Jurnal Coding Mum Surabaya Batch 1 Yang Saya Ikuti Tahun 2016

Everyone should learns how to code, 
it teaches you how to think. Steve Jobs

Sungguh diluar dugaan, tetapi benar kata seorang teman, "ketika seorang murid siap maka guru akan datang sendiri".

Hal ini terjadi juga pada saya. Sudah lama sekali saya ingin mempelajari bahasa pemrograman, coding sederhana, maupun ingin belajar membuat web atau web design.

Apalagi ketika terjun di dunia blogger. Juga saat mengenal konsep e-learning, learning management system, sewaktu mengerjakan tesis kemarin.

Dari sini saya sering kepikiran, bagaimana ya membuat website yang mudah diakses oleh guru dan murid, ketika mereka akan belajar sendiri di rumah? Bagaimana mengumpulkan link sumber belajar yang sudah saya dapatkan, dan dimasukkan ke satu website yang menarik, iconnya mudah, warna-warni dan ceria.

Puluhan bahkan ratusan kali mungkin, saya mencari jenis template blog (gratisan) yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan saya tersebut, tapi tidak ada. ya iyalah gratisan :).

Namun ketika mencari template berbayar yang ditawarkan pun, itu masih belum sesuai dengan kebutuhan saya tersebut. Sepertinya saya harus belajar membuat template sendiri, itu yang memenuhi benak saya selama ini. Namun belum menemukan jawabannya sampai akhirnya ada informasi tentang Coding Mum.

Tulisan diatas adalah petikan dari artikel pertama saya ketika mendaftar kelas belajar CODING MUM SURABAYA BATCH 1, yang diselenggarakan tahun 2016.

foto bersama di sesi 1 Coding Mum Surabaya Batch 1, 2016


saya terpana lihat transformasi kode css menjadi bentuk visual :)



Banner pengumuman Coding Mum Sby Batch 1 2016

Semua kisah saya mengikuti Coding Mum Surabaya dan pengalaman setelahnya, saya tulis disini. Silahkan di klik satu per satu.

  1. http://heniprasetyorini.blogspot.co.id/search/label/Coding%20Mum?max-results=12
  2. http://heniprasetyorini.blogspot.co.id/2016/06/asus-vivo-aio-v200ib-pc-all-in-one-canggih-dan-harga-bersahabat--yang-dibutuhkan-untuk-membuat-kursus.html
  3. http://www.prasetyorini.com/2016/08/coding-mum-bekraf-membuka-peluang-kerja-untuk-perempuan-di-dunia-digital.html
  4. http://www.prasetyorini.com/2016/08/dari-coding-mum-menjadi-akademi-prasetyorini.html
  5. http://www.prasetyorini.com/2016/11/belajar-coding-sampai-mendelik-di-usia-cantik.html
  6. https://www.kompasiana.com/heniprasetyorini/coding-mum-mencetak-ibu-rumah-tangga-menjadi-web-designer-dan-front-end-programmer_57616d13cf9273a3091766a8
  7. https://codingmumsby.wordpress.com/ [dibuat oleh tim Dilo]
  8. http://www.bekraf.go.id/berita/page/8/81-tulungagung-siap-coding-mum-2017
  9. http://www.prasetyorini.com/2017/11/menjadi-narasumber-talkshow.html
  10. http://www.antarajatim.com/lihat/berita/208697/bekraf-dorong-pengusaha-lebih-kreatif

WHAT NEXT?

Setelah kelas belajar Batch 1 ini, kami, beberapa alumni Coding Mum Surabaya berkomitmen untuk membuka kelas belajar baru. Untuk update bisa dilihat di instagram @codingmumsurabaya.

HARI JAMBAN SEDUNIA, Anda Sudah Pernah Dengar Hal Ini?

2 komentar
"Apa yang ada di benak anda tentang sanitasi?", kalimat pertama dilontarkan mbak Fay kepada kami.
Suasana setelah makan malam di Bujana Coffe Shop, Hotel Aston Bojonegoro itu menjadi sedikit "panas". Beberapa peserta acara kemudian merapat dengan mengangkat kursi masing-masing menjadi lebih dekat ke arah sang Pembicara.


"Sanitasi bukan sekedar urusan JAMBAN," mbak Fay melanjutkan. "Ini juga melibatkan tentang ketersediaan air bersih. Coba bayangkan, ngapain mikirin ada jamban kalau air untuk membersihkan diri saja tidak ada? Iya kan?"



