Dari Coding Mum Menjadi Akademi Prasetyorini

Tidak ada komentar
Di akhir kelas belajar Coding Mum, saya mempresentasikan desain website Akademi Prasetyorini. Sebenarnya di program ini, tujuan utamanya tidak sekedar menunjukkan keterampilan membuat website. Namun diharapkan yang ditampilkan adalah website dari rencana bisnis yang akan digeluti oleh peserta itu sendiri. Dari teman-teman saya kemudian, muncul beraneka jenis bisnis yang akan dan sudah dijalani, kemudian ditampilkan secara apik dan menarik dalam bentuk website.

Jenis bisnisnya antara lain

  • C4KM4D Scribble Art oleh Tika
  • 3D Body Potrait oleh bu Prima
  • Ghoni Handmade oleh bu Cicim
  • Fashion oleh bu Jelita
  • Kids Catering oleh Aisyah
  • Proffesional Blogger oleh bu Titi
  • Akademi Prasetyorini oleh saya sendiri

Sebelum mengikuti Coding Mum, beberapa kali saya ngobrol dengan teman untuk membuka kelas belajar bersama untuk perempuan. Semacam mini workshop yang bisa diadakan di rumah saya, di taman kota Surabaya atau keliling di rumah ibu-ibu lainnya. Karena saya bergaul dengan para ibu rumah tangga, yang pagi harinya longgar waktunya, ya rencana saya mengisi waktu kosong itu.

Di awal Coding Mum, saya merencanakan membuat website pembelajaran anak-anak, yaitu Studio Belajar Doji. Untuk merekam jejak belajar anak-anak di rumah dan menyimpan link sumber belajar yang bisa diakses oleh anak lain secara online.

Website Studio Belajar Doji = Hasil ngoding pertama kali di Coding Mum Surabaya


Rencana ini saya buat karena terlanjur janji juga, saya harus mempersiapkan bimbel rumahan untuk keponakan dan teman-teman anak saya. Namun kesiapan saya belum mumpuni untuk website ini. Terlebih lagi, rencana bimbel ini ternyata batal. Karena teman saya itu pindah rumah jauh dari saya. Dan teman lainnya memasukkan anaknya ke pondok pesantren. Sedangkan keponakan saya, hanya bertahan seminggu belajar bimbel tiap pulang sekolah ke rumah saya, karena kangen sama adek bayinya, hehehe. Ada-ada aja.

Alhamdulillah, keputusan saya mengubah rencana dari Studio Belajar Doji ke Akademi Prasetyorini (AP), adalah keputusan yang tepat. Tepat karena saya bisa merealisasikannya secara berkelanjutan. Jadi tidak sekedar presentasi untuk tugas akhir Coding Mum kemarin.

akademi prasetyorini
single web design untuk Akademi Prasetyorini 


Memang ada lagi perubahannya. Jadi, awalnya saya merencanakan Akademi Prasetyorini akan membuka kelas workshop offline dan online, untuk 3 jenis materi belajar yaitu Bisnis, Kreatif dan Digital. Sebagai pemateri, saya merekrut dua teman saya yang berprofesi di bidang ekonomi bisnis, tata rias kecantikan dan handycraft.
Ya, namanya juga rencana pasti ada saja kendala. Teman saya yang perias, pindah rumah. Sedangkan yang pebisnis, sibuknya luar biasa. yang handycraft susah mencari waktu ketemu yang tepat dengan saya. Namanya sama-sama ibu rumah tangga ya, ritme kerja mengikuti aktivitas anak dan keluarga.

Jadinya ya begitu, untuk merealisasikan rencana ke depan, saya mengalami kesulitan.
Setelah mencoba melakukan SWOT dengan diri sendiri, akhirnya saya memutuskan untuk memulai rencana ini sendirian dulu saja.
Dengan modal 1M saja sudah cukup.
Haa? 1 M? 1 Milyar?

Iya 1 M = 1 Me = saya sendirian. One man show. Begitu maksud istilahnya. Saya kenal istilah ini dari CEO Dea Bakery waktu ikutan acara Leaders Academy oleh CEOSTARS Surabaya. *apaan lagi nih? ntar aja ya saya ceritain di artikel berikutnya.

