Tampilkan postingan dengan label coding mum. Tampilkan semua postingan

Belajar Coding Sampai Mendelik di Usia Cantik

4 komentar
 Never too old to set another goal or to dream a new dream, -C.S. Lewis -

Udah emak-emak, punya anak udah bujang pula, ngapain sih mbak Heni belajar coding?
Lalargawe alias nggak ada kerjaan kalau kata orang Jawa. 


Ya, saya nggak mikir terlalu panjang kalau masalah nyari ilmu mah. Sekalinya penasaran, ada kesempatan belajar, ya langsung berangkat aja. Nggak pake acara babibubebo, mikirin bakalan berguna atau tidak.

Lah, emang ada ilmu yang sia-sia?
Ya nggak ada. Semua ilmu pasti berguna. Kecualiiii itu ilmunya aneh-aneh. Kayak ilmu menggandakan uang, nah itu aneh kan? ajaib, jadi nggak perlu dipelajari. 


Sekarang itu banyak keuntungan loh dengan adanya sosial media dan berkembangnya teknologi informasi. Kalau mau rajin dan tekun mencari, bertebaran tuh peluang belajar ilmu yang berkualitas tanpa bayar alias gratisan.

Contohnya yang saya alami sendiri. Karena rajin stalking di sosial media para programmer, akhirnya saya ketemu banner belajar coding gratis. Yaitu Coding Mum yang digagas oleh BEKRAF.
hari kedua belajar coding bikin website di program Coding Mum

Disini saya belajar membuat website alias web design, sekitar bulan April 2016. Codingnya menggunakan bahasa pemrograman HTML5, CSS3, PHP, Javascript dan Bootstrap. Selama hampir 3 bulan saya belajar coding sampai mendelik, kikikik...

Gimana nggak mendelik, wong saya berangkat dengan modal seadanya. Pakai netbook HP Mini alias laptop mini kecil mungil dengan layar berukuran 7 inch. Kebayang lihat code HTML dan CSS yang buanyaak itu dengan layar monitor kecil, pasti mata kita mendelik laaahh...

tuuh kecil kaaan tampilan kode CSS nyaaa

Walau begitu saya nggak menyerah. Lah wong menyerah juga, emang ada yang datang ngasih laptop besar? kan nggak juga, hehehe. Dengan modal dengkul, pengetahuan coding yang awalnya NOL PUTUL alias nol banget, saya memaksa diri sendiri untuk selalu hadir di kelas coding Mum tanpa ada absen sama sekali. Modul selebar kertas legal, sudah full penuh saya isi dengan aneka catatan. Bahkan untuk hal sepele, sederhana, remeh temeh apapun yang dikatakan mentor coding, saya catat.

Lah iya, namanya ibu-ibu. Kalau nggak dicatat nanti lupa. 
Pulang kelas coding, pasti ngapain? ya langsung ke dapur, menyiapkan makan malam buat anak dan suami di rumah. Kalau mereka sudah aman, perut kenyang, udah belajar, mandi dan masuk kamar masing-masing, barulah saya buka laptop lagi. Pasang web whatsapp lagi. Buka grup coding. Lalu ramai copy paste hasil codingan saya di rumah. Bisa sampai hampir tengah malam loh kami begitu. Nah kan, biar kata usia udah cantik banget alias rada tuwir, semangat belajar kami makin menyala.

Beruntung banget saya dapat Batch 1 Coding Mum Surabaya, karena masih bebas biaya. Untuk Batch selanjutnya, harus diadakan mandiri oleh tiap kota, jadi yaa nantinya kudu investasi biaya buat belajar di Coding Mum. 





waktu kelas coding android dengan Intel XDK
Nah, setelah lulus Coding Mum, saya jadi makin penasaran dengan dunia pemrograman. Hobi berburu seminar dan workshop bernada teknologi, makin  gencar saya lakukan. Caranya? ya biasalah stalking sosial media para programmer alias developer.

Eh, ada workshop Intel Women in Technology?
Langsung saja saya daftar disana. Ikut juga karena pengen tahu sebenarnya tahap bikin aplikasi di android itu kayak gimana sih?
Heyaa disini saya malah super nekad karena laptop kecil mungil saya itu, makin ngambeek dan ngadat ketika diinstal dengan software Intel XDK. Nggak kuat diajak ngoding.
Tapi gpp, disini saya dapat banyak kenalan baru. Terutama programmer perempuan yang keren-keren.

ikut lagi di acaranya Female Geek Surabaya

Programmer perempuan?
Emang mau jadi programmer perempuan mbak Hen?
Emang bisa?