Kami mengangguk kompak dengan pernyataan mbak Fay.



Aih, ngobrolin jamban di tempat makan? yang benar saja mbak....*sebenarnya saya pengen teriak gitu sih dalam hati, tapi sungkan jadi diem aja hueheheh.



"Kita biasa aja ya ngobrolin beginian," mbak Fay menegaskan bahwa "ketidaknyamanan" saya seharusnya tidak perlu diteruskan.



Karena urusan jamban tidak hanya melulu tentang kotorannya. Kenapa juga harus risih dengan sesuatu yang bahkan kita bawa setiap detik di badan ini? Laiya to, kemana-mana kita kan bawa "kotoran di usus".



Kenapa juga repot-repot ngobrolin hal yang tidak menarik di pandang ini?

Nggak mending ngobrolin artis drama baru yang luka parah setelah mobilnya nabrak tiang listrik aja? lebih viral deh #eh.


Nah, that's also the poin.

TIDAK VIRAL BUKAN BERARTI TIDAK PENTING.


Ya, saya mengikuti program Advokasi yang diselenggarakan oleh WATER.ORG dan KOMIDA (KOPERASI MITRA DHUAFA) untuk memperingati Hari Jamban Sedunia. Program advokasi ini dilaksanakan dalam bentuk Media Visit dan Workshop II Jurnalis Jatim, mengambil topik tentang Peran Lembaga Keuangan Untuk Akses Air Bersih dan Sanitasi yang berlokasi di Bojonegoro.

Bersama 2 blogger profesional mbak Avy dan mbak Nurul Rahma, saya akan mengikuti acara itu selama 3 hari kedepan. Mulai tanggal 17 - 20 November 2017.


HARI JAMBAN SEDUNIA
Kenapa Jamban sedunia perlu diperingati? karena masih ada 28 juta orang Indonesia masih buang air besar sembarangan, dan 28 juta sama dengan jumlah populasi penduduk di Australia. Hingga kini kita masih dikenal sebagai negara yang masyarakatnya buruk kedua di dunia (setelah India) dalam sanitasi. Sementara pemerintah kita mentargetkan Universal Akses untuk 100-0-100 hingga 2019, untuk 100% seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan akses air bersih dan sanitasi, dan 0% daerah kumuh. Kerja ini berat dilakukan pemerintah sendiri. Bahkan anggaran nasional apalagi APBD juga tidak mencovernya. Karena itu perlu ada solusi. Salah satu Inovasi solusi yaitu dengan menyertakan lembaga keuangan terlibat. Bagaimana dan seperti apa, untuk itulah kami mengadakan acara ini, jelang Hari Jamban Sedunia tanggal 19 November.

Ini adalah penggalan briefing email yang saya dapatkan dari pihak Water.org Indonesia. Cukup mengejutkan juga bagi saya ketika pertama kali mendapatkan undangan ini. 

Hari Jamban? 

Jamban aja diperingati? Give me a break! :)
Apalagi ini sedunia. 

Tapi ya, namanya tak kenal maka bisa buruk sangka. Awalnya saya pikir ini adalah hari perayaan desain toilet terbaik sedunia, atau perayaan apalah yang berkaitan dengan toilet alias wc alias jamban. 

Sempat juga muncul imajinasi liar di kepala saya, ketika ada Hari Batik Nasional maka semua orang memakai batik di hari itu. Nah, jika hari Jamban Sedunia, apakah semua orang akan serentak bersamaan untuk buang air besar  (BAB) di jamban? #ups.

Oke, segera hapus gambaran liar itu ya, maaf jika kalau bacanya sambil makan siang. *Padahal saya nulis ini juga sambil sarapan di Hotel Aston Bojonegoro, tempat saya menginap untuk acara ini. 

Sebenarnya Hari Jamban Sedunia ini adalah alih bahasa dari World Toilets Day. Yang pada intinya berkaitan dengan ISU SANITASI.

Bicara sanitasi tidak melulu hanya membahas Toilet alias Jamban alias BAB. Akan tetapi ada keterkaitan luas pada ketersediaan air bersih, kesehatan, pembangunan infrastruktur dan juga masalah keuangan atau ekonomi. Kesemua topik itu akan kamu ulas, ulik dengan detil dan lengkap bersama blogger, tim jurnalis dan praktisi profesional terkait di Bojonegoro. Untuk melengkapi semua data, kami pun datang langsung ke lokasi yang mengalami masalah sanitasi buruk, kesejahteraan ekonomi rendah sekaligus masih tidak adanya jamban di sana. 

