Tampilkan postingan dengan label self improvement. Tampilkan semua postingan

Target 2021 dan Trik Membuatnya

Tidak ada komentar

 Dapat rejeki menemukan trik ini di tiktok @mindsetzone. Tentang cara menetapkan Target hidup. Ini trik baru yang baru saya temukan. Biasanya rada ruwet ya kalau baca teori urusan menetapkan target hidup tuh

Silahkan disimak. 



Lalu, silahkan dipraktekkan ya, saya pun akan membuat target untuk tahun 2021 ini, maksimal tercapai di bulan April 2022 (pas setahun sesuai trik).

Kalau target saya, walau ga muncul ajaib, udah barang tentu MENERBITKAN BUKU AYO BERMAIN CODING. Ini udah target banget sejak awal bikin kelas online coding anak tahun 2020 kemarin. 

Sekarang mau didetilkan lagi. 

Kalau kalian, jika udah kepilih targetnya, mau masih 10 list atau udah jadi satu yang tepat. Jangan diposting di media sosial ya. Simpen aja sendiri di rumah. Tempel di tembok depan meja kerja atau meja belajar. 

Karena, akan menguras energy dan mengganggu fokus jika ada yang berkomentar tentang target kalian itu. Ini tips dari ibu-ibu yang sudah ikutan menerapkan TELL THE WORLD ABOUT YOUR DREAM = ini adalah salah besar. 

Tak perlu kasih tahu target kalian ke siapa pun, kecuali yang terkait untuk bisa mewujudkannya. 

Dan lebih baik BERISIK DENGAN KARYA, tak usah berisik dulu dengan rencana. Begitu ya. 

Sharing Pengalaman di Live Facebook: Bagaimana Mulai Bekerja Modal Internet di Rumah

Tidak ada komentar

 Bagaimana mulai bekerja dengan  modal internet di rumah? Apalagi pengalaman mbak Heni yang mulai berkarir ketika sudah menjadi ibu rumah tangga belasan tahun?

Sambil menunggu momen mengajar online untuk belajar coding anak-anak, saya berbagi cerita di Live Facebok. Selamat menyimak.

Perlukah Saya Dapat Gaji Dollar?

Tidak ada komentar
Ini adalah postingan refleksi diri saya sendiri, terkait karir di dunia digital yang sudah saya tekuni selama ini. Pasti ada hal baru untuk anda, tentang bagaimana dapat GAJI DOLLAR dan di mana bisa mendapatkannya. Namun anehnya, di endingnya, saya malah merasa lebih cocok dapat GAJI RUPI'AH. Jiwaku ini begitu Indonesia :D

gambar dari pexels.com, bukan saya :)


Jadi, semalam, sesaat sebelum tidur, saya sempat membuat tweet ini, 



Itu bermula dari hati ini yang goyah membaca cerita salah satu teman freelancer, yang mengatakan bisa menghasilkan puluhan ribu dollar dalam 3 tahun. Lalu saya memburu blog-nya dan membacanya. Ada beberapa tutorial How To yang dia tulis. 

Sempat tertarik. Kayaknya keren nih dapat kerjaan jadi freelancer. Dapat kerjaan dari luar negeri, dapat gaji dollar pula. Top bangets. 

Saya pun membuat akun di dua platform penyedia pekerjaan untuk freelancer. Yaitu di Upwork.com dan di Projects.co.id.

Tempat mencangkul dollar itu kabarnya di Upwork tadi. 
Saya pun lanjut membaca postingan blogger bergaji dollar itu tadi. Sampai ke komentar-komentar di bawahnya (*kebiasaan stalker dan penikmat komentar tweet receh guyonan di twitter :D ).

"Harus bisa Bahasa Inggris"

Amanlah. Bisa kalau sekadar conversation saja. Nggak harus fluent. Oke lanjut ke-kepo-an saya. Dan isi kepala udah muncul berbagai rencana baru terkait berburu kerjaan menjadi freelancer yang kudu pakai Bahasa Inggris. Termasuk, kerjaan apa yang kira-kira bisa saya lakukan. 

"Harus pakai Kartu Kredit"

Jeng-jeeng-jeng. Bener kan apa yang sempat terbesit sedikit di hati saya. 
Kalau mau Go Internasional, pasti mau nggak mau kudu bikin kartu Kredit. Karena itu memudahkan kirim dan terima uang lintas negara. 

Ah, bisa diakali pakai Jenius Connect. 
Sempat kepikiran itu juga. Toh ini cuma perkara teknis. Begitu pikir saya. 

Dua website terkait freelancer itu saya PIN Tab, alias di Bookmark. Supaya besok mudah untuk membukanya lagi. 

Oh ya, saya buka Projects.Co.id karena sempat membaca tweet Reffi kalau di situ bisa dipakai untuk jualan e-book. Maka, setelah membuat akun, saya sempatkan mencari halaman Cara menjadi Seller produk digital, termasuk e-book. Dan iya, ini mudah. Ini marketplace freelancer dan produk digital yang bisa dicoba. Adanya rekening bersama dengan berbagai nama Bank, biasanya disukai oleh pembeli. Males banget biasanya mereka harus membayar biaya admin lintas bank, yang sekarang udah sampai 6.500 rupiah sekali transaksi. Bayangkan jika ada 10 transaksi tiap hari? 65 ribu lenyap hanya untuk bea admin antar bank. 

Seperti biasa, jika ada hal baru begini saya akan meluap-luap semangatnya. Terbakar dan terpacu. Lalu menyebut ini adalah TANTANGAN BARU. 

Aku harus bisa dapat dollar!

Ibaratnya begitu. 

Akan tetapi, mungkin karena udah makin tua juga usia, ada juga sisi bijak yang memperingatkan diri sendiri. 

"Apa perlu begitu Hen? untuk apa?"

Begitulah, dalam waktu singkat juga saya SWITCH MINDSET dan cara berpikir saya tentang perlukah saya dapat gaji dollar? 

Saya pun mencari jawaban sendiri. 
Yang paling teringat adalah pekerjaan yang sudah berjalan saat ini.
1. Saya mengajar di Kelasku Digital
2. Saya membuat kelas online
3. Saya sedang membuat ebook dan juga modul cetak untuk diperjual belikan
4. Saya menjadi pekerja remote salah satu startup yang lumayan juga gajinya per bulan
5. Saya dapat pekerjaan job review dari blog walau ga sering
6. Saya pun sedang ingin mulai menjual buku di tokopedia dan jilbab (lagi) di shopee
7. Saya punya beberapa ide kreatif membuat sesuatu atau menulis sesuatu di blog dan platform lain saya

Yang intinya adalah, saya sudah punya ladang rejeki, apakah perlu harus menengok ke kiri dan membangun ulang ladang lain dari nol lagi? apa tidak terbengkalai nanti ladang pertama ini?

