATU INDONESIA dan SATU INDONESIA AWARDS yang mencari anak-anak muda berprestasi dan berbakat (tallents). Contohnya seperti Dewis Akbar (34 tahun) yang menggagas "Lab Komputer Mini" di Garut.

credit
Gagasan Dewis untuk membuat laboratorium mini sebagai fasilitas belajar teknologi informasi untuk anggotanya sejak usia anak-anak, sungguh bisa jadi langkah yang bagus untuk menambah jumlah generasi berbakat Indonesia.

Generasi muda berbakat Indonesia yang dibutuhkan harus datang dari berbagai bidang. Seperti halnya sosok Muhammad Aripin yang mengelola sampah daur ulang menjadi benda bernilai ekonomis ini.

Sore ini masih dalam SATU Indonesia Berbagi bersama penerima SATU Indonesia Awards 2016, Muhammad Aripin. . Dulu dia bekerja sebagai guru, tapi kepeduliannya kepada anak-anak kurang beruntung menggerakkan dia untuk membina mereka lewat Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar. . Menurut Aripin , "yang membuat saya terketuk untuk membuat @Rumahkreatifdanpintar74 kota Banjarmasin adalah cita2 almarhum kedua org tua saya yg bermimpi pengen banget punya sekolah buat masyarakat yg tidak berkesempatan meraih pendidikan Jadi saya mewujudkan impian beliau, karena saya menyadari orang tua saya seorang tukang Beca sekaligus pengumpul sampah untuk memperjuangkan sampe saya meraih sarjana...Ketika karir saya mulai baik keduanya belum sempat merasakan...Mungkin dengan cara terus berbagi dan menebar manfaat buat orang banyak, orang tua saya jg merasakan rezeki melalui pahala. Harapan saya Banjarmasin juga bisa berkualitas ditingkat nasional dan berharap sekali kami punya tempat aktifitas dan workshop sendri bangunan yg layak.. semoga dg usaha kami tempat itu bisa terwujud... . Yayasan ini bergerak dalam pengolahan sampah yang diubah menjadi barang-barang bernilai ekonomis. Ini adalah hasil kreativitas Aripin dalam memberdayakan anak-anak kurang beruntung agar terus berkarya. . Simak juga timeline @wiranurmansyah dan @rizalabdlh_ untuk tahu cerita lainnya. #Astra60 #SATUIndonesia
Sebuah kiriman dibagikan oleh SATU Indonesia (@satu_indonesia) pada

Seperti yang disampaikan oleh pak Zaenal, founder GERDHU, di acara Dialog Bisnis Kreatif tempo hari, beliau mengatakan bahwa "talents setiap kota sebaiknya itu banyak. Supaya dalam setiap program kerja atau projek untuk memajukan Surabaya ini lebih banyak lagi yang bisa memimpin. Kalau tidak banyak, maka yang maju ya kami-kami ini terus."

Program ASTRA CERDAS selain Guruku Inspirasiku

ASTRA sangat bisa memfasilitasi generasi muda Surabaya untuk semakin mengasah minat bakat mereka. Sehingga setiap hal yang sudah muncul di kota ini, bisa mereka lejitkan ke ranah global bahkan internasional dengan kepiawaian mereka di segala bidang. Terlebih kepiawaian mereka connected secara digital. 

Seperti halnya profil GenerAKSI CERDAS yang sudah ditampilkan oleh SATU INDONESIA,
berikut ini:


Potensi, energi dan misi visi ASTRA membangun sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik ini, pasti sangat mampu ikut serta memfasilitasi Kota Surabaya untuk menjadi kota kreatif kelas dunia. Sebuah Kota yang mampu mandiri dan bisa menginspirasi dengan memajukan potensi industri kreatif yang sudah menggeliat mulai sekarang.

ASTRA bersinergi dengan SCCF dengan bahan baku anak muda Surabaya, akan menjadikan mimpi itu terwujud dengan segera. Karena SCCF telah membuat program yang bisa memfasilitasi 10 simpul kreatif dari 16 simpul yang dicanangkan oleh BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif).

Adapun 10 simpul kreatif itu adalah aplikasi dan pengembangan game, arsitektur dan desain interior, desain produk, televisi dan radio, kuliner, kriya (kerajinan tangan), film, penerbitan, periklanan, dan desain komunikasi visual. Sementara simpul lain yang akan dikembangkan ialah fashion, animasi video, fotografi, musik, seni pertunjukan, dan seni rupa.

Sedangkan ASTRA adalah perusahaan besar yang saat ini memiliki 214.835 karyawan pada 208 anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang menjalankan tujuh segmen usaha, yaitu sebagai berikut:




Bersama inspirasi 60 tahun ASTRA  untuk Indonesia, kami, arek Suroboyo,  siap bergandeng tangan dengan penuh semangat. Sehingga misi pak Presiden Joko Widodo untuk menjadikan industri kreatif sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia, bisa segera terwujud. Sukses untuk ASTRA. Sukses untuk Surabaya dan pasti sukses untuk Indonesia.



Literatur:

  1. https://id.techinasia.com/bekraf-developer-day-surabaya-inspirasi-developer-game
  2. Website Surabaya Creative City, www.surabayacreativecity.com
  3. http://surabayacreativecity.com/2016/08/04/sccf-deklarasikan-kolaborasi-pentahelix/
  4. https://www.astra.co.id/
  5. http://satu-indonesia.com/satuindonesiaawards/
  6. http://satu-indonesia.com/home/artikel/detail/371/-rumah-pintar-astra,-sahabat-kita

*tulisan ini masuk ke 5 besar favorit