Berbagi Motivasi Untuk Go Creative Go Digital di Campus Alfa Prima Denpasar Bali Bersama Bekraf

1 komentar
Ada magic-nya juga ya saya sering nyetel lagu Lembayung Bali yang dinyanyikan oleh Saras Dewi, ketika di depan laptop. Karena saya akhirnya terbang juga ke B-A-L-I. Wushhh.....

di depan kampus Alfa Prima, Denpasar Bali

Memenuhi undangan dari BEKRAF sebagai alumni Coding Mum dan pelaku bisnis kreatif, saya diterbangkan ke Denpasar Bali untuk berbagi kisah, inspirasi dan yang pasti energi motivasi ke mahasiswa di Campus Alfa Prima dan beberapa tokoh dari Karang Taruna di sana. 

Senin, 6 Agustus 2018 pukul 3 sore saya sudah berangkat ke bandara Juanda. Dengan pesawat Garuda Indonesia, saya sampai di Bali sekitar pukul 8 malam. Loh kok lama banget? iya karena jadwal terbang baru jam 5 sore lebih dikit. Karena rumah saya jauh banget dari bandara Juanda, jadi saya berangkat lebih awal. Jaga-jaga jika ada macet di jalan. Surabaya gitu loh. 

Singkat cerita, esoknya, Selasa 8 Agustus 2018, sekitar pukul 8.30 pagi saya sudah ada di depan campus Alfa Prima.  Sebuah kampus yang tidak terlalu besar dan ternyata memang didesain seperti itu. Kampus kecil, lokal, untuk warga lokal.

Campus Alfa Prima masih membuka jenjang diploma 1 & 2 saja. Yaitu kuliah yang ditempuh dalam 1 sampai 2 tahun. Tentu saja dengan jangka waktu belajar yang singkat itu, maka jurusan yang disediakan adalah bidang vokasional atau keterampilan. Dengan harapan, materi kuliah akan menjadi modal untuk bekerja.


serasa bersama ponakan sendiri yang dulu suka nari Sekar Jagat ini :)

Acara dibuka dengan persembahan tari penyambutan. Tari Sekar Jagat. Sebelum mereka menari, saya sempatkan untuk berfoto bersama. Warna-warni pakaiannya sungguh menarik hati. Saya pun ingat saudara dari Bali yang suka menari seperti ini ketika masih mahasiswi. Mereka serasa keponakan sendiri lah ya :)

Tari Sekar Jagat ini biasanya ditarikan oleh para wanita. Berasal dari kata "Sekar" berarti bunga yang harum dan "Jagat" adalah dunia sehingga tari ini berarti tarian bunga di taman yang harum di seluruh dunia.
Tari ini menggambarkan damainya dunia dengan semerbak kembang - kembang bunga yang menghiasinya.

Terbukti ya, mulai di bandara, hotel sampai di campus Alfa Prima, bunga-bunga yang cantik dirangkai dan diletakkan di mana-mana. Semua demi pesan untuk kedamaian dunia. Ah, indahnya. 

Setelah pembukaan ini, semua orang menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sebuah momen yang selalu membuat bulu kuduk merinding. Padahal masih menyanyi di negeri sendiri, bagaimana rasanya menyanyikan lagu kebangsaan di negeri orang, coba? "mbrebes mili pasti" :)


WORKSHOP PEBISNIS KREATIF BERBASIS PENTAHELIX

Saya bersama tim Bekraf dari Jakarta, datang ke Bali untuk mengikuti acara Workshop Pebisnis Kreatif Berbasis Pentahelix. Yaitu semacam acara untuk berbagi informasi, inspirasi dan motivasi kepada anak-anak muda tentang peluang bisnis kreatif di era millenial ini dan bagaimana keterkaitannya dengan pentahelix. 


talkshow tentang Pentahelix


Pentahelix yang dimaksud di sini adalah 5 bagian yang bisa saling berkolaborasi untuk kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia. Yang antara lain dari pihak ACADEMIC, BUSINESS, GOVERNMENT, COMMUNITY dan MEDIA. Atau diartikan Pentahelix adalah keterkaitan antara pihak dari AKADEMISI, BISNIS, PEMERINTAH, KOMUNITAS dan MEDIA. 