Hari gini masih ada orang yang tidak punya jamban di rumahnya?
Ya, bagi orang kota anda akan mengernyitkan dahi tak percaya. Tapi ini nyata, di sebuah desa di Bojonegoro, masyarakatnya terbiasa untuk buang hajat di hutan atau kebun dan mandi bersama di sebuah "sendang". Karena di rumah mereka tidak ada kamar mandi, apalah lagi jamban. 

Tulisan terkait ini akan saya buat dalam beberapa blogpost, dalam label "sanitation4all" untuk memberikan informasi lebih detil tentang water.org, KOMIDA,  bagaimana isu sanitasi ini mempengaruhi dan juga melibatkan PEREMPUAN di dalamnya dan pasti tentang HARI JAMBAN SEDUNIA. 

Bersiaplah,

Salam Jamban Berfaedah :)


Menjadi Narasumber Talkshow Creativepreneur di Kediri Sebagai Alumni Coding Mum

1 komentar
Sebuah undangan menarik kembali datang pada saya, dari bu Poppy Savitri, Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif dari BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) Indonesia. Beliau meminta saya menjadi salah satu narasumber untuk talkshow Creativepreneur di Kediri.


Acara di hari kerja, alhamdulillah suami saya bisa mengatur waktunya sehingga bisa pulang dari kantor lebih cepat untuk menjemput anak saya. Ya, namanya ibu rumah tangga yang tugas utamanya antar jemput anak sekolah, bepergian di hari kerja biasanya tidak bisa saya lakukan. Alhamdulillah semakin anak saya gede dan pekerjaan suami di kantor semakin Go Online, jadi bisa dikerjakan dimana saja (di rumah juga), maka saya lebih leluasa sekarang.

Baiklah perjalanan di Kediri pun dimulai sejak pukul 4 sore. Jadi beres njemput anak dan memastikan di aman di rumah, saya berangkat dijemput driver dari Blitar. Alur berangkat dari rumah saya, mampir dulu ke bandara Juanda untuk menjemput rekan dari Jakarta. Jalanan ternyata super macet saat itu, alhamdulillah pas jam 7 malam sesuai rencana kami sudah tiba di Juanda.

Ternyata rekan dari Jakarta adalah bu Poppy dan Zee dari BEKRAF serta Reza - penyiar radio Mustang Jakarta yang akan menjadi pemandu acara talkshow nanti. Wow pasti keren nih, sampai ada penyiar radio segala.

Bertemu bu Poppy itu bikin marem di hati. Dengan ceria beliau menyapa saya, lalu tanpa babibubebo menarik badan saya untuk dipeluk dan cipika cipiki. Anget banget deh, suasana jadi begitu nyaman. Zee dan Reza juga anak-anak muda yang asik diajak bicara. Jadinya perjalanan ke Kediri tidak terasa berat walau mayoritas macet sih jalanannya. Pas kebetulan dengan jam orang pulang kerja nih sepertinya.

Di tengah perjalanan, kami berhenti dulu untuk makan malam. Karena sejatinya sudah merasa kelaparan sejak di Juanda tadi. Tapi biar nggak buang waktu banyak, kami tunda laparnya sampai di Depot Ikan Goreng Cianjur Mojokerto. Nasi, lauk, sayur segera disikan dengan cepat dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Suasana sudah menjelang malam, tapi driver kami sangat sigap dalam melajukan mobilnya sampai tiba di Kediri hampir jam 12 malam. Ulala mata saya sudah tinggal 2,5 watt saking ngantuknya. Di mobil saya tidak sempat tidur, karena asyik sekali mendengar cerita dari bu Poppy.

Iya loh, beliau kuat bercerita kepada saya mulai berangkat sampai tiba di Kediri. Saya aja kliyengan... Bu Poppy sangat antusias menceritakan pengalamannya membina masyarakat Indonesia di berbagai daerah bahkan sampai ke pedalaman, untuk menumbukan ekonomi kreatif. Ada satu program BEKRAF baru yang beliau ceritakan yaitu IKKON (INOVATIF DAN KREATIF KOLABORASI NUSANTARA). Wah kudu di google nih.