Yaa..meneketehe... yang penting saya belajar tentang hal yang bikin saya penasaran. Kalau di depan gerbang sudah ada pintu-pintu dan jendela ilmu yang terbuka, ya saya mesti masuk. Sayang banget kan kalau dibiarkan kosong atau malah ditutup lagi.

Nah, pas Female Geek bikin acara, langsung aja ikutan deh saya. Ini nggak gratisan. Saya tetep ikut juga karena butuh ilmunya dan melihat langsung sosok programmer perempuan itu kayak gimana siiih. Disini buanyak sekali ilmu tentang Cara Menjadi Programmer alias How to Be Developer. Serta big deal adalah, saya dapat kenalan dosen perempuan yang baik hatinya. Bu Farida, dosen ITATS ahli pemrograman yang menawarkan diri untuk menjadi mentor jika saya mau mengajak teman perempuan lain di kelas belajar coding. Alhamdulillah banget kaaaannn....

saya dan bu Farida dosen ITATS. She is a truly femaleDev

Nah itulah gunanya maak terus belajar. Kita jadi kenalan sama orang-orang pintar. Jadi semangat menapaki perjalanan sebagai emak-emak. Apalagi jika bisa mengajak anak belajar atau menjadi inspirasi anak dalam semangat mencari ilmu.

Terbukti nyata. Anak saya jadi makin terarah dan tahu apa yang harus dilakukan ketika saya mengajaknya di acara Developer Day bikinan Bekraf.

saya dan anak sulung di acara Developer Day 

Di acara ini, anak sayaa ikutkan kelas Game Developer. Disana dia mendengarkan banyak narasumber yang bekerja sebagai pembuat game. Mereka rata-rata punya prinsip hidup yang baik loh. Jadi, stigma negatif terhadap game bisa terkikis. Karena, yang salah itu bukan game nya. Tapi orang yang memainkannya. Lagipula game memang ada segmen umur tertentu. Jadi kalau anak kecil kita main game dewasa, itu yang keliru ortunya karena tidak peka dan mengawasi. Begitu yang saya dapatkan disana.

Yang paling amat penting dari acara ini adalah saya menemukan cara untuk bisa ada di samping anak. Saya bisa ngobrol dengan dia. Dia merasakan kalau saya menerima bakat dan minatnya di bidang game development. Jadi bisa KLIK gitu ke anak. Asik loh.

Eeh..dari tadi ngobrolin belajar belajar belajar melulu mbak Heni.
Apa sempat merawat kecantikan diri?
Awas nanti suaminya bete loh, lihat mbak Heni di depan laptop melulu dengan wajah kusam jarang dirawat.




Ya, bener juga sih. Saya kurang telaten emang pake ini itu buat perawatan. Apalagi yang lama banget dan ribet. Untung saja, teman pada baeeekk hatinya. Saya diberi tahu kalau mau wajahnya lebih enak dilihat dan rasanya lebih nyaman, kudu dibersihkan dan diberikan serangkaian produknya L'Oreal Paris Revitalift Dermalift. Biar wajah itu bersih, cerah dan kenyal gitu.

Kalau urusan jaga kulit wajah diserahkan ke ahlinya, kan kita nggak mikirin banget juga hasilnya baik. Sambil terus ngoding, eehh tiba-tiba wajah kita kinclong aja gitu. Asalkan rajin menggunakan produknya L'Oreal Paris Revitalift Dermalift. Beli juga mudah dimana-mana ada. Mau toko online sampai toko offline.

tuh makin lebar kan nyengirnya? ini lagi ikutan Indonesia Android Kejar 12 November 2016 kemarin

Minggu lalu, saya ikutan Indonesia Android Kejar. Sebuah program belajar membuat aplikasi untuk android. Saya tetep aja ikutan disana. Kali ini drama laptop ngadat bisa diatasi dengan baik. Alhamdulillah, hasil dari saya menjadi alumni Coding Mum, bisa saya gunakan untuk membeli laptop yang kuat diajak ngodign dengan software Android Studio.

Perjalanan belajar coding android ini masih sangatlah panjaaaang. Karena saya masih ikut level Beginner. Mengenal bahasa pemrograman baru yaitu Java, bikin mumet juga kepala saya hahaha. Namun saya tak terpikir untuk berhenti sama sekali. Biar lambat, akan saya lanjutkan untuk belajar mandiri di rumah. Karena melalui program ini, saya kan sudah dapat link komunikasi dengan mentor yang bekerja sebagai programmer profesional. Dia baek hatinya pula menyediakan diri untuk menjawab pertanyaan kami via grup messenger.