Modal 1 M ini, adalah cara yang biasa dilakukan juga oleh beberapa pengusaha lainnya ketika memulai usahanya. Baiklah, saya sudah pengalaman nge-run jualan online sendirian di Jilbab Orin, maka kali ini saya insya Alloh juga pasti bisa. Yakin.
Karena akan maju sendiri, saya harus mengukur potensi dan kemampuan diri sendiri. Mengingat umur dan kewajiban di rumah tangga yang masih belum begitu longgar, maka saya pilih fokus pada satu hal saja. Yaitu bidang Digital. Kalau dirangkum sebenarnya mencakup ketiga konsep awal yaitu BISNIS DIGITAL KREATIF. Pokoknya semua diarahkan dalam bentuk digital. Bahkan kelas belajarnya hanya saya buka Kelas Online saja.

Jadi apa itu Akademi Prasetyorini?

Akademi Prasetyorini adalah projek pengembangan perempuan di bidang digital kreatif. Kelas belajar hanya dilakukan secara online melalui Blog dan Facebook Fanpage. Output yang diharapkan adalah peserta dapat menjadi digitalpreneur, yaitu pengusaha di bidang digital. Mereka bisa menjual produk berupa konten digital berupa ebook, video, gambar atau memberikan jasa digital seperti membuka kelas online atau jasa terkait blog dan web design.

Hanya kelas belajar online?
Ya. Sementara ini saya yakin belajar-mengajar secara online akan tepat sasaran. Kedua belah pihak bisa mengakses materi belajar, di mana saja dan kapan saja. Terlebih respon yang masuk berasal dari luar kota Surabaya. Ada beberapa teman di Bandung, Solo, Jombang, Kediri; yang meminta saya mengajarkan materi membuat blog dan lain sebagainya.

Lalu apa yang saya lakukan dan harus saya persiapkan?


  •        Course management system. Saya harus menyiapkan materi belajar seperti ebook, video tutorial. Serta memilih metode belajar yang mudah dipahami oleh peserta.
  •        Learning management system. Saya berencana memanfaatkan platform Course Networking untuk hal ini.
  •        Delivering Content System. Untuk mempermudah komunikasi dan menyampaikan materi belajar, saya memanfaatkan blogspot, You Tube dan fanpage Facebook. Karena kedua platform itu yang paling mudah diakses oleh calon peserta kursus.
  •        Cashflow management system. Kelas belajar ini termasuk juga dalam rangka bisnis yang ada cashflow-nya, saya harus menyiapkan hal ini juga.
  •        Jiwa Raga Management System. Karena saya kerjanya sendirian, maka harus membuat rencana kerja yang aman untuk jiwa raga saya :)


Apakah rencana saya ini akan berhasil?
Apakah rencana saya ini akan menguntungkan?

Saya punya satu keyakinan yang semakin lama semakin merasuk ke sanubari saya, bahkan sampai ke bagian kromosom DNA saya. Bahwa rencana saya ini patut untuk diperjuangkan karena menganut paham:

“Educate a Woman, Educate a Generation”.
Mendidik Satu Perempuan Berarti Mendidik Satu Generasi.”


Kalaupun yang mendaftar di Akademi Prasetyorini dari awal sampai akhir, hanya 5 orang perempuan saja. Artinya Akademi Prasetyorini sudah berhasil menjadi fasilitator belajar untuk 5 generasi. Manis sekali untuk dibayangkan bukan?

Baiklah, saya mulai projek ini dengan bismillah, semoga bisa lancar dan berkelanjutan. Menjadi satu profesi dan pekerjaan yang bisa saya tekuni sampai sudah nenek-nenek nanti. Jadi Nenek Coding. Yeaahh !!!!

Technology can be this fun!

Salam,

Heni Prasetyorini


Coding Mum Bekraf Membuka Peluang Kerja Untuk Perempuan di Dunia Digital

Tidak ada komentar
Sekali lagi saya sampaikan, saya merasa beruntung sekali bisa terlibat di Coding Mum Surabaya. Selain karena dapat ilmu baru yang sudah lama saya idam-idamkan. Saya juga makin keren. Plus membuka peluang kerja baru bagi saya pribadi. Nambah joblist gitu loh. Beneran? Bener banget, beneran, serius deh.