Saya pun mencoba pakai LOGIKA. Yaitu dengan menghitung-hitung duitnya. 

Anggaplah, jadi freelancer dollar itu dapat gaji total 10ribu dollar per 3 tahun (seperti yang dicontohkan penulis blog di tulisan saya awal).

10ribu dollar = sekitar 150 juta rupiah. 
Per tahun = sekitar 50 juta rupiah
Per bulan jadinya sekitar 4-5 juta rupiah.

Nah apakah aku tidak bisa menghasilkan 5 JUTA RUPIAH dengan tanganku sendiri?

Pertanyaan ini muncul, lalu saya jawab dengan sangat cepat. TENTU SAJA BISA. 

Oke kalau begitu, goodbye UPWORK dan PROJECTS.Co.Id

Saya akan menggunakan platform milik sendiri saja dulu, supaya lebih mudah handle-nya. 
Untuk transaksi add to cart, saya sudah membuat webstore sendiri yang bisa muncul notifikasi. 

Saya bisa menjadi PRODUSEN sendiri dan MENJUAL SENDIRI produk yang saya buat itu. Paling mentok jika butuh, saya akan hire Designer Grafis atau Video Editor (itu kedua anak saya bisa juga melakukannya asal dibayar :D ). 

Begitulah, saya memutuskan untuk BEKERJA SENDIRI, semakin INDEPENDENT dan bergaji RUPI'AH. 

Nggak mau risau dengan dollar dan segala printilan "impact" di belakangnya. 

Bagaimana dengan anda?
Ya terserah. Karena pilihan ada di tangan kita masing-masing. 

Jika punya kapasitas, situasi dan kondisi yang mendukung keinginan bekerja secara FREELANCE dan REMOTE WORK dari luar negeri, maka yang harus anda siapkan adalah:
  1. Kemampuan Bahasa Inggris yang bagus, minimal conversation. Kalau belum bisa, cepetan belajar dan ambil kursus online. Atau belajar otodidak. 
  2. Portfolio digital yang bagus dan relevan dengan pekerjaan yang akan diambil. Juga buatlah CV atau RESUME tentang dirimu sendiri yang bagus.
  3. Buatlah akun di UPWORK.COM , PROJECTS.CO.ID dan beberapa marketplace freelancer dan platform lainnya. 
  4. Bergabunglah ke Komunitas yang cocok. Misalnya ada Grup Facebook: Kami Kerja Remote. Di sana sering berbagi cara kerja menjadi freelancer dan remote worker. 
  5. Terus asah skill diri. Banyak kelas online gratis berkualitas seperti di Coursera. Atau sengajalah berinvestasi untuk ikut kelas online berbayar di lembaga yang bagus. 
  6. Tambah dengan kemampuan manajemen kerja online. Biasakan bekerja dengan tools remote works, seperti Trello, Airtable, Discord, Telegram, Google Drive dan lain sebagainya. Kalau kerja sama orang luar negeri, ya nggak cukup hanya bekal ahli chat di grup whatsapp.
  7. Ingat juga untuk ELING lan WASPADA. Ingat untuk menjaga identitas personalmu dan hal-hal yang sekiranya memicu CYBER CHRIME. Jangan sampai kena hal-hal yang membuatmu kena masalah UU ITE, Copyright dan semacamnya. Karena nanti dendanya juga dollar. 

Oke, peluang kerja sekarang sangat terbuka sekarang. Asalkan kamu sendiri juga membuka diri untuk hal tersebut. Yang paling penting lagi, selalu MAU BELAJAR. 




Sudah Saatnya Pakai Make Up Untuk Meningkatkan Kinerja Cantik Kita

2 komentar
Sehari-hari bekerja di depan laptop, membuat kita bisa kehilangan rasa kecantikan yang hakiki. Halah bahasanya :). Ini yang saya alami sendiri sih. Kalau dihitung, saya lebih sering berinteraksi dengan "mesin" daripada dengan manusia. Giliran sudah harus ketemuan langsung atau tampil di depan publik, mesti ada rasa kurang percaya diri. Bahkan setelah berusaha untuk berdandan sebaik mungkin, masih saja merasa kurang bener.

Alisku dah bener ga ya? atau kayak Sinchan?
Bedakku kelihatan mbedok nggak ya? bener nggak warna bedak pilihanku itu? atau malah terlalu putih jadinya kayak topeng gitu?


Gak pede Gak pede gak pede.
Salting, Salah Tingkah
Heri, Heboh sendiri

Kalau ini terjadi akibatnya fokus dan konsentrasi jadi terpecah. Apa yang dikerjakan jadi kurang maksimal karena kepikiran dengan penampilan diri sendiri. Bukannya ja'im, tapi lebih ingin respek pada orang lain gitu.

Eh ternyata, konsep ini yang harus diluruskan oleh Madam Yo, panggilan akrab Yonna Kairupan oleh sahabatnya di media sosial.

"Hei para ladies ya. Kita ini berdandan untuk diri kita sendiri. Coba praktekkan, kalau kamu kerja baik itu di kantor atau di rumah, trus lihat wajah sendiri cakep seger cantik gitu, kan jadi semangat mau kerja. Yee kaan?!"
Madam Yonna membuka acara

Madam Yo saat itu maju untuk membuka event Beauty Class yang diselenggarakan oleh Indonesia Female Blogger dan Lakme Kosmetik. Bertempat di Noach Cafe and Bistro di Jalan Pregolan, Tegal Sari Surabaya. 

Di hari Minggu, 1 Desember 2019, tepatnya di siang bolong saya diantar oleh driver ojol dengan kecepatan cahaya dari rumah di kawasan Surabaya Barat yang jaraknya lumayan jauh, sekitar 20 km lebih. 

"Indonesia Female Blogger ada dengan semangat Empowering Each Other ya, jadi bukan untuk berburu dapat job. Itulah kenapa IFB fokusnya membuka workshop-workshop gitu. Nah, Beauty Class dengan Lakme Kosmetik ini sudah beberapa kali diadakan di kota lain, termasuk Jakarta dan Bandung. Dan akhirnya, hari ini kami hadir di Surabaya."

Madam Yo membuat hati saya senang. Wah konsep IFB senada seirama dengan KCMI (Komunita Coding Mum Indonesia) yang saya gawangi sekarang. Memang bener banget deh ikutan acara ini. Bisa ketemu Woman Leader seperti Madam Yo yang friendly, mbois, nyentrik, blak-blakan  dan penuh semangat.

Damar Aisyah, seorang blogger kenalan dari Bandung, juga menguatkan bahwa event ini bagus. "Aku pernah ikut mbak. Kalau Lakme yang bikin Beauty Class dijamin bagus banget deh."

Jadi makin optimislah saya, event Beauty Class pertama saya itu akan bagus. Dan beneran, pas masuk ke ruangan kelas, berjajarlah produk kosmetik Lakme yang cakep-cakep itu.