Pokoknya mak, mbak, adek, pokoke para ladies...
Biarpun pulang ngoding kita ke rumah pake daster itu-itu juga, kerjaannya nyuci piring dll nggak ada perubahan, tetep aja move ooon. Semangat. Jangan berhenti belajar apapun yang membuat anda penasaran dan kelak bisa berguna. Tetaplah produktif. Tetaplah mengupdate segala hal dengan membaca, berlatih dan bertanya kepada ahlinya.

Jangan mudah patah semangat hanya karena pertanyaan, "Belajar Lagi Buat Apa?"

Iya, kalimat gini yang teru saya sebarkan di dunia maya bahkan sampai luar angkasa. Saya pengennya yang baca status sosmed saya tuh, kesepet trus ngacir ke meja belajar atau perpustakaan atau tempat kursus gitu. Buat belajar hal baru.

Bahkan, untuk itu, saya pake jurus bonek untuk bikin workshop coding. Biar ilmu masih cetek, saya kan bisa menggaet Mentor Coding buat ngajarin. Nah, bikin deh, saya share bannernya ya. Bukan buat hardselling, karena dah mau mulai juga workshopnya. Cuma mau nunjukkin kalau saya beneran bikin kelas belajar coding. Alhamdulillah antusias datang dari ibu muda, anak muda bahkan para mahasiswa pascasarjana. Mereka pengen juga bisa bikin website.




Di workshop atau one day training itu, saya siapkan diri jadi asisten trainer atau mentor. Beberapa teman alumni  Coding Mum juga siap membantu jadi asisten.

Bismillah semoga rencana bikin aneka kelas belajar makin lancar ya. Kalau pengen ikutan belajar ,hayuk atuh. Cuma sekarang masih di Surabaya aja. Ntar kalau dah siap, kita bikin kelas online deh. Atau keliling ke daerah-daerah buat nyebar virus semangat belajar dan melek teknologi.

Nah, setelah baca kisah nyata saya, makin semangat berburu ilmu baru kan? Seberapapun usiamu?

Yakin deh mak, semua pasti ada manfaatnya. Mendengar anak sendiri memuji dan bangga ke kita aja, bagi saya udah jauh dari cukup. Bener deh. Buktikan sendiri.

Semoga menginspirasi ya,

Salam,

Heni Prasetyorini

Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”

Terus Belajar : Dari Coding Mum ke Indonesia Android Kejar

4 komentar

Learning to Code is Useful, No matter You're Career Ambitions Are. - Arianna Huffington-

Perjalanan saya masuk ke dalam dunia coding, belajar code (pemrograman), 
sungguh mencengangkan dan semakin mencengangkan. 


Coding Mum.
Saya tak akan berhenti-henti menggunakan hestek Coding Mum (#codingmum) dalam identitas atau sharing di sosial media tentang gerak laku saya di bidang digital kreatif. 
Karena gerakan pemberdayaan perempuan di bidang teknologi digital ini,
bisa dibilang menjadi Titik Belok dari perjalanan karir saya di dunia digital.

Kesempatan itu akan datang bagi mereka yang bersungguh-sungguh dan tak hendak berhenti belajar serta mengajar. 

Quote ini saya buat sendiri, karena saya rasakan sendiri. Setelah lulus dari Coding Mum di Surabaya, sekitar bulan Mei 2016 kemarin, saya tak henti-hentinya mengikuti even baik Seminar atau Workshop yang bisa menambah wawasan dan skill saya di bidang coding. Ketagihan dan penasaran, bisa disebut begitu.

Sampai akhirnya, seorang teman membagikan link tentang Indonesia Android Kejar. Yaitu sebuah program kelas belajar membuat aplikasi android untuk umum.

Awalnya teman saya memberikan link di waktu deadline. Dan saya telat pula membuka pesannya. Terlambat!
Begitu pikir saya.

Tapi, dengan bondo nekad juga, saya klik saja link pendaftaran dan menuliskan data diri sebagai peserta. Pikir saya waktu itu, registrasi online semacam ini ada beberapa kemungkinan. Jika penuh akan ditolak. Tetapi jika ada yang mengundurkan diri, maka akan tersedia lagi peluang bagi saya.

Dari segi umur, juga saya pikir tak akan diterima. Karena membaca program IAK di websitenya, sepertinya khusus untuk anak muda. Walau begitu, saya mengajak teman saya yang juga ibu-ibu, untuk nekad juga mendaftar.

Ketika masa pengumuman tiba, tidak ada satu pun email pemberitahuan bahwa kami diterima. Saya sudah tidak berharap lagi, kecuali untuk batch selanjutnya jika ada peluang akan mendaftar lagi.