Workshop diawali dengan talkshow bersama dari kelima bagian pentahelix tersebut. 
Akademis diwakili oleh bapak Made, selaku Direktur Campus Alfa Prima, Bali. Pemerintah diwakili bapak Wawan dari Deputi BEKRAF dan bapak Putu dari Komisi X DPR Indonesia. Bisnis dari  mbak Ayu, tim Qlapa, sebuah marketplace khusus produk handmade asli Indonesia. Media diwakili oleh mas Daud, yang berasal dari radio dan saat itu menjadi MC acara. Sedangkan saya sendiri mewakili Bisnis juga, dalam hal ini sebagai alumni Coding Mum Surabaya - salah satu program Bekraf, dan sekaligus sebagai pelaku bisnis kreatif. Untuk komunitas diwakili oleh peserta yang berasal dari mahasiswa campus Alfa Prima Denpasar dan beberapa wakil dari Karang Taruna di Bali. 

Inti dari talkshow itu adalah menyampaikan informasi, bahwa di setiap bagian pentahelix itu  mempunyai beberapa program kerja yang kelak bisa saling berkesinambungan. Pertanyaan dan pembicaraan selama talkshow lebih kepada bagaimana para pelaku bisnis kreatif ini bisa meraih bagian Pemerintah melalui BEKRAF. 

Saya hanya menjawab beberapa pertanyaan dari MC, yang intinya menceritakan pengalaman saya sebelum, ketika dan sesudah mengikuti CODING MUM di Surabaya. 

Selesai talkshow bersama, acara dijeda sebentar untuk makan siang dan sholat dhuhur. Waktu akan sholat, ada kejadian cukup menarik karena mahasiswa di campus itu kaget ketika kami bertanya, "Musholla di mana ya dek? tempat sholat di mana?"

Ya sangat diterima dan dimaklumi karena sepertinya semua mahasiswa, dosen dan juga pekerja di campus itu adalah asli dari Bali yang mayoritas beragama Hindu. Kami pun ditunjukkan ruang sekretariat yang cukup bersih untuk dibuat sholat. 

Keheranan ini juga saya rasakan ketika bertanya ke petugas lobi hotel. "Mbak, arah kiblatnya mana ya?". Dan dia pun kaget, diam sebentar. Lalu menjanjikan akan menanyakan hal ini kepada teman lainnya. Ekspresi kagetnya itu cukup mengejutkan juga bagi saya, karena hotel adalah area publik yang biasanya sudah menyiapkan hal ini.

Saya bertanya karena waktu masuk kamar hotel, mencari tanda panah kiblat di manapun, tidak ketemu. Salah satu teman dari Qlapa, lalu bilang, "mbak Heni, download aja aplikasi arah kiblat".

Ah iya, dia benar. Ini adalah hal yang belum pernah saya alami. Selama ini bepergian masih di jalur Jawa, yang mayoritas muslim juga. Dan rasa lokal juga. Sementara saat itu saya di Bali, mayoritas Hindu dan rasa sudah internasional pula. Saya memaklumi kejadian tadi, dan kelak akan siap untuk mengantisipasi kondisi yang serupa. 



mahasiswanya semua dari Bali. Wajahnya rada mirip orang Jawa sih, manies :)

Selesai makan siang, sholat dan istirahat, acara dilanjutkan dengan workshop yang diisi oleh 3 narasumber. Yang pertama maju adalah saya, menampilkan tema Go Creative Go Digital. 

Slide Presentasi Saya



Lalu mas Daud, yang mengajak peserta dengan asiknya untuk mengenal peran media, terutama radio. Juga memberikan trik bagaimana bisa menembus media dengan pundak yang tegap berdiri. Jadi kalau mau mengajak kerjasama dengan radio, misalnya, nggak perlu dengan nada "ngemis-ngemis gitu". Terakhir ditutup presentasi dan giveaway foto instagram yang paling kece oleh Mbak Ayu dan Mbak Rina dari Qlapa. Sebelumnya diselingi aksi heroik Kak Jey, trainer dari campus Alfa Prima, yang memberikan jogetan seru untuk ice breaking. Saking serunya, saya dan tim Qlapa nggak tega mau ikutan, jadi cuma merekam doang hahaha.

video ice breaking


Dalam hati ini salut dengan kepiawaian Kak Jey merebut hati para mahasiswa. Dan seusai acara, saya sempat berbincang cukup lama dengan beliau. Kak Jey ternyata trainer bagian sumber daya manusia. Beliau menyampaikan ketertarikannya dengan program CODING MUM.