Coding Mum adalah program belajar ibu-ibu untuk mengenal pemrograman front-end dan web-design.

coding mum
Coding Mum pusat bisa diakses di www.codingmum.id
Coding Mum Surabaya bisa diakses di http://codingmumsby.wordpress.com
Program ini diselenggarakan oleh Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif), bikinan pak Jokowi. Jadi program ini resmi diselenggarakan oleh negara tercinta kita ini. Yang ingin memberikan peluang berkarya dan bekerja para perempuan, ibu-ibu, khususnya ibu rumah tangga. Program belajar yang ditawarkan masih pada basic web design dan basic front end programming. Hasil belajar yang diharapkan adalah para peserta mampu membuat web design sendiri dan bekerja di bagian front end developer.

Waktu saya antusias mendaftar, sebenarnya harapan saya adalah bisa membuat template blogspot. Selain untuk diri saya sendiri, saya ingin bikin bisnis baru di dunia digital, yaitu “Jualan Template Blogspot”.

Karena awam banget dengan dunia coding (pemrograman), saya ikut saja. Saya senang sekali bisa diterima. Terlebih ketika mendaftar, saya menggunakan status saya sebagai Ibu Rumah Tangga Digital dengan sidejob sebagai Blogger. Namun dalam ESSAI tentang tujuan mengikuti Coding Mum dan rencana selanjutnya, saya tuliskan bahwa saya ingin membuka kelas belajar pemrograman dan digital learning, baik untuk perempuan, guru dan anak-anak. Dan memang ini rencana saya sejak menekuni digital learning dan aneka jenis platform e-learning untuk pembelajaran di sekolah. 

Niat awal ingin bisa bikin template blogspot, ternyata harus ditahan dulu. Kenapa?
Karena di Coding Mum, yang diajarkan adalah membuat web design menggunakan kode HTML 5, Javascript dan CSS 3. Sedangkan kode template blogspot bertipe XML. Beda kode maakk, hiks. Namun kekecewaan saya tidak berumur panjang. Untunglah… karena para mentor memberikan jaminan, akan membimbing saya memahami XML jika diperlukan. Mentornya alias coach-nya super sitimewa deh beneran. Eh, istimewa maksudnya :D

Menurut mentor, “XML itu lebih jadul bu daripada HTML 5 yang akan diajarkan di Coding Mum”.
Tapi ya, gimana lagi, saya ini biasa menggunakan Blogspot yang memakai XML. Jadi biar jadul, tetap aja butuh. Biarin deh saya jadi "Vintage Developer" aja kali. Hehehe.

Lalu bagaimana Coding Mum membuka lapangan kerja buat saya pribadi, khususnya?
Jadi begini. Ketika foto narsis saya pertama kali muncul di Dilo Surabaya, langsung saja derajat saya naik di dunia persilatan jagad maya. Kemarin hanya blogger sekarang nambah jadi coder. Apaan sih coder? Bikin istilah baru sendiri, hehehe.
Beberapa teman baru, malah mengira saya Sarjana IT. Luar biasa kan? Padahal saya Cuma belajar Coding Mum 3 bulan saja.

Yang mungkin memberikan Nilai Tambah bagi saya adalah….saya tidak berhenti belajar dan berkarya di dunia coding itu tadi.
Walaupun saya diberi ilmu tentang HTML5, saya nekad saja masih otak-atik kode XML blogspot saya sendiri secara otodidak. Lalu saya juga kesana-kemari membaca berita tentang dunia developer dan startup. Saya pun rajin ikutan acaranya para developer dan anak-anak muda keren, pinter bin canggih yang pada mendirikan perusahaan digital bernama Startup. Padahal hidden agenda saya sebenarnya biar terus awet muda sekaligus nyari inceran calon mantu, #ehgimana :) .