Ndilalah, alhamdulillah, ternyata beberapa minggu kemudian, ada email masuk. Dan email itu memberitahukan bahwa saya terpilih Sebagai Peserta Women Study Group - IAK Surabaya.



Sungguh alhamdulillah. Senang sekali rasanya. Kenapa?
Karena saya sudah lama juga penasaran dengan cara bikin aplikasi berbasis android. Nah, tempo hari sih sempat  ikutan acara serupa, hanya workshop sehari yang diadakan oleh Intel XDK.
Sayangnya waktu itu saya cuma bengong sepanjang workshop, karena laptop kecil mungil saya itu nggak kuat menahan beban, eh, nggak memenuhi spesifikasi software Intel XDK yang digunakan untuk membuat aplikasi android. Jadinya ya dieeem aja tampilannya, nggak gerak kemana-mana. HANG.



Nah loh, kekhawatiran juga menyelimuti benak saya nih. Kalau ikutan IAK, harus mengunduh Android Studio. Apakah laptop saya kuat?
Setelah cek spesifikasi yang dibutuhkan dan mendapat masukan dari bu Farida (dosen ITATS) dan Woko , saya yakin 100% kalau laptop saya nggak bisa dipakai ikutan kelas android.

*mulai mlipir ke pojokan T_T

Udah kepikiran aja, mau menyerah aja deh. Nyari pinjeman laptop juga nggak mungkin. Beli laptop baru juga emangnya pakai sulap bisa?. 

Alhamdulillah, suami saya berpikiran jauh ke depan.
Sebenarnya seputar anaknya juga sih, hehehe. Pikirnya, kalau saya bisa android development gini, ntar kan bisa ngajarin anaknya sendiri.Jadi, urusan laptop akan diusahakan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Anggap saja, membeli laptop ini adalah INVESTASI.

Baik, setelah menghitung isi dompet, maka suami saya all out dalam mencari laptop preloved (kayak istilah kosmetik seken aja nih, hehehe). Maksudnya laptop seken atau laptop bekas.

Setelah 3 hari full browsing dan tanya-tanya ke penjualnya, kami berdua pun berangkat naik motor sejauh puluhan kilometer. Kebayang dari Surabaya Barat ke area Medokan Semampir. Lumayan juga nih pinggang, apalagi saya baruuu aja beres bertarung dengan bakteri Salmonella typhi yang ngendon selama seminggu di badan. Jadi badan udah panas dingin meriang melayang nggak karuan rasanya. 



Singkat cerita, jadinya saya dapat alat perang baru yang imut-imut. Warnanya pink. 
Ternyata super matching sama warna stiker Coding Mum. 

Seperti sudah diatur sama Tuhan .......

Stiker itu saya dapat ketika menjadi Narasumber Sosialisasi Coding Mum di Tulungagung.
Dari sana saya mendapatkan benefit fee yang cukup lumayan. 
Awalnya mau saya tabung buat beli emas aja, hahaha khas emak-emak. 
Ternyata berguna untuk membeli laptop Pink ini, yang kemudian dipakai untuk tahap belajar selanjutnya. Bisa dibilang, laptop pink itu termasuk hasil saya dari Coding Mum. Dari Coding Mum untuk Coding Mum. 

Allahu Akbar. Kalau saya ingat-ingat, semakin diingat-ingat, Rabb Allah SWT itu sungguh Maha Mengetahui, Maha Penyayang dan Maha Indah sekali dalam mengatur liku kehidupan makhluk ciptaan-Nya, termasuk saya ini. Betul tidaaakk ? :D



Makin Semangat Belajar Untuk Mengajar Para Moms & Kids


Dari pengalaman ini, saya semakin optimis akan terbukanya peluang berkarir di dunia digital kreatif, terutama coding. Entah itu membuat website seperti program Coding Mum sebelumnya. Juga membuat aplikasi android, seperti yang akan saya ikuti nanti di program Indonesia Android Kejar.


Jika berpikir belajar untuk diri sendiri, saya tidak terlalu akan bersemangat seperti ini. Tetapi, jika saya bayangkan untuk bisa mengajar sesama perempuan dan anak-anak yang lucu, maka semangat saya langsung membara dan menyala-nyala. Sakit typus, ya udah bye bye lah yaaa.... #nenggaksusuberuang


Selanjutnya apa?

Setelah perangkat sesuai spesifikasi siap. Maka saya lanjutkan untuk belajar mandiri tentang bahasa pemrograman menggunakan Android Studio melalui kursus online di WWW.UDACITY.COM.