Kalimatnya yang unik dan saya ingat adalah seperti ini,
"saya pernah kenal coding dulu, tapi kayaknya sulit. Jadi saya tinggal saja, sekarang lebih ke konten kreator seperti video, gambar dll. Mendengar mbak Heni kok kayaknya asik juga jika anak-anak muda di Bali ini dikenalkan coding. Mereka bisa membuat website dan bekerja dengan skill itu kayaknya oke juga. Coding itu sulit ya? tapi kalau ibu-ibu saja bisa, kenapa kami tidak?"

Yah, kalimat terakhirnya seperti JACKPOT deh. Atau Jebreeet Jebreeettt ala komentator sepakbola.

Itulah poin yang selalu saya kumandangkan ketika diundang jadi narasumber di manapun. Termasuk di hadapan mahasiswa yang masih begitu muda belia.

Saya tekankan, "Hei, Kalau ibu rumah tangga aja bisa, kenapa kalian tidak?"

bersama pebisnis Kipas Lontar sekaligus HRD dari Alfa Prima

Sebelum percakapan dengan kak Jey dan Gek cantik satu ini di akhir acara, saya merasa sesi workshop saya kurang efektif. Dari Surabaya saya siapkan sedikit gambar, foto ataupun video. Maksud saya ketika maju ke depan, saya maksimalkan untuk bicara dua arah. Bagaimana dan apa yang saya bicarakan, biar mereka pada "browsing" aja di hape masing-masing.

Sepertinya taktik saya keliru saat itu. Dan saya tidak membuat slide backup atau file siap putar lainnya. Malah slide presentasi yang saya buat menggunakan Google Slide, setelah diunduh dan dibuka file di laptop Alfa Prima, bentuknya berantakan. Ada font yang tidak sama. Untung saja, saya sudah mengunduh versi file pdf. Nah, karena presentasi dengan file pdf, jadi terbatas untuk bereksplorasi. Semoga mahasiswa pada kepolah ya buka blog dan link semua sosial media yang saya tunjukkan. Atau browsing segala kata kunci yang sudah saya sampaikan dalam pembicaraan. 

Kembali ke Gek Cantik di atas, saya lupa namanya. Tapi beliau punya bisnis membuat Kipas Lontar yang sudah laris dijual di Kementerian Indonesia. Gek ini bertutur tentang kegundahannya, kenapa kipasnya laku dibeli oleh orang luar Bali. Tapi tetangganya sendiri ibaratnya, tidak tertarik dengan kipasnya. Matanya sampai berkaca-kaca loh ketika menceritakan hal ini. 

Saya pun berbagi cerita pengalaman jualan online, juga pengalaman ketika menjadi Trainer Gapura Digital di Surabaya serta berdiskusi di komunitas UMKM di Surabaya. 

"Gek ini kok aneh? orang pada pengen produknya bisa ekspor, disukai oleh orang luar negeri. Ini sudah gek capai, kok tetep sedih?"

Dia pun tersenyum, dan masih menahan air matanya. Nggak tahu kok sedih banget si embak ini ya? 

"Oke, kita tidak bisa menjual satu produk untuk semua orang. Target market harus dipilih salah satu. Jika orang terdekat gek tidak suka produk ini, ya sudah tawarkan produk lain. Atau malah aktifkan mereka sebagai produsennya. Mungkin saja mereka kurang tertarik karena hampir setiap hari melihat daun lontar. Sementara itu bagi orang luar negeri, sangat unik dan menarik. Bahkan saya pun belum pernah memegang daun lontar langsung. Saya orang Jawa saja padahal"

Mata gek ini sedikit berbinar. "Jangan sedih, banggalah. Dan terus asahlah serta peliharalah pencapaian ini." Kemudian kami pun bertukar inspirasi bagaimana cara memaksimalkan websitenya agar "branding" Kipas Lontarnya semakin terlihat "mahal" dan sesuai dengan target marketnya. 

Ah, kalau bisa seharian di situ ya untuk ngobrol panjang lebar. Senang jika langsung ngobrol dengan pebisnis UMKM begini. Mereka mentalnya tangguh-tangguh dan tahan banting biasanya. 