Dari kiprah ini, saya mendapatkan tawaran job baru berupa:
  1. Aplikasi reviewer. Ya, bahkan ada mbak-mbak bule dari luar negeri yang mengirimkan email Review Request pada saya. Dia meminta saya mereview aplikasi ‘graphic editing’ yang baru dibuatnya itu. Amazing kan? Walaupun saya ngobrol di emailnya dengan bahasa Inggris, dia menginginkan saya mereview aplikasinya dengan bahasa Indonesia saja. Mungkin dia ingin aplikasinya terkenal di negeri kita ini kali ya? Hidup Indonesia!
  2. Narasumber. Tawaran menjadi narasumber alias pembicara di sebuah acara mulai datang pada saya. Yang pertama dari teman saya yang bekerja sebagai dosen. Dia ingin saya tampil di depan mahasiswanya. Yang kedua, teman saya penulis novel, dia ingin saya tampil di komunitas sastranya sebagai blogger. Nah loh, happy kan? Makanya cari temen yang sebaik mereka :D
  3. Trainer. Menjadi trainer alias guru, memang sudah saya jalani sebelumnya. Namun yang terbaru adalah permintaaan menjadi trainer workshop blog dan web design. Biarpun belajar web nya baru aja, saya tetep pede menerimanya. Kenapa? Karena saya punya backup dari mentor Coding Mum yang siaga setiap saat ketika saya butuh bantuan. Coach Siaga dari Dilo Surabaya. Horee…
  4.  Template Blog Redesigner. Peluang jasa ini baru saya temukan kemarin. Ketika saya membenahi template blogspot teman saya yang masih statis. Saya memasang template baru yang responsive dan enak dibaca di gadget mobile seperti HP, Ipad dan tablet android. Disini saya kepikiran ide menerima jasa mengubah template lama jadi responsive. Eh, ternyata responnya bagus juga. Alhamdulillah.


Nah, menarik bukan belajar coding?
Cobain deh. Jika sudah pernah mencoba, akan ketagihan ngodingnya. Dijamin.

Technology can be fun!
Salam,

Heni Prasetyorini



Stop Gaptek! Perempuan Harus Melek Teknologi

Tidak ada komentar

Though we do need more women to graduate with technological degrees, I always like to remind women that you don't need to have science or technology degrees to build a career in tech. [Susan Wojcicki]

 Sepakat dengan kalimat dari mbak Susan Wojcicki diatas?

"Walaupun kita butuh lebih banyak perempuan yang lulus dari kuliah teknologi, saya selalu mengingatkan bahwa kamu tidak perlu harus jadi lulusan  Sains atau Teknologi lebih dulu, untuk membangun karirmu di bidang teknologi".

Kalau saya, sangat sepakat dengan kalimat diatas.
Dunia teknologi, sangat terbuka menerima calon pebelajar dari berbagai latar belakang.Contohnya teknologi digital kreatif di dunia blogging yang saya geluti sampai sekarang.Membuat blog, merawat dan mengoptimalisasi blog, menjadi BLOGGER, boleh dilakukan oleh siapa saja. Profesi inilah yang paling bisa menerima saya apa adanya.

Mbak Heni, bukannya udah lulus S2?
Iya itu benar. Tapi, walau sudah lulus S2, background saya 14 tahun sebelumnya adalah ibu rumah tangga (IRT). Ketika saya mencoba menggunakan ijazah S2 untuk melamar pekerjaan formal di jaur pendidikan, entah sebagai guru atau dosen, ternyata tidak mudah.

Betapapun saya sudah aktif di dunia pendidikan dari balik layar laptop, kinerja saya tidak tertulis dalam lembaran sertifikasi formal. Mungkin selain faktor IRT ditambah juga usia saya yang sudah over deadline untuk diterima sebagai karyawan :).

Maka, menjadi pekerja bebas (freelancer,), atau pekerja usaha sendiri (self employee) adalah pilihan termudah. Salah satu pilihan adalah menjadi blogger, writer dan trainer pendidikan terutama digital learning.

Ada hal menarik yang saya temui ketika terjun lebih dalam ke komunitas Blogger. Di sana saya berkenalan dengan perempuan yang lulusan SMP, namun kinerja sebagai Bloggernya sudah luar biasa. Dari ngeblog saja, beliau bisa menghidupi keluarganya. Sebut saja namanya Mawar  *loh doi pedagang boraks? - LOL

Anyway, bicara gelar sekolahan, Ibu Menteri kita, bu Susi, juga sekolah formalnya sampai SMP kan?
So, gelas is not a big deal. Bukan patokan kualitas diri seseorang.