Cerita IKKON sangat menarik perhatian saya, jadi tak henti-hentinya saya tik-tok-an, alias menanyakan kembali dan merespon dengan penuh penasaran segala apa yang beliau ceritakan. Seandainya suatu saat diundang juga ke daerah untuk meliput IKKON, sebagai blogger saya pasti senang. #kodelunak :)

Karena sampai di Kediri sudah tengah malam, maka tidak ada pilihan kecuali langsung membersihkan diri dan tidur. Saya sempat kelimpungan ngeri tidur sendirian, karena kamar di hotel banyak cermin dan saya kualat sering nggodain teman alumni SMA dengan mengirim meme ibu di film Pengabdi Setan. Nah loh, girap-girap dewe akhirnya.
Maka saya bisa tidur setelah menyetel film kartun dengan volume lumayan keras, lalu menutup muka saya dengan selimut tebal. Padahal ini belum lihat filmnya loh, cuma meme-nya. Ah aku lemah :D

Esok paginya, persiapan mengisi acara. Saya sarapan pagi bersama bu Poppy, mbak Zee dan satu mbak kalem lainnya (lupa namanya). Ada Rangga dari Blitar yang menjadi panitia. Saya pun menyapa para panitia dan beberapa peserta yang sudah datang.

Sambil menunggu mbak Venna Melinda, saya dan bu Poppy berada di ruang transit. Beberapa kali bu Poppy mondar-mandir untuk mengatur dan memberikan briefing kepada panitia yang mayoritas anak-anak muda (sepertinya masih anak kuliahan).

Peserta lumayan banyak mulai berdatangan dari kabupaten dan kota Kediri. Mereka menyerahkan Surat Undangan sebagai syarat kehadiran. Kemudian mendapatkan Goodie Bag berisi kaos dan note. Di depan ruangan sudah tersedia meja panjang berisi makanan ringan, kopi dan teh. Jadi sebelum mulai acara para peserta bisa "sarapan" dulu, supaya ketika acara tidak harus terpotong dengan sesi coffee break.

Mbak Venna akhirnya sampai di lokasi sekitar pukul 9 pagi. Beliau langsung menyapa semua orang lalu melakukan wawancara dengan KSTV. Nama saya disebut dalam wawancaranya tapi saya tidak ikut masuk frame. Saya malah sibuk merekam sesi wawancara itu lalu menyapa beberapa ibu-ibu yang menjaga stan kerajinan tangan, batik dan coklat. Sudahlah, saya sudah pernah masuk satu frame dengan mbak Venna kok. Bukan di sinetron sih, tapi di BIOS TV ketika ada acara Sosialisasi Coding Mum di Tulungagung setahun yang lalu.

Acara kemudian dimulai dengan rileks, fun dan rame ya karena Reza sang penyiar radio itu asik banget memandu acaranya. Saya dan 3 narasumber lainnya duduk di sofa, di panggung depan para peserta. Masing-masing narasumber berbicara sesuai dengan pancingan dari Reza dan saya dapat giliran terakhir. Wadaahh...lakonne menang keri iki jenenge rek.

Selama mendengar pembicaraan  masing-masing narasumber, saya mencoba menyerap inti dari materi mereka dan melihat respon para peserta. Akhirnya ketika tiba giliran, saya memilih berbicara dengan santai campuran bahasa Jawa.

"Halo pak, bu, mbak, mas, saya Heni dari Surabaya. Asli Suroboyo iki, nek aku ngomonge rodok Kartoloan gak popo yo?"

Yang artinya, Saya Heni asli Surabaya, kalau nanti bicara ala Kartolo, tidak masalah ya?"

Candaan awal saya disambut baik oleh peserta Kediri yang pastinya mayoritas mengerti bahasa Jawa atau bahkan semuanya paham bahasa Jawa sekaligus mengenal Kartolo. Kartolo adalah grup lawak Jula Juli legendaris asal Surabaya yang masih ada sampai sekarang.

Saat itu saya berbagi pengalaman tentang menjadi alumni CODING MUM SURABAYA dan  menyampaikan materi penggunaan teknologi informasi dan digital untuk mendukung terciptanya ekonomi kreatif atau memotivasi para peserta untuk menjadi creativepreneur. Karena latarbelakang per-digital-an saya cukup random, mulai ranah coding, bisnis online, blogging dan menulis maka saya sampaikan semuanya sedikit-sedikit. Karena kalau yang disampaikan banyak dan lengkap, saya nggak bakal diundang lagi #eh.