Kiri-Kanan: Ayu dari Qlapa, Pak Wawan dari Bekraf, pak Putu dari Komisi X DPR, pak Made - Direktur Alfa Prima, saya


foto bersama - Alfa Prima = BERANI SUKSES!!!


di depan lobi hotel bersama geng Bekraf dan geng Qlapa
Ki-ka: Bayu, Ayu, Rina, Saya, Agung

Pengalaman di Bali kali ini sangat berkesan. Mulai dari kondisi sebelum berangkat. Ketika tiket pesawat sudah siap. Lalu ada berita gempa cukup besar di Lombok. Malam Senin saya pastikan dulu kepada pihak Bekraf, apakah acara lanjut atau ditunda. Kemudian mereka menjawabnya, "ON schedule mbak. Semoga aman."

Dan alhamdulillah, di Bali memang aman sampai saya kembali ke Surabaya. Hal yang terus akan saya asah untuk terus tajam menancap di hati saya adalah tentang konsep pendirian kampus Alfa Prima. Kampus diploma. Kampus kecil. Didirikan di daerah. Tujuannya agar semua anak daerah bisa kuliah tanpa harus jauh-jauh pergi ke kota. 

Saya jadi terbayang pelosok-pelosok desa di Jawa Timur. Bagaimana jika kelak di sana, berdiri kampus diploma berbasis bisnis kreatif, coding, blogging, konten kreatif dan semua skill serta networking yang sudah saya bina selama ini. Sejak mengikuti Coding Mum Surabaya tahun 2016,  sampai saat ini, 2018,  memulai kelas Coding untuk anak dan guru di Kelasku Digital

Baiklah, saya tahu selanjutnya harus menapaki anak tangga yang mana.
Terima kasih Bekraf. Terima kasih Alfa Prima. 

Marlina: Jadi Peneliti Nuklir? Siapa Takut!

1 komentar
"Saya memang ingin jadi Peneliti bidang Nuklir," kata Marlina. 


Jawaban dari peneliti nuklir yang bekerja di BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional)  ini cukup mencengangkan. Memang ada ya orang yang dari awal sudah ingin berkarya dan berkarir di satu bidang yang menurut orang awam, cukup bikin "ngeri".

Ya, kata NUKLIR di benak orang awam, yang muncul secara visual adalah negara yang hancur berkeping-keping setelah dikirimi bom nuklir. Jadi nuklir = bom = perang = seram. That's it. Isn't it? Iya kan ya?

Nah, kalau bayangan sudah sengeri itu, kok ya kak Lina ini mau "bertemu" nuklir setiap hari?
Daripada mengira-mengira jawabannya, mari kita baca dengan seksama hasil wawancara melalui email ini dengan kak Marlina, peneliti nuklir Indonesia.

Apakah tidak kuatir dengan dampak nuklir ketika bekerja sebagai
peneliti? dan bagaimana cara mencegahnya?

Tidak khawatir, karena pada awal bekerja di BATAN mendapat diklat dasar mengenai Proteksi Radiasi. Diklat ini memnjelaskan semua bahaya radiasi dan usaha untuk memproteksi diri dari radiasi. Selain itu, selama bekerja dengan zat radioaktif, kita mengguanakan TLD badge, yaitu alat untuk membaca dosis radiasi yang diterima tubuh. 

Batasan dosis radiasi yang diperbolehkan diterima oleh pekerja radiasi, yaitu 20 mSv/thn. TLD badge
ini dievaluasi setiap 3 bulan sekali. Sehingga kita bisa mengukur jumlah dosis yg diterima. Tapi, selama saya bekerja di BATAN, belum pernah mencapai hingga dosis 20 mSv/thn. Jadi masih aman lah... Semisal pada pertengahan tahun sudah mencapai dosis maksimal, maka pekerja radiasi tidak diperbolehkan bekerja dengan zat radioaktif lagi hingga waktu yang ditentukan.

Selama bekerja dengan zat radioaktif, pekerja radiasi selalu ditemani oleh petugas Pengawas Radiasi. Petugas ini bertugas untuk mengukur besaran paparan radiasi di tempat kerja dan juga mengawasi apabila ada kontaminasi zat radioaktif.


Sebenarnya menjadi peneliti nuklir, berbahaya nggak sih, terutama bagi perempuan? dan sampai seperti apa bahayanya?