Memang benar, belajar dan sekolah formal bukan satu hal yang sama. Belajar itu wajib, bagaimanapun caranya. Jika melihat profil blogger teman saya itu, saya sering menggumam sendiri.
"Seandainya semua perempuan mau melek teknologi, sedikiit saja. Bayangkan sebesar apa pencapaian dalam hidupnya?".

Kalau mau?
Ya kalau mau!
Karena saya masih sering menemukan teman, kenalan, atau perempuan yang tidak peduli dengan teknologi. Cuek dengan ke-gaptek-annya. Namun merasa dunia runtuh karena dia tidak punya skill apa-apa untuk bekerja.

Diajari bikin email, nggak mau lihat langkah saya.
Dibikinin email, nama password selalu lupa.
Padahal mereka lulusan SMA, D3, bahkan Sarjana.
Gemes banget pokoknya.

Perempuan. Ladies. Women.
Ayo toh, melek teknologi. Jangan gaptek, pliiis plis banget deh.


Kita harus meningkatkan kemampuan diri, bagaimanapun bentuknya. Jika fasilitas sudah di genggaman, hape canggih bahkan iphone selalu ditenteng kesana kemari, tinggal memaksimalkan gadget itu. Kalaupun, jika kita sudah dalam zona nyaman. Cukup ekonomi. Rumah tangga harmonis serasi. Anak sekolah di tempat favorit. Tetep saja nggak ada salahnya kita belajar lagi, kan?Kalaupun kita nggak butuh hal lain, Kita bisa membantu orang lain, kan? Kan? Kan?

Ayolah bersusah-susah sedikiit saja.
Agar bisa menjadi garda depan keluarga.
Jika ibu gaptek, bagaimana bisa paham cara mengaktifkan fitur Parental Control, di gadget anak?
Bagaimana bisa diajak ngobrol anak dan suami, yang biasanya lebih melek teknologi?
Apa mau jadi warga kelas dua terus-terusan?
Being underdog?

Ah, ayolah.
Jika mau, kita bisa berbuat sesuatu.
Perempuan, kita harus mulai melek teknologi.

Betul tidaaakk? *masih ala AaGym :)

Semoga menginspirasi
- Heni Prasetyorini -

Redesign Template Blogspot Responsive Bisa Jadi Peluang Bisnis Baru

1 komentar
Creativity is inventing, experimenting, growing, taking risks, breaking rules, making mistakes and having fun. - Mary Lou Cook.

Pagi tadi, saya menemukan peluang bisnis baru di dunia digital kreatif. Yaitu membuka jasa mengganti template blogspot yang semula statis, menjadi dinamis (responsive).
Atau bisa disebut jasa REDESIGN TEMPLATE BLOGSPOT RESPONSIVE.
Tanpa menunggu waktu lama, saya segera membuat bannernya. 'Grab the moment' ini namanya prends :) .

Saya menggunakan aplikasi canva.com untuk membuat banner ini. Sebagai pelengkap, saya membuat juga versi bahasa Indonesianya. Supaya mudah dimengerti :)



Template responsive adalah template yang bisa berubah bentuk secara "otomatis" ketika blog di buka melalui komputer/laptop, tablet dan smartphone. Otomatis maksudnya, tampilan blog kita, menyesuaikan bentuk dan ukuran layar gadget yang digunakan. Tentu saja otomatis ini bukan sulap, melainkan memang sudah diatur kode html-nya supaya responsive.
Tampilan blog responsive. Perhatikan perbedaan tampilan blog di ketiga gadget diatas

Keuntungan menggunakan platform blogspot untuk nge-blog adalah banyak sekali template responsive gratisan yang bisa didonlot. Dan kita bisa memasangnya secara gratis juga di blogspot. Coba ketik saja di google: Free Download Responsive Blogger Template. Maka akan bermunculan banyak situs yang menawarkan template tersebut.

Setelah kita mendapatkan template yang diinginkan, kita tinggal mengunduhnya, dan memasukkannya ke dalam template blog kita. Tantangannya adalah, kita harus mau otak-otak kode html template, untuk menyesuaikan hasil akhir template kita itu.