Peserta antusias tentu dengan konsep bagaimana membuat bisnis mereka menjadi GO ONLINE dengan cara mudah, bisa dimulai sendiri dan bisa diterapkan saat ini juga.

Karena waktu yang mepet, saya menjawab singkat. Sampai akhirnya acara ditutup pukul 11.30 WIB. Selesai acara, beberapa orang menghampiri saya, ada yang mahasiswa, dosen dan asisten KADIN.

Mahasiswa: "Bu Heni, saya mahasiswa POLTEK. Saya ingin bertanya ke ibu, kalau lulusan POLTEK bisa bekerja jadi apa saja?"

Wah saya kaget mendengarnya, "loh dek, disini tidak ada komunitas startup?" tanya saja cepat.

"Belum ada bu." Jawab mahasiswa memakai baju batik dan tinggi besar itu.

"Waduh dek, waktuku nggak banyak nih. Nanti japri saya aja ya, lewat instagram boleh. Karena saya harus pulang ke Surabaya sekarang. Bu Poppy harus naik pesawat ke Bandung jam 5 sore nanti."

Ini jawaban saya juga kepada pak dosen dan pak asisten KADIN, yang meminta nomer hp saya dan berniat memanggil saya kembali ke Kediri. Alhamdulillah ya, ternyata cara saya menyampaikan materi tadi bisa berkesan dengan baik ke para peserta.

Ketiwasan alias sayangnya, saya lupa bawa kartu nama. Jadi pouch kartu nama yang biasanya saya siapkan, ternyata ada di tas kuning. Sedangkan sekarang saya membawa tas abu-abu. Gini nih ibu-ibu, pengen gaya jadi rempong sendiri. Dengan meminta maaf berkali-kali karena lupa bawa kartu nama, saya menuliskan nomer hape saya kepada mereka yang meminta kontak juga mendampingi mereka membuka akun instagram saya di hapenya. Saya folbek nanti ya, pokoknya di mention atau DM saya sekalian.

Karena harus mengejar pesawat sore hari, saya, Reza dan bu Poppy berlarian turun ke lantai bawah. Zee masih harus tinggal di Kediri untuk membereskan beberapa keperluan.

"Aduh, eyang-eyang gini lari-lari rasanya jantung mau copot," bu Poppy berkelakar ketika merasa urusan beliau di akhir acara belum tuntas, sedangkan kami harus kembali ke Surabaya saat itu juga. Beliau sebenarnya ingin membereskan beberapa hal, tapi waktu sudah tak terkejar lagi. Saya pun mencoba menenangkan beliau, "bu..sudah bu..gapapa...kesempurnaan hanya milik Alloh," kelakar saya yang bercanda ala Dorce berhasil membuat beliau tertawa.

Kami pun melaju kembali ke Surabaya tanpa mampir sedikitpun untuk membeli oleh-oleh dan lainnya. Bahkan kami tak sempat makan siang serta tak membawa bekal jajan untuk di perjalanan. Alhasil lumayan kelaparan di jalan hehehe. Untunglah bu Poppy diberi oleh beberapa peserta jajanan hasil produksi bisnis mereka, yaitu kripik belut dan coklat. Saya diberi satu bungkus coklat yang saya bawa pulang untuk anak. Sedangkan kripik belut dibuka dan dimakan bersama di mobil. "Lumayan ih ada yang bisa dikunyah dan jadi ganjel perut lapar,"ujar bu Poppy.

Alhamdulillah perjalanan lancar tiada macet yang berarti. Sehingga pas pukul 4 sore lebih sedikit, kami sudah bisa ada di bandara Juanda.

Aduh, saya masih ingin menggali cerita inspiratif lebih banyak dari bu Poppy dan berdiskusi lebih panjang tentang rencana kami, para alumni Coding Mum Surabaya, yang ingin membuka kelas belajar coding lagi untuk ibu-ibu di Surabaya dan sekitarnya.

Ah, pasti ada cara bisa bertemu lagi dengan bu Poppy, sekarang kami matangkan dulu rencana Coding Mum Surabaya, di sela-sela kesibukan para pesertanya bekerja dan berkegiatan sehari-hari di rumah. See you soon bu Poppy, Zee dan Reza. Semoga bisa berjumpa di Jakarta.
Atau daerah lainnya :)