Efek radiasi itu terbagi 2, yaitu efek deterministik dan efek stokastik.
Efek deterministik yaitu efek jangka pendek yang dirasakan langsung akibat adanya zat radioaktif dengan dosis tertentu. Misalnya dapat mengakibatkan pusing-pusing, atau jika terkena kulit tubuh, bisa terjadi ruam kemerahan, atau seperti terbakar, bergantung pada tinggi rendahnya aktivitas zat
radioaktif.
Sedangkan efek stokastik adalah efek jangka panjang yang terjadi karena adanya akumulasi efek dari zat radioaktif, walau dengan aktivitas sekecil mungkin akan memberikan efek di masa depan.

Efek untuk perempuan atau laki-laki, sama saja. Memang ada efek radiasi bagi sel/organ reproduksi tapi itupun bergantung pada dosis yang diterima oleh pekerja radiasi. Jika masih di bawah dosis ambang, mudah-mudahan tidak ada efeknya.


Jika ada anak muda ingin menjadi peneliti nuklir, tahap belajar harus seperti apa?

Di BATAN sangat luas bidang ilmunya. Banyak sekali bidang keilmuan untuk  menjadi peneliti di BATAN. Diantaranya: Teknik nuklir, Teknik fisika, kimia, biologi, farmasi, Fisika nuklir, kimia nuklir, material, Teknik  lingkungan, apoteker, dokter umum, dokter hewan, dokter spesialis
kedokteran nuklir, pangan, pertanian, geologi, geodesi, fisika medis, dan masih banyak lagi.


Apa hal paling asik ketika menjadi peneliti nuklir? 

Menjadi peneliti nuklir, kita meneliti sesuatu yang sangat spesifik. Di Indonesia, hanya BATAN lah yang boleh melakukan penelitian mengenai nuklir, sehingga kita bisa unggul dengan instansi lain. Contohnya penelitian mengenai bioetanol, yang melakukan penelitian ini banyak sekali, ada LIPI atau perguruan tinggi lainnya. Tapi kalau nuklir, tentu saja hanya BATAN yang melakukan sehingga kita meneliti secara spesifik.

Selain itu, kalau ditanya kerja dimana, dijawab kerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional, rata-rata penanya menjadi merasa serem dengan kata nuklir. Nah, kesempatan kita buat menjelaskan manfaat nuklir. Sehingga masyarakat tidak takut lagi dengan nuklir dan mengetahui akan manfaat nuklir itu sendiri. Bahkan ada abang gojek yang nanya-nanya juga.


Siapa tokoh idola/ilmuwan idola?

BJ. Habibie..
Beliau ilmuwan yang mendedikasikan ilmunya demi kepentingan bangsa Indonesia.

Bagaimana cara belajar sehingga bisa jadi ilmuwan atau peneliti?

Duh susah jawabnya. Mungkin sama aja ya kalau belajar di bangku kuliah mah. Namun setelah menjadi peneliti, kita belajar akan lebih sedikit namun lebih fokus pada bidang ilmu yang kita dalami.

*fokus gais...fokus




Cita-cita tertinggi, ingin membuat apa dari teknologi berbasis nuklir ini?

Berhubung saya sedang meneliti generator Tc-99m, cita-cita saya generator ini akan digunakan secara rutin di rumah sakit. Dimana pada saat ini rumah sakit mengimpor generator Tc-99m dari luar negeri. Harga 1 buah generator Tc-99m impor sekitar 30 juta rupiah perbuah yang dapat digunakan selama 1
minggu. Biaya yang mahal ini pastinya dibebankan kepada pasien. Akan dirasa sangat berat apalagi untuk pasien BPJS.

Kalau generator Tc-99m yang saya teliti ini berhasil, tentunya bisa menggantikan generator impor
sehingga biaya pembelian generator tidak terlalu mahal. Semoga sedikitnya bisa meringankan beban pasien.


Oh ya, di Puspiptek ada Reaktor Nuklir, itu suatu saat akan berbahaya nggak sih bagi lingkungan? misalnya bocor kek atau apa gitu? 

Indonesia punya 3 reaktor nuklir:
1.      Reaktor TRIGA, lokasi di Bandung, memiliki daya 2 MW, mulai beroperasi tahun 1964 pada daya 250 kW, dan diupgrade pada daya 2 MW pada tahun 2000. Fungsi utama adalah untuk penelitian dan produksi radioisotop.