Ada beberapa hal yang biasanya harus diubah:
  1. Header
  2. Nama menu navigasi seperti About, Contact, Accessories, News, dll yang harus disesuaikan dengan tema blog kita. Tidak mungkin kita biarkan Menu Accessories ada di blog kita tentang Parenting misalnya. 
  3. Pengaturan Widget. Seringnya beberapa widget hilang dan harus kita pasang ulang.
  4. Foto profile yang mungkin harus diubah dengan meng-copas url image dari web tertentu.
  5. Lay Out blog yang biasanya jadi dobel atau jadi standar 
  6. Dan beberapa penyesuaian lainnya. 
Akan bisa menjadi nilai tambah jika kita juga menguasai sedikit skill desain grafis. Sehingga bisa membuat Header, Avatar dan Icon yang lain daripada yang lain. Blog makin unik dan cantik.

Membuat gambar digital (desain grafis) ini bisa dengan tools gratisan seperti canva.com atau picsart di smartpone. Yang penting tekun dan telaten berlatih.

Sejak pertama ngeblog, tahun 2009-an di Blog Heni Prasetyorini saya sudah hobi otak-atik template. Kalau sedang "kumat gilanya", sehari saya bisa ganti template blog sampai 3 kali. Lengkap dengan segala pernak-pernik membenahi widget dan lain-lainnya. Makin galau, makin gencar saya ngotak-atik templatenya, bisa sampai jam 2 pagi!

Sampai sekarang pun hobi saya itu belum hilang. Malah makin terarah sejak saya mengikuti kelas belajar pemrograman front end dan web design di Coding Mum Surabaya.

Sayangnya, di Coding Mum, saya belajar kode HTML, CSS dan JAVASCRIPT yang lebih cocok digunakan untuk platform wordpress atau hosting berbayar. Sedangkan saya sudah bertahun-tahun terbiasa menggunakan platform Blogspot yang menggunakan kode XML. Beda kode :)

Walau skill coding saya terbatas, dan jika anda mengalami hal yang sama, jangan sedih. Peluang bisnis menerima jasa re-design template khusus blogspot menjadi responsive masih terbuka lebar. Karena tidak semua blogger mempunyai cukup waktu luang untuk mengganti template blog mereka. Apalagi jika sudah jadi mastah blogger atau seleb-blog, pasti sibuk. Jadi, kita yang ngerjain :)

Hal ini terbukti tadi siang. Orderan dan respon calon klien redesign template, sudah masuk ke inbox saya. Tidak sampai satu jam dari saya tawarkan jasa itu di status facebook. Sesaat setelah saya selesai me-redesign 2 blog seorang crafter doodle.


Kreativitas dengan bumbu bonek, bisa membuka banyak peluang untuk berwirausaha. Tuh kan, dari ngeblog saja, bisa membuka peluang bisnis baru. Asal kita jeli menangkapnya. Selamat berdigital kreatif.

*bonek = bondo nekad = modal nekad [dalam versi yang positif dan bermanfaat tentunya] :) 


Semoga menginspirasi.

-Heni Prasetyorini -
Ingin ngobrol langsung dengan saya? silahkan mention ke twitter @HeniPR atau Facebook





Inspirasi Dari Bu Rini Untuk Perempuan Indonesia Mandiri

2 komentar
Ketika kita lebih mengenal seseorang, kita akan lebih tahu mengapa orang ini begini dan begitu. Begitu juga ttg bu Rini...[status facebook bu Rini - 2 Agustus 2016]

Saya mengenal bu Koeshartati Saptorini, atau biasa dipanggil bu Rini ini dari facebook.
Ketika sebuah postingan tentang media belajar matematika buatan beliau, ada di beranda facebook saya. Sedikit kepo, saya telusuri profil beliau, dan ternyata satu almamater dengan saya. Bedanya beliau di Teknik Lingkungan ITB, saya di Kimia FMIPA.
Usia kami terpaut cukup jauh, beliau angkatan 1988, saya angkatan 1997. Namun kinerja beliau di dunia pendidikan, saya kalah jauh. Kalah banget. 

Walau begitu, bu Rini, ramah sekali ketika saya sapa melalui facebook messenger. Tak terkesan sedikitpun kesulitan yang beliau hadapi. Saya pun asik-asik saja bercanda ketika memesan beberapa buku Ringkasan Matematika dan Fisika SMP , buatan bu Rini, untuk anak saya.

Dari fotonya pun, bu Rini sangat ceria. Memang pernah, kakak perempuan saya bercerita, jika beliau mempunyai anak berkebutuhan khusus (ABK). Saya belum tahu detilnya seperti apa. 

Namun menjelang shubuh hari ini, saya lumayan terperanjat dan tertegun. Ketika suami menunjukkan video tentang bu Rini. Yang ternyata sebagai ibu pejuang 2 anak CP (Cerebal Palsy).





Setelah melihat video itu, saya terenyuh sekali. Teringat lika-liku dan segala hal yang saya hadapi ketika tanpa diduga anak kedua saya lahir prematur. Lalu harus berada 14 hari di inkubator-jauh dari saya. Kemudian saya harus disampingnya full sampai 3 tahun. Bahkan sampai sekarang perjuangan tak henti untuk  mengoptimalkan perkembangan anak saya itu. Kadang terasa amat lelah. Apalagi jika harus menerima komentar dari orang, yang melemahkan jiwa.
Terlebih merasa begitu bersalah pada anak, sehingga energi untuk berpikir apapun sudah habis rasanya.

Namun, setelah berkenalan sendiri dengan bu Rini, saya jadi KUAT kembali. Terlebih mengetahui kisah beliau di video itu, yang tak pernah sekalipun saya dengar dan baca dari fb-nya. Juga tak pernah saya baca keluhan di status bu Rini. Hanya beberapa kali ketika sepertinya beliau mendapatkan kalimat komentar yang memedihkan hati, beliau hanya menulis, 
"Ya Alloh, tugas bu Rini ini sudah banyak. Jangan ditambah lagi pikiran ini itu....."

Bu Rini pasti lelah luar biasa, lahir batin, ketika bertekad untuk menterapi anaknya sendiri ketika bayi. Menanti 5 tahun sampai berhasil dan anaknya bisa berjalan, pasti tidak gampang. Karena orang sekitar biasanya tidak mudah percaya. 

Sambil menterapi anak CP, bu Rini  memberikan les privat matematika.
Masya Alloh, luar biasa. Sekarang pun bu Rini, bisa menulis buku Ringkasan Matematika dan Panduan Matematika dan Fisika.

Semalam saya membaca buku tersebut, Ringkasan Matematika SD. Satu demi satu ulasan beliau, dari soal-soal Matematika, saya cermati. Di dalam hati saya berbisik, betapa telaten dan rajinnya bu Rini ini. Satu demi satu soal latihan Matematika pasti telah beliau ulik sedemikian rupa, sehingga bisa memberikan cara mengerjakan soal yang mudah dan cara belajar yang menarik dari Matematika.

Dari chatting saya tempo hari, bu Rini bercerita kalau semua buku itu beliau tulis dan edit sendiri. Dimana penerbitan buku itu dikelola oleh teman seangkatannya, ITB 88 Peduli Pendidikan. Jadi termasuk Indie Publishing. 

"Bu Rini sampai turun 5 kilo karena menulis buku dan mengurusi buku," cerita beliau sambil memberikan emoticon tertawa.
Facebook Bu Rini, KLIK DISINI


Ah, bu Rini, sungguh beruntung sekali saya mengenal ibu.
Terima kasih telah menyadarkan saya, bahwa kesulitan saya tidak ada apa-apanya.
Bahwa kesulitan kita semua, mungkin juga tidak ada apa-apanya dibanding bu Rini.

Jadi, Perempuan, marilah terus menerus memompa semangat untuk lebih baik dan lebih baik lagi.
Seperti halnya bu Rini. Walau kondisi sulit, masih bisa memberikan baktinya untuk anak negeri. Sebuah karya yang bisa mencerdaskan bangsa.

Lalu, apa karya kita?
-
Semoga menginspirasi.
- Heni Prasetyorini -