Mbak Palupi, biasa dipanggil Upay memimpin acara Beauty Class ini dengan sangat detil, sabar dan seksama. Seneng lihatnya. Tuturnya jelas, tegas dan runtut. Untuk pejuang make up kelas pemula kayak saya ini, tidak terintimadasi dan optimis saya bisa gitu rasa di hati ini. 

Upay: "Siapa yang jarang pakai Sunblock"

Saya ngacung. Dan cuma saya yang ngacung sendirian, omagaat malu mak. Nyengir aja deh.


Mbak Upay the Beauty Trainer hari itu

Ekspresi mbak Upay kaget juga :)

Lalu menjelaskan dengan panjang lebar,
"Memakai sunblock itu wajib hukumnya, bahkan kalau di rumah saja atau di dalam ruangan. Karena sinar UV yang bisa menyerang kulit wajah kita, tidak hanya dari sinar matahari langsung, bisa saja dari sinar lampu dan panas saat masak. Bahkan sinar matahari yang masuk dari sela-sela jendela ke dalam rumah pun bisa memberi dampak ke kulit. Jika tidak pakai sunblock lama-lama akan tumbuh spruten dan bintik-bintik hitam gitu. Ya kan?"

Saya jawab cepat, "iya ini wajah udah mulai ada bintik-bintik hitam." 

Eh bener juga ya, batin saya. Kenapa nggak kepikiran segitunya? kan kamu anak kimia Hen, gimana sih?. Saya sampai ketawa dengan kebodohan sendiri sok gak pedulinya sama sunblock untuk perlindungan kulit. 

Saya sempat GR dan yakin bahwa dengan kulit yang coklat gelap manja gini, pasti kuatlah menahan terpaan sinar matahari. Kagak butuh yang namanya sunblock. Eh ternyata keliru. 

Konsep pentingnya menjaga kulit dan kebersihan kulit sebelum ber-make up dipaparkan oleh mbak Upay dengan baik. Satu produk utama yang menjadi kunci untuk membersihkan wajah adalah penggunaan Lakme Make Up Remover. 

Momen mengesankan ketika pemilihan jenis Cushion yang cocok dengan warna kulit wajah saya. Trik paling tepat adalah mengoleskan langsung cushion ke wajah. Jika tidak nampak perbedaan warna yang mencolok, nah itulah level warna yang tepat. 

Saya dan El si Nyonya Malas berulang kali berdebat kecil.
Secara look, kulit El lebih gelap daripada saya, tapi dia cocok Cushion nomer. 5
Sedangkan saya malah Cushion nomer 6.

Semakin besar nomer cushion, maka tingkat warnanya semakin gelap. Harusnya saya sama-sama nomer 5 atau malah nomer 4. 

Akan tetapi, hasil olesan cushion ke wajah tiap orang itu tidak sama. Prediksi saya karena jenis kulit dan mekanisme biokimia yang berbeda pada reaksi terpada cushion tersebut (halah kimia banget mbak Hen hehe). Intinya kalau beli cushion atau BB atau alas bedak wajah gitu, mending datang langsung dulu ke booth deh untuk coba oles langsung. Daripada salah beli. Kalau dah cocok baru dah untuk repeat order bisa beli online. Itu juga kalau tone kulit wajah udah ga berbeda lagi atau pH wajah dan sebagainya tidak berubah.

"Apakah cushion ini teroksidasi?"

Loh, kok bisa ada terminologi kimia lagi di dalam kosmetik? wah ini keren ini. Hal baru buat saya.


Senior Brand Manager Lakme Kosmetik, Anastasia Pamela


Anastasia Pamela, Senior Brand Manager Lakme Kosmetik yang berkesempatan hadir juga, ikut menjelaskan kualitas produk Lakme yang sudah terpercaya. Terutama untuk yang sudah ditanyakan tadi, Cushion Lakme tidak akan teroksidasi. Kalau kosmetik seperti cushion mudah teroksidasi, ketika awal dipakai bagus, lama-lama tampak buluk begitu. Tetapi Lakme tidak. Bisa dipastikan seharian pun masih bisa set dengan baik di wajah dan tone warnanya tidak berubah di wajah. 

Bagaimana dengan penggunaan kosmetik Lakme untuk ibu hamil dan menyusui, apakah juga aman? Pertanyaan tambahan muncul. Dan dijawab dengan baik pula oleh ibu manager. 

Secara laboratorium memang sudah diuji bahwa produk kosmetik Lakme aman untuk ibu hamil dan menyusui. Akan tetapi, lebih baik ibu hamil atau menyusui tersebut, berkonsultasi lebih dulu ke dokter kandungan dan dokter anak, untuk memastikan bahwa tidak ada hal khusus, seperti alergi pada zat tertentu dan hal lainnya sebelum menggunakan produk Lakme. Karena kondisi ibu hamil dan menyusui tentu tidak sama dan tidak bisa disamaratakan juga. 

Penjelasan product knowledge dan konsep pentingnya skincare, sudah dijelaskan di awal. Tahap berikutnya adalah yang paling panjang dan seru adalah praktek ber-make up untuk wajah sendiri. 

Karena ini kelas beauty pertama saya bersama praktisi Make Up Artis profesional, dan hasilnya beneran bagus dan cocok untuk saya, maka perlu saya simpan langkah-langkahnya di sini. 

Tahap 1: Pembersihan wajah dengan produk yang tepat. Jika wajah masih netral atau bare face, bisa dibersihkan dulu dengan susu pembersih dan toner. Jika wajah sudah diberikan bedak, lipstik dan produk kosmetik lainnya sebaiknya kosmetik dihilangkan dulu dengan Make Up remover. 

Tahap 2 : Perawatan kulit wajah. Setelah wajah bersih, digunakan toner, serum, pelembab wajah dan yang wajib juga adalah sunblock. 

Tahap 3: Penggunaan cushion Lakme yang sudah mengandung primer, jadi lebih set di wajah. Diterapkan dengan cara ditepuk-tepuk ringan sampai rata menggunakan puff bawaan cushion. 


suasana Beauty Class


sebagian produk Lakme Kosmetik yang saya gunakan

Sebentar biar saya rincikan dulu produk Lakme yang saya gunakan dalam Beauty Class waktu itu:

1. Lakme Make Up Remover
2. Lakme Reinvent Primer Matte Cushion Foundation
3. Lakme Make Up Absolute Reinvent x Anggie Rasly Precision Grey Pencil 
4. Eye Color Quarter Eye Shadow
5. Lakme Reinvent Rouge Blusher Blush On - Peach Affair (untuk counturing hidung dan pipi)
6. Lakme Make Up Blush On, Highlighter, Countour, Eye Shadow Absolute Reinvent Illuminating Shimmer Bricks 10 gr (untuk highlight)
7. Finishing Powder
8. Eyeconic Curling Mascara
9. Lipstik Matte Make Up Classics Reinvent Liquid Matte
10. Reinvent Mini Matte Lipstik Crayon


Cukup mencengangkan juga hasil dari kelas make up hari ini. Saya pesimis ada perubahan di wajah ini karena kulit wajah yang cenderung coklat matang, tone cushion aja paling gelap. Jadi saya pikir printilan segala countur, blush on, eye shadow dan sebagainya itu nggak akan mempan tampak di kulit wajah saya. 

Akan tetapi hasilnya adalah jeng jeng jeng...

Setelah memakai cushion dan menggambar alis

setelah menerapkan rangkaian Lakme Kosmetik





Hasilnya tampak memukau sodara sekalian *sound on  :)

Sebelum pulang, saya berhasil menodong Madam Yo untuk memberikan sepatah dua patah kata tentang manfaat menggunakan make up untuk kita. 



Makasih ya madam, wejangannya akan kuingat selalu.



foto bareng (doc. pri)

foto bareng mbak Upay sang Trainer
Makasih banget mbak Upay atas wejangannya tentang pentingnya Sunblock. Baru hari ini dalam sejarah, saya mandi dulu, pakai pelembab dan sunblock dulu baru ke dapur dan menggoreng tahu. Luar biasa :)

wih jadi seger banget ya wajah after Make Up kita.

Acara ini benar-benar berkesan. Training singkat, dengan perhatian seksama dan langsung praktek, bisa memberikan hasil yang cukup optimal. Setiba dari rumah saya langsung praktek lagi semua ilmu dari situ. Mulai membersihkan wajah, memakai sunblock, menggambar alis dan juga menepuk cushion merata di wajah. 

Ketika kegiatan saya ini diposting di instagram, beberapa komentar muncul dari teman-teman. 

"Ah iya, aku mbladus mbak Hen."

"Aku dulu habis resign ngantor, masih rajin loh di rumah pakai make up. Sekarang malah mbladus."

Saya nyengir sendiri membacanya. Lalu menjawab, "tenang mbak, kita akan mbladus dan brai pada waktunya, hahaha"

Menggunakan Make Up dengan perasaan menyayangi diri sendiri, beneran terasa memberikan dampak empowering yang bagus untuk diri sendiri. Selain inner beauty, kita juga kudu peduli dengan outer beauty. Karena manusia selain punya hati kan juga punya fisik.  Semoga menginspirasi ya.

Catatan:
mbladus : bahasa Jawa, artinya buluk atau kusam
brai        : bahasa Jawa, artinya berdandan atau memakai make up

Disclaimer:
Tulisan dan  foto adalah dokumen pribadi dan tidak boleh digunakan ulang tanpa ijin. 



Belajar Skill Baru Bikin Kamu Lebih Sehat dan Happy

1 komentar
akademi prasetyorini


Hallo millenials.
Kalau liburan singkat-singkat gini, kayak weekend gitu, biasanya ngapain saja sih?

Masih kerja? atau malah lembur?

Waduh, sorry to hear that ya, kali ini obrolan kita seputar mereka yang dapat anugerah libur di hari Sabtu dan Minggu.

Freelancer work on holiday kak! no libur libur club!

Seketika akan ada suara-suara netijen yang begini. Sabar sabar lah ya.

Baiklah, nggak usah mbahas libur weekend lagi. Fokus pada libur saja, alias sebuah kegiatan yang lepas (walau sesaat) dari rutinitas harian kamu.

Mayoritas orang, mengisi waktu liburnya habis-habisan untuk bersenang-senang dan santai. Apalagi ini untuk mereka yang di weekdays-nya ketat banget ritme kerjanya. Giliran Sabtu dan Minggu datang, energi seperti habis tak bersisa. Mulai pagi sampai ketemu pagi lagi, gegoleran terus depan tivi, laptop atau sambil nenteng ponsel di atas bantal. Capek banget.

Akan tetapi, apakah hal ini bisa membahagiakan jiwamu?
Ceila bahasanya.

Ternyata hasil riset beberapa peneliti neuroscience menunjukkan, salah satu hal yang bisa membuat bahagia adalah otak yang telah menerima ilmu baru. Percaya nggak percaya, belajar itu bisa bikin sehat dan bahagia.

Belajar Bisa Bikin Sehat

On a physiological level, learning new things is good for your brain. According to CCSU Business & Development, practicing a new skill increases the density of your myelin, or the white matter in your brain that helps improve performance on a number of tasks. Additionally, learning new skills stimulates neurons in the brain, which forms more neural pathways and allows electrical impulses to travel faster across them. The combination of these two things helps you learn better. It can even help you stave off dementia.
Sumber artikel itu di sini.

Jadi, belajar atau mempraktekkan skill baru itu bisa meningkatkan massa jenis MYELIN, yaitu semacam selubung putih di otak yang membantu peningkatkan kinerja beberapa tugas otak tersebut. Coba buka lagi buku biologinya deh ya.
Nah, belajar hal baru ini bisa menstimulasi neuron alias sel syaraf di otak. Caranya dengan membentuk jalur neural yang lebih banyak sehingga sinyal-sinyal elektrik yang emang udah suka berloncatan di otak itu, bisa melaju lebih cepat. Sederhananya, kita mikir jadi lebih cepet gitu, nggak lola alias loading lama.

Nah kedua hal ini, myelin makin padet dan jalur neural yang makin banyak itu bisa mencegah kita dari penyakit dementia alias kepikunan. Belajar bikin makin sehat kan?


Trus Bagaimana Belajar Bisa Bikin Happy?

Nah, dikutip lagi dari situs Psikolog. Yang bunyinya begini,
This can also help with creating what psychologists call ‘flow’ or ‘being in the zone’ – when we’re so absorbed in what we’re doing, we lose sense of time and of ourselves. ‘It’s not passive, like when watching TV – it’s active,’ explains King. When we’re in flow, the level of challenge in the activity just exceeds our level of skill. We’re also getting instant feedback from the activity on whether what we are trying is working, so we can adjust what we’re doing accordingly. As our skill increases, so does the challenge. During flow, we generally don’t feel anything – so intense is our focus – but afterwards we might feel a sense of deep satisfaction and a boost from having increased our skill or achieved something. ‘In some ways it’s a form of mindfulness; being totally focused on the present, so we get the benefits of that, too,’ says King.

Untuk membaca artike lengkapnya, bisa klik di sini,

Terjemahan singkat dari kutipan itu adalah,

Belajar itu adalah kegiatan yang aktif. Kalau menonton TV itu sebaliknya, hanya kegiatan pasif, otak nggak akan bergerak. Ketika belajar dan tekun menekuni hal baru itu, orang akan ada dalam keadaan "flow" atau mengalir. Kebayang seperti kita jadi tenggelam dalam bahan yang dipelajari. Entah itu belajar memasak, fotografi, menulis, menggambar atau bahkan membuat rak kayu. Nah ketika orang sudah dalam kondisi "flow" ini, fokus beneran, lama-lama akan merasakan kepuasan yang sangat dalam. Perasaan bersemangat muncul karena kita telah mendapatkan skill baru atau sudah bisa melakukan sesuatu. Puas banget gitu rasa di hati. "Yes, akhirnya aku bisa masak resep baru ini!", misalnya begitu.


Nah, mau itu libur atau waktu senggang, cobain deh belajar hal baru. Dengan fokus dan sungguh-sungguh. Pilih topik yang kamu sukai dan kamu kepoi. Setelah itu, rasakan hatimu. Makin happy kan?

Kalau pengen dapat ide belajar skill baru bidang digital creative, mampir saja ke blognya Akademi Prasetyorini [akademi.prasetyorini.com]

Oke, jadi kamu udah belajar hal baru apa aja akhir-akhir ini?

Share di comment dong :)










Mindset Berubah Lebih Bermakna Setelah Membaca Buku Astra: on Becoming Pride of The Nation

2 komentar
Books don't change people: Paragraphs Do , Sometimes Even Sentences

Sebuah buku tidak akan bisa mengubah seseorang. Tetapi beberapa paragraf bahkan kalimat di dalamnya bisa mengubah seseorang. Makna quote di atas tepat sekali untuk menggambarkan isi buku Astra: on becoming Pride of The Nation.

Buku ini berisi tentang perjalanan perusahaan ASTRA International yang semua berawal dari usaha kecil, kemudian bisa berkembang pesat menjadi perusahaan multinasional. Gambaran perjalanan yang diberikan adalah bahwa semua itu bukan proses instan. Satu per satu tahapan harus dilakukan oleh pendiri dan semua karyawan yang biasa disebut insan ASTRA, sampai bisa menjadi sukses seperti sekarang.

buku ASTRA: on Becoming Pride of The Nation
buku ASTRA: on Becoming Pride of The Nation


Untuk generasi langgas, generasi millenial yang hidup dalam kondisi teknologi canggih dan terbiasa bergerak cepat sangat perlu membaca buku ini. Banyak studi kasus dan kisah sukses ASTRA yang diangkat di buku ini, bisa jadi landasan berpikir tentang bagaimana bersikap atau mengambil keputusan jika mengalami keadaan yang serupa.

Apalagi kisah manajemen ASTRA yang telah dibukukan ini, mengangkat begitu dalam filosofi CATUR DHARMA sebagai ideologi perusahaan. Jika semula mindset orang memandang bisnis dan perusahaan besar hanya dan hanya berorientasi pada peningkatan omset dan profit. Dengan membaca buku ini, mindset itu akan berubah.

Dalam filosofi CATUR DHARMA, pada dasarnya adalah semua tindak tanduk manusia harus kembali untuk kebaikan manusia lainnya, bahkan dalam bentuk bekerja di sebuah perusahaan. Tidak sekedar mengejar keuntungan material, ASTRA menanamkan kepada semua insannya bahwa perusahaan harus bisa memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa.

"Kebesaran Astra bukan pada jumlah profit atau inovasi teknologi baru yang dihasilkan, 
tetapi ketika bisnis baru dan lapangan kerja terus tercipta"


Menjadi sukses bukan untuk dirinya sendiri, hal menakjubkan ini dibangun dan dimulai oleh si Om, panggilan akrab dari bapak William Soeryadjaya, pendiri ASTRA. Kisah hidupnya yang sulit di masa muda, karena menjadi yatim sejak usia 12 tahun, malah bisa menempa ketangguhan dan intuisi bisnis dari pak William.

Terus bisa berpikir dan tekun bekerja di masa sulit, hal inilah yang bisa mengubah mindset generasi muda, bahwa untuk menjadi sukses harus dimulai dengan berbagai fasilitas yang lengkap. Pak William salah satu contoh nyata yang harus diteladani.

Meskipun dalam perjalanan hidup dan bisnisnya, pak William kerap jatuh bangun, bahkan sampai pernah masuk penjara karena difitnah, dia tidak pernah menyerah. Tanpa takut, dia terus membangun bisnisnya. Seperti halnya kisah ASTRA yang dimulai dari perusahaan kecil.

Bersama Kian Tie, adiknya dan seorang sahabat baiknya Liem Peng Hong, pak William membeli sebuah perusahaan kecil yang beralamat di Jalan Sabang No.36, Jakarta. Perusahaan ini diberi nama Astra, yang diambil dari nama Dewi Astrea, dari mitologi Yunani, yang artinya terbang ke langit menjadi bintang.

Awal bisnisnya Astra mengalami kegagalan sampai jutaan dollar Amerika. Namun pak William terus menerus bangkit, bekerjasama dengan Pemerintah dan berbagai pihak untuk mengembangkan bisnisnya. Beralih dari perusahaan manufaktur menjadi perusahaan otomotif karena terbukanya peluang yang ada saat itu.

REDIRECT itu tidak masalah. 

Jika kenyataan yang terjadi tak sesuai dengan tujuan awal kita, tak perlu putus asa. Tak perlu merasa gagal atau bodoh. Lakukan saja seperti yang pak William pilih, yaitu mengubah lini bisnisnya, menyambut peluang yang ada dan bersungguh-sungguh mengembangkan bisnis baru itu. Redirect, mengaatur ulang arah hidup baru dan ditekuni dengan sebaik mungkin.

Pernah suatu kali pak William nekad masuk ke industri baru tanpa penguasaan kompetisi. Hal ini membuat banyak orang sampai geleng-geleng kepala. Namun, otaknya lalu berpikir keras, siapa yang harus didekatinya untuk membantu merealisasikan mimpinya?

"terus berpikir keras dan mencari mitra kerja yang lebih hebat"

Ini adalah mindset yang sangat menarik. Jika ingin merencanakan sesuatu yang besar, jangan patah arang karena merasa tidak yakin atau tidak cukup pintar. Boleh saja mengerjakan sesuatu yang tampak di luar jangkauan namun peluang besar. Untuk mewujudkannya, kita bisa mencari mitra kerja atau pembimbing yang bisa menunjukkan arah mana yang harus dituju agar rencana kita berhasil. 


Ketekunan pun tak selalu langsung berbuah sukses. Ada kalanya terjadi kegagalan dan penolakan dari mitra kerja yang dibidik. Hal ini membuat pak William kembali masuk ke dalam situasi kritis. Untuk mengatasinya, dia berdoa dengan sungguh-sungguh agar diberikan jalan keluar.

"Terkadang kita menganggap kemampuan diri terlalu hebat dan melupakan khasiat DO'A"

Saya terperangah beberapa kali ketika membaca lembar demi lembar buku ini. Sama sekali tidak menyangka bahwa perusahaan sebesar ASTRA dibangun setapak demi setapak. Yang ada di kepala saya, pebisnis biasanya hanya fokus untuk mengembangkan usaha, karena profit. Ini karena informasi dari media yang pernah saya baca.

Sedangkan ASTRA, tidak hanya itu. Perusahaan ini sangat berkomitmen menjadi bagian dari kemajuan bangsa Indonesia dengan berbagai program. Salah satunya adalah program pengentasan kemiskinan melalui pendidikan, yang ditulis pada halaman 423 di buku ini. 

Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslin (YPA-MDR) mempunyai visi membantu sekolah tingkat dasar dan menengah di daerah pra-sejahtera. Programnya dalam bentuk pengembangan SDM, kurikulum dan manajemen sekolah yang profesional. Tujuannya adalah agar para siswa mampu meningkatkan kualitas hidup, serta memiliki karakter yang didasarkan pada nilai luhur bangsa Indonesia. Hingga tahun 2015, YPA-MDR telah membina 50 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Sungguh menakjubkan kiprah ASTRA untuk kemajuan bangsa ini. Untuk kita yang belum mempunyai perusahaan sebesar ini, terus menanamkan mindset bahwa setiap tindak tanduk kita adalah juga untuk bangsa, adalah hal yang sangat bagus. 

Dalam buku ini, tujuan ASTRA 2020 "Pride of The Nation" merupakan wujud ASTRA membantu pemerintah dalam membangun negara, agar maju dan bisa sejajar dengan negara maju dan besar lainnya. Kita pun perlu juga menanamkan semangat menuju kebanggan bangsa: on Becoming Pride of The Nation, dalam segala tindak tanduk.

Buku setebal 518 halaman ini yang ditulis oleh Yakub Liman, yaitu orang yang pernah memimpin Astra Management Development Institute (AMDI) pada tahun 2000-2008. Untuk menulis buku ini, dilakukan riset dan wawancara mendalam selama lebih dari setahun. Hasilnya adalah buku yang berisi pokok bahasan praktik manajemn dan kepimpinan insan Astra, dan diharapkan menjadikan sumber ilmu dan inspirasi bagi generasi muda bangsa. 

Sungguh beruntung ada buku ASTRA: on Becoming Pride of The Nation yang memberikan saya semangat lebih tinggi lagi untuk bersungguh-sungguh berbuat sesuatu. Tidak ada kata terlambat untuk berbuat hal baru. Sama halnya seperti pak William yang masih bersemangat membangun bisnis baru di usia 70 tahun (hal.2). Buku ini rekomended banget untuk dibaca siapa saja, apalagi menjadi harta benda dalam keluarga. 

Selamat ulang tahun ke 60 ASTRA, semakin sukses, berjaya dan semakin bermanfaat untuk bangsa.

Semoga menginspirasi,


Heni Prasetyorini 

Selamat Hari Perempuan Internasional 2017

Tidak ada komentar
international woman day

Perempuan yang sudah berumur 70 tahun pun, tak bisa memutuskan diri dari kecemasan untuk anak cucunya. Dengan darah dan nyawa, bisa berbuat apa saja demi kekuatan keluarganya. Di usia yang sudah senja, dengan badan terbungkuk-bungkuk, masih memikirkan bagaimana mengatur keluarganya jika dirinya berpulang kelak. Itulah ibuku, dan itulah perempuan.

Perempuan, dalam tahap manapun kehidupannya, selalu berbuat untuk orang lain. Untuk orang tua, untuk suami, untuk anak, untuk tetangga, saudara juga orang banyak. Ada keengganan perempuan, ketika memutuskan untuk bersenang-senang sendirian. Kenapa? entahlah.

Tapi, perempuan seharusnya berhak menikmati hidupnya sendiri. Bukankah begitu?
Dengan banyak peran yang diemban di pundaknya, semakin berkembangnya jaman, perempuan juga semakin sadar bahwa dirinya sendiri, suaranya sendiri perlu untuk dia dengar.

Menjadi perempuan di negeri ini, memang tidak mudah, juga tidak sulit. Misalnya di beberapa daerah di Timur Tengah, betapa gerak perempuan sangat dibatasi demi kehormatan suami dan keluarganya. Di Indonesia, kita masih leluasa untuk bergerak dan berkarya. Kesulitan terjadi biasanya karena adat budaya juga diri kita sendiri.

Susah dan mudah, semuanya juga relatif. Hanya saja di hari yang dinobatkan sebagai International Woman Day ini, saya ingin mengutarakan isi hati:

1. STOP CLASSIC WAR. 

Saya tidak ingin lagi, melihat perempuan beradu argumen tentang mana yang lebih baik. Ibu rumah tangga atau ibu bekerja. Ibu menyusui ASI atau non ASI. Ibu yang menyekolahkan anaknya atau homeschooling. Ibu yang ngasih imunisasi atau percaya cara lain membuat anaknya sehat dan punya vaksin. Sudahlah, mari kita berhenti perang dengan kaum kita sendiri. Begitu melelahkannya tugas ibu, mari kita hormati pilihan kita masing-masing.

2. Komentari Prestasi Ketika Pertama Bertemu

Komentar yang HANYA seputar fisik, bisakah disebut belakangan?

Bisakah ketika pertama berjumpa, kita biasakan berkata, "apa kabar? apa aktivitasmu kali ini? prestasimu apa? sudah berapa banyak orang yang kau inspirasi dan kau tolong saat ini? bisa kita berkolaborasi?"

Ketika kita menatap orang pertama kali dengan menghargai dan harapan ingin bisa berkolaborasi untuk sukses bersama, alangkah manisnya dunia.

 " ih kok gendutan", "aduh kurusan lagi susah pikiran ya?", "wah jerawatnya segede jagung", "aduh mulus banget wajahnya, perawatan dimana?"

komentar-komentar seperti itu? ah so yesterdaaay laahh. Buang aja ke laut, oke ladies?!


3. Ayo Investasi Waktu, Tenaga dan Dana Untuk Nambah Ilmu dan Skill

Bayar kelas online 250ribu rupiah saja udah ngacir karena merasa nggak penting. Tapi rela kridit ke tetangga untuk beli baju seharga 300ribu. Hayo siapa yang masih begitu?
Mau beli buku, harus mikir tujuh kali. Beli lipstik baru, langsung transfer tanpa basa basi. 

Sudahlah ladies, kita pasti cantik kok walau pake baju lama dan lipstik lama. 
Coba dipikir jauuuh ke depan. Ketika kita nyaman di zona aman dalam rumah tangga yang sejahtera gemah ripah loh jinawi. Bagaimana ketika mendadak pasangan kita pergi, saat kita tidak terbiasa bekerja menjemput rejeki?
Bagaimana nantiii ketika kita sudah tua, jadi nenek, cerita hebat apa yang bisa kita bagi untuk cucu kita kelak? Bahwa kita selalu menang jadi konsumen pertama ketika olshop langganan buka jadwal orderan? itukah prestasi kita?

Memang melelahkan banget sih, belajar hal baru terutama ketika kita sudah berumahtangga dan harus ngurus anak dan ini itu. Capek, iya, bener, sumpah. Apalagi ilmunya nggak bisa langsung "balik modal" kalau kata teman saya ya. Kayak nggak ada gunanya.

Saya sering teringat kisah seorang kakek yang menasehati cucunya dari sebuah buku. 
 "Apa yang ingin kau ceritakan pada cucumu kelak? seperti itulah kehidupan yang harus kau perjuangkan sekarang"

Senada dengan banyak kalimat bijak yang sering beredar, "apa prestasi yang ingin kau tulis di batu nisanmu kelak?"

4. Menikah bukan Akhir Dunia 

Sewaktu saya SMA, saya pernah main ke rumah teman. Waktu itu ibunya, yang seorang istri pejabat DPRD mengatakan, "Heni, sekolah yang bener lalu kerja yang bagus. Jangan menikah dulu. Karena perempuan kalau sudah menikah itu sudah TITIK. Selesai."

Hal ini juga senada yang dikatakan oleh ibu saya sendiri, ketika saya memutuskan akan menikah beberapa bulan sebelum lulus sarjana. Berkali-kali ibu meyakinkan, bahwa menikah itu susah. Saya diminta berpikir ulang. 

Tapi yang namanya jodoh dan takdir jugalah saya menikah muda. Hanya beberapa bulan kemudian lalu sidang sarjana dan lulus. Ketika hal tentang berkarir semuanya terjadi di luar dugaan dan saya harus memutuskan menjadi ibu rumah tangga, saat itu saya yakin kalimat ibu dan ibunya teman saya itu benar. 100% benar. 

Ternyata keyakinan saya bisa berubah, justru ketika saya ingin mengubahnya sendiri.
Dengan semangat belajar otodidak, saya masuk ke dunia baru hal baru demi menambah keterampilan dan pengetahuan. 

Bahkan saya malah MENIKAH DULU BARU S2.
Saya kuliah lagi ketika dua anak saya sudah berumur 12 tahun dan 8 tahun. Dengan biaya dari suami sendiri, juga tanpa ikatan instasi dari manapun. Jadi saya nekad kuliah lagi tanpa tahu ke depan akan bekerja dan berkarir seperti apa. 

Saya kuliah pasca sarjana di bidang ilmu yang jauh berbeda dari jurusan sarjana saya, demi hanya untuk menghidupkan otak saya lagi dan membuktikan ke diri saya sendiri bahwa kehidupan saya tidak berakhir hanya karena saya menikah.

Ternyata keputusan saya tepat. Setelah memaksakan diri keluar dari mindset itu, saya mendapatkan peluang lagi untuk bekerja, berkarya dan berguna walau saya sudah menikah. 

5. Hargai Proses 

Saya sering terluka, ketika ada orang yang menilai karena cara berpakaian saya. Yang memakai celana jins. Tanpa jilbab atau hijab atau khimar yang lebar. Bahwa saya serasa makhluk paling berdosa di dunia ini karena takut jatuh ketika memakai gamis.

Betapa saya juga heran dengan perempuan yang baik hatinya, lembut terhadap manusia dan makhluk lainnya di bumi. Nilai hidup dijunjung tinggi, namun penampilannya sangat minimalis. Kadang juga memajang fotonya berbikini.

Ah, haruskah itu kita hakimi di dunia ini? siapalah kita ini?

Dari situ, saya selalu mengambil sikap untuk tidak bereaksi berlebihan dengan hal yang berbeda. Bahwa penghakiman bukan hak saya sebagai manusia biasa. Bahwa ada proses yang panjang dalam kehidupan setiap insan. Siapa tahu sekarang dia berbikini, besok dia bisa jadi perempuan paling sopan dan rapi? 

Saya juga tidak ingin mengalami lagi penghakiman karena tampilan luar. 
Come on ladies, kita semua bersaudara. Mari maju bersama. Merengkuh bersama menuju jalan yang baik. Jika menganggap kami kurang baik, jangan pandangi kami dari ujung kepala sampai mata kaki seperti itu. Rengkuhlah kami, genggam tangan kami dan ajaklah kami dengan kebaikan yang sudah kau lakukan dan kau yakini. Bisa kan ukhti?


6. Jaga Kehormatan 

Saya sedih sekali jika mendengar kisah perempuan disakiti. Tapi lebih sedih lagi ketika mendengar perempuan berani melakukan perbuatan tidak setia kepada pasangan halalnya. 

Karir boleh gagal. Di cap miskin kek, itu juga boleh. 
Tapi kawan, jangan sampai kita di cap sebagai perempuan tak bermoral.

Jangan selingkuh, plis deh.
Ingat anak, ingat bapak ibu. 
Jika dalam pernikahan sudah tidak ada hal untuk dipertahankan, ambil sikap. 
Janganlah hancurkan harga dirimu hanya untuk membuktikan kalau kau masih laku. 

Jagalah kehormatan. HARGA DIRI. Harus kita pegang kuat-kuat kawan.

Kalau tidak punya lagi harga diri, trus kita punya apa lagi?
Bisa kan, kawan?

*tarik nafas panjang 

Cukup ini yang ingin saya bagi dari suara hati. 
Kali ini saya tidak bicara tentang perempuan harus melek teknologi.

Selamat Hari Perempuan Internasional.
Mari bergandeng tangan menjalani hari-hari. 

Salam,

Heni Prasetyorini

Dengan Sepatu Yang Tepat Perempuan Bisa Makin Percaya Diri, Inilah Alasannya

Tidak ada komentar
shoes transform your body language & attitude. they lift you physically & emotionally [Christian Louboutin]

Emang bener juga sih quote diatas kan ya?
"Sepatu akan mengubah bahasa tubuh dan perilakumu. Dia akan menaikkan (kepercayaan dirimu) baik secara fisik maupun emosional.

Pernah mengalami nggak, salah milih sepatu?
Saya pernah.
Waktu itu ada even di sebuah hotel. Di benak saya, jarak tempat parkir dan lobi hotel pasti dekat. Saat itu saya naik sepeda motor, eh ternyata tempat parkirnya jauh harus memutar di jalan belakang. Alhasil, karena itu acara resmi saya pakai sepatu hak tinggi. Bersepatu hak tinggi tanpa kaos kaki, dengan jalan menanjak dan cukup jauh, sukses membuat kaki saya lecet. Hasilnya? sepanjang acara saya gelisah. Pakai sepatu, sakit. Dilepas, kok nggak sopan. Apalagi saat mulai sesi foto, luch dan networking. Haduuh tersiksa saya, karena harus wara-wiri jalan kaki.

Dengan pengalaman lecet itu, sekarang saya lebih berhati-hati memilih sepatu  sesuai acara. Tentu saja, setelah mengamati koleksi sendiri, merasa ada yang harus ditambahkan. Untungnya di situs online MatahariMall.com tersedia banyak pilihan koleksi sepatu perempuan cantik. Nah, model sneaker gini nih yang saya demen. Anti lecet dan bisa dibuat gerak dengan leluasa.
koleksi MatahariMall.Com

Saya amati juga, sekarang makin banyak perempuan menggunakan sepatu model Sneaker gini ya? mulai mereka pakai gamis syar'i sampai celana jins, semua pakai sneaker. Sekarang udah nggak aneh lagi, malah keren. Makin keren bagi saya, karena bisa lari kesana kemari dengan enaknya kalau pakai sneaker.

Hal ini, saya buktikan di even para Female Geek berikutnya. Di acara yang diisi programmer perempuan yang hebat itu, saya memakai kulot lebar batik dan sneaker warna warni. Aslinya sih sneakernya warna biru tua aja polos. Saya iseng mau belajar melukis sepatu, jadi deh diwarna dengan cat akrilik. Hasilnya nggak terlalu bagus, tapi tak tampak di foto kok, jadi aman, hehehe.

Nah, di saat acara ternyata narasumbernya juga pakai sneaker. Malah dia lucu banget. Bajunya model rok balon seperti putri kecil, sepatunya sneaker santai kayak mau olah raga. Matching juga tuh. Karena dia nyaman banget kali ya? itu orang susah banget difotonya.  Walaupun si mbak ini menerangkan tentang Data Base yang rumit dan coding banget, tapi ekspresinya tetap santai, senyum dan penuh percaya diri. Pasti ini karena sepatunya enak dipakai. Yakin deh.

Tapi, yang keren dan asik juga bukan sepatu sneaker aja kan?
Mungkin sepatu berhak tinggi, alias high heel, bisa enak dipakai asal kita milihnya tepat. Nah, milih di katalog online di situs tadi, bisa dilakukan untuk menambah koleksi sepatu perempuan cantik. Kalau bisa, milihnya yang warna netral untuk mudah dipadu padankan dengan busana kita. Tapi kalau emang karakter kita berani dan suka tabrak warna, bebas ajaaa mau milihnya sepatu apa.

Yang penting, sepatu tepat akan membuat kepedean kita meningkat. Sepakat?



Stop Gaptek! Perempuan Harus Melek Teknologi

Tidak ada komentar

Though we do need more women to graduate with technological degrees, I always like to remind women that you don't need to have science or technology degrees to build a career in tech. [Susan Wojcicki]

 Sepakat dengan kalimat dari mbak Susan Wojcicki diatas?

"Walaupun kita butuh lebih banyak perempuan yang lulus dari kuliah teknologi, saya selalu mengingatkan bahwa kamu tidak perlu harus jadi lulusan  Sains atau Teknologi lebih dulu, untuk membangun karirmu di bidang teknologi".

Kalau saya, sangat sepakat dengan kalimat diatas.
Dunia teknologi, sangat terbuka menerima calon pebelajar dari berbagai latar belakang.Contohnya teknologi digital kreatif di dunia blogging yang saya geluti sampai sekarang.Membuat blog, merawat dan mengoptimalisasi blog, menjadi BLOGGER, boleh dilakukan oleh siapa saja. Profesi inilah yang paling bisa menerima saya apa adanya.

Mbak Heni, bukannya udah lulus S2?
Iya itu benar. Tapi, walau sudah lulus S2, background saya 14 tahun sebelumnya adalah ibu rumah tangga (IRT). Ketika saya mencoba menggunakan ijazah S2 untuk melamar pekerjaan formal di jaur pendidikan, entah sebagai guru atau dosen, ternyata tidak mudah.

Betapapun saya sudah aktif di dunia pendidikan dari balik layar laptop, kinerja saya tidak tertulis dalam lembaran sertifikasi formal. Mungkin selain faktor IRT ditambah juga usia saya yang sudah over deadline untuk diterima sebagai karyawan :).

Maka, menjadi pekerja bebas (freelancer,), atau pekerja usaha sendiri (self employee) adalah pilihan termudah. Salah satu pilihan adalah menjadi blogger, writer dan trainer pendidikan terutama digital learning.

Ada hal menarik yang saya temui ketika terjun lebih dalam ke komunitas Blogger. Di sana saya berkenalan dengan perempuan yang lulusan SMP, namun kinerja sebagai Bloggernya sudah luar biasa. Dari ngeblog saja, beliau bisa menghidupi keluarganya. Sebut saja namanya Mawar  *loh doi pedagang boraks? - LOL

Anyway, bicara gelar sekolahan, Ibu Menteri kita, bu Susi, juga sekolah formalnya sampai SMP kan?
So, gelas is not a big deal. Bukan patokan kualitas diri seseorang.

Memang benar, belajar dan sekolah formal bukan satu hal yang sama. Belajar itu wajib, bagaimanapun caranya. Jika melihat profil blogger teman saya itu, saya sering menggumam sendiri.
"Seandainya semua perempuan mau melek teknologi, sedikiit saja. Bayangkan sebesar apa pencapaian dalam hidupnya?".

Kalau mau?
Ya kalau mau!
Karena saya masih sering menemukan teman, kenalan, atau perempuan yang tidak peduli dengan teknologi. Cuek dengan ke-gaptek-annya. Namun merasa dunia runtuh karena dia tidak punya skill apa-apa untuk bekerja.

Diajari bikin email, nggak mau lihat langkah saya.
Dibikinin email, nama password selalu lupa.
Padahal mereka lulusan SMA, D3, bahkan Sarjana.
Gemes banget pokoknya.

Perempuan. Ladies. Women.
Ayo toh, melek teknologi. Jangan gaptek, pliiis plis banget deh.


Kita harus meningkatkan kemampuan diri, bagaimanapun bentuknya. Jika fasilitas sudah di genggaman, hape canggih bahkan iphone selalu ditenteng kesana kemari, tinggal memaksimalkan gadget itu. Kalaupun, jika kita sudah dalam zona nyaman. Cukup ekonomi. Rumah tangga harmonis serasi. Anak sekolah di tempat favorit. Tetep saja nggak ada salahnya kita belajar lagi, kan?Kalaupun kita nggak butuh hal lain, Kita bisa membantu orang lain, kan? Kan? Kan?

Ayolah bersusah-susah sedikiit saja.
Agar bisa menjadi garda depan keluarga.
Jika ibu gaptek, bagaimana bisa paham cara mengaktifkan fitur Parental Control, di gadget anak?
Bagaimana bisa diajak ngobrol anak dan suami, yang biasanya lebih melek teknologi?
Apa mau jadi warga kelas dua terus-terusan?
Being underdog?

Ah, ayolah.
Jika mau, kita bisa berbuat sesuatu.
Perempuan, kita harus mulai melek teknologi.

Betul tidaaakk? *masih ala AaGym :)

Semoga menginspirasi
- Heni Prasetyorini -