2.      Reaktor Kartini, lokasi di Yogyakarta, mulai beroperasi pada tahun 1979, memiliki daya 100 kW. Fungsi utama adalah untuk penelitian dan pelatihan.

3.      Reaktor GA. Siwabessy, lokasi di Serpong, beroperasi pada tahun 1987, memiliki daya 30 MW. Fungsi utama adalah untuk produksi radioisotop, penelitian material, penelitian berkas neutron, pewarnaan batu permata (gemstone), analisis aktivasi neutron, radiografi neutron, dll

Nah, dengan pengalaman memiliki dan menangani reaktor nuklir hampir 54 tahun dan belum pernah terjadi kecelakaan nuklir, rasanya para ahli reaktor sudah bisa dibilang unggul dalam menjalankan reaktor nuklir. Indonesia sudah sangat unggul di bidang nuklir. Bahkan sampai saat ini Indonesia dijadikan rujukan negara-negara lain di Asia untuk mempelajari tentang nuklir.

Semua pelaksanaan ketenaganukliran di Indonesia, mendapat pengawasan dan inspeksi rutin oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN) dan juga International Atomic Energy Agency (IAEA).

--

Wah, dari wawancara singkat ini sudah lumayan terjawab ya segala kecemasan dan ke-suudzonan kita terhadap nuklir. Tentu saja akan masih banyak lagi pertanyaan lanjutan untuk kak Lina ini. Termasuk bagaimana sih cara kerjanya di laboratorium BATAN? perlu baju khusus nggak? repot nggak bekerjanya dengan baju khusus itu?

Jawaban lanjut di artikel berikutnya ya.
Yang penting sekarang kita semua sudah tahu bahwa,
JADI PENELITI NUKLIR? SIAPA TAKUT!


Marlina, M.Si (Ms)
Bidang Teknologi Radioisotop
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR)
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
Gedung 11 Kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan, Indonesia
Telp/Fax : +62 21 756 3141

Rhenald Kasali: Pendidikan Yang Menghukum di Indonesia

Tidak ada komentar


Lima belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal, dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya, tulisan itu buruk. Logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat.

“Maaf, Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia,” jawab saya.
Dia pun tersenyum.

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak
anaknya dididik di sini,” lanjutnya.

“Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement!”, dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.

Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam.

Padahal, saat menempuh ujian program doktor di luar negeri, saya dapat melewatinya dengan mudah. Pertanyaan para dosen penguji memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun, suasana ujian dibuat sangat bersahabat.

Seorang penguji bertanya, sedangkan penguji yang lainnya tidak ikut menekan. Melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.

Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan
kekurangan penuh keterbukaan.

Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

Etikanya, seorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan. Tapi yang sering terjadi di tanah air justru penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya.

Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukannya melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul.

Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga cenderung menguji dengan cara menekan. Ada semacam unsur balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Lantas saya berpikir, pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakter hasil didikan guru-gurunya sangat kuat: yaitu karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”

Malam itu, saya pun mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa bersalah karena telah memberinya penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya justru mengatakan bahwa “gurunya salah”. Kini, saya mampu melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan rasa takut?

Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: Rotan pemukul, dilempar kapur atau penghapus oleh guru, setrap, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata ancaman: Awas…; Kalau…; Nanti…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin membuat kita lebih disiplin. Namun, juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat.

Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari. atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, kecerdasan m anusia dapat tumbuh, tetapi sebaliknya juga dapat menurun.

Ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh. Tetapi, juga ada orang yang “tambah pintar” dan ada pula orang yang “tambah bodoh”.

Mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan.

Bantulah anak Indonesia untuk maju.

#Smoga bacaan ini, bisa bantu temen2 tentang makna mendidik..
Mendidik adalah utk merangsang anak agar maju,
Membantu menemukan potensi terbaik anak dan mengembangkannya,
Menjadikan anak berbudi pekerti yang baik.

SALAM PERUBAHAN POLA PIKIR


disclosure: tulisan ini adalah repost, dan murni ditulis oleh Rhenald Kasali.

BOOKTUBER Cara Asik Review Buku Di You Tube

Tidak ada komentar

Rubrik ZETIZEN di koran Jawa Pos, hari Sabtu, 21 Juli 2018 ini bikin saya heppi. Ada satu hal baru yang sama sekali nggak kepikiran di benak saya. 

BOOKTUBER
Reviewer buku melalui You Tube. 

Ini kan keren banget to. Emang kreatif yaaa anak-anak millenial. Kalau mereka diberikan wadah untuk berkreasi dan menyalurkan ekspresinya, jadinya tuh unik, macem-macem dan "zaman now" banget gitu loh. 

Menurut hemat saya, trik jadi Booktuber ini bisa berguna untuk:
1. Para guru dan orang tua, agar anaknya suka baca buku. 
2. Para penulis indie, untuk mempromosikan buku karyanya.
3. Cara penerbit indie untuk promosi dan engage dengan pembeli dan pembaca bukunya. 

Sebagai informasi, saya nih termasuk pembaca buku yang rada gila dari jaman orok kali ya? hehehe. Kalau kalian ada kesempatan ketemu ibu saya, pasti diceritani dengan bahasa begini,
"Heni itu waktu kecil, mau pergi kemana aja bisa ngilang. Dicari-cari, eh mojok lagi baca buku. Jadi kalau ke rumah siapa aja, larinya ke meja atau rak, mencari buku."

Zaman kecil tak punya duit lah untuk beli buku macem-macem. Untuk memenuhi keinginan baca buku, itu buku paket mbakyu-mbakyuku udah habis kubacalah walau beda kelasnya jauh. Terutama buku Bahasa Indonesia dan ada kisah cerpen di dalamnya, seneng banget deh. 

Waktu jaman anakku bayi, terutama anak kedua, aku sering begadang sampai malam untuk menyelesaikan novel tebal sekelas novel berjudul NIBIRU tulisannya Tasaro GK (orang Indonesia loh ini yang nulis. Menurutku lebih kece daripada Harry Potter loh). 

Nah, kembali ke booktuber. Menjadi booktuber menurutku adalah cara paling cerdas, smart, puinter untuk menyebarkan VIRUS SUKA BACA BUKU ke segala penjuru. Satu channel booktuber yang disarankan di Jawa Pos tadi adalah milik Maggie Chen. Dan setelah aku buka, iya, kece nih bocah. Coba lihat salah satu videonya deh, 



Saatnya Meniru Yang Muda
Iya nih, sebagai emak-emak yang udah lumayan ubannya #ealah, meniru anak muda gini bikin energi datang lagi. Membuat review buku dalam bentuk video, bisa asik dan menjadikan deretan buku yang ada di lemari buku, rak buku dan beberapa box kabinet plastik itu bisa berguna. 

Yang masih jadi PR saya adalah BELAJAR MENGEDIT VIDEO. 
Kemarin coba gampangan edit pake Video Pad, ternyata pas mau menyimpan as file MP4 kudu mbayar, brenti dulu deh, hahaha. 

Mungkin nanti minta ajari si anak lanang untuk mengedit video dengan tools entahlah yang dia pakai selama ini untuk bikin video game review di channelnya, kayak gini nih



waduh, bikin gambar, bikin video, urusan multimedia gini, selalu bikin aku rada gemes dan mendadak migren heheh. Tapi ya, belajar basic aja, penting kali ya. Atau nanti belajarnya edit video dari android aja coba deh. Kalau udah bisa, nanti saya kabari di blog ini lagi.

Oke, selamat mencoba membuat video untuk review buku. Jika sudah tayang tag saya ya di sosial media.
Bisa di instagram @heniprasetyorini, fesbuk: fb.me/heniprasetyorini, atau twitter: @HeniPR.

Happy weekend.

Tahap Praktis Agar Bisnis Anda Bisa Go Online

Tidak ada komentar


Sebuah pesan masuk ke whatsapp saya, dari seorang konsultan pebisnis UMKM di Sumatera Utara. Beliau menanyakan bagaimana tahapan agar bisnis para binaannya bisa go online?


Pesan ini saya terima ketika masuk dalam grup komunitas Pendamping UMKM Naik Kelas atau disingkat LUNAS. Yaitu sebuah program peningkatan kualitas pebisnis UMKM yang digagas oleh Cak Samsul, yang juga sebagai founder SCCF (Surabaya Creative City Forum).

Baca tentang SCCF di sini: 


Pengalaman bisnis saya, pasti tidak sepadan juga dengan penanya. Saya sempat berbisnis online di tahun 2010, yaitu dengan membuka Jilbab Orin. Kemudian di tahun ketiga, saya memilih berhenti bisnisnya dan melanjutkan studi.


Hal yang menarik untuk saya bagi adalah dalam waktu singkat, 3 tahun tersebut, bisnis saya bisa diliput oleh media televisi. Dan itu karena profil bisnis saya ada di internet. Dan itulah dasar utama dari bagaimana menjadika bisnis anda Go Online. 


Pada saat itu skill bisnis saya sama sekali NOL. Bahkan skill Go Online juga Nol. Semuanya modal bertanya pada Teman yang berjualan online lebih dulu, dan bertanya ke Google. 

Saat ini belajar bisnis online jauh lebih mudah. Banyak training baik online maupun offline yang menerangkan cara agar bisnisnya bisa meningkat berkat teknologi berbasis internet. Salah satunya seperti yang saya ajarkan ketika menjadi TRAINER GAPURA DIGITAL.



Gapura Digital adalah program dari Google untuk memfasilitasi pebisnis UMKM bisa go online menggunakan berbagai tools google. Program ini gratis dan diadakan di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk di Surabaya. 

Saya termasuk angkatan pertama trainer Gapura Digital di Surabaya. Keseruan menjadi trainer bisa dibaca di sini.

Nah, singkatnya walau saya rehat sejenak untuk menjadi pedagang jilbab online, saya tidak berhenti ada di ranah bisnis. Kali ini saya menjadi edukator dimana agar pebisnis ini bisa menggunakan teknologi digital dan internet untuk memudahkan kegiatan operasional bisnisnya. 

Untuk tahapan memulai agar bisnis anda go digital dan go online, saya sarikan sesuai pengalaman saya sebagai pedagang dan juga pengajar. Silahkan di simak.


A. Konsep Bisnis Go Online
  1. Profil bisnis anda sudah muncul di internet ketika orang mengetikkan url alamat website anda atau mencari produk bisnis anda di google. 
  2. Anda sudah bisa berkomunikasi dan bertransaksi secara online.
  3. Tersedia website sebagai pusat informasi dari bisnis anda. Website bisa dibuat khusus, blog gratisan atau dari google site. 
B. Untuk mulai langkah sederhana bisnis go online, buatlah akun di semua platform online yang sudah tersedia di internet dan pilih yang gratis dulu. Contohnya adalah:
  1. blog yaitu blogspot/wordpress
  2. google bisnisku
  3. facebook
  4. instagram
  5. twitter
  6. marketplace untuk jualan online, seperti buka lapak, shopee, tokopedia, blibli dan lain sebagainya. 
C. Optimasi Media
  1. Setelah bisnis anda ada di semua sosial media, blog dan marketplace, maka saatnya mengoptimalisasi semua platform itu. 
  2. Maksimalkan keunggulan produk/jasa bisnis anda, dan tampilkan di sosial media.
  3. Sediakan nomer kontak yang bisa dihubungi. Mulai dari nomer telepon, whatsapp dan email.
  4. Berikan respon yang sangat cepat jika ada orang yang bertanya dan menghubungi anda. Walaupun itu jadi membeli atau tidak, harus direspon sebaik mungkin. 
  5. Lakukan rutinitas untuk mengisi facebook, instagram, blog dan google bisnisku sehingga "keberadaan" bisnis anda di dunia internet tidak menghilang. 
  6. Jawablah komentar dan pertanyaan yang ada di sosial media itu dengan ramah dan sebaik mungkin dan informasi yang lengkap. 
  7. Jika sudah berhasil terjadi transaksi, maka lakukan sebaik mungkin. Rapi, cepat, aman dan usahakan memastikan barang yang dipesan sampai di rumah pembeli dengan baik. 

Itulah beberapa sharing saya agar bisnis anda bisa go online, untuk tahap awal dan pemula. Jika langkah ini sudah anda lakukan, maka tingkatkan lagi kemampuan go online dan go digital anda. Jika masih ada pertanyaan, silahkan hubungi saya di email: heni.prasetyorini@gmail.com atau langsung ke instagram @heniprasetyorini. Semoga bisnisnya sukses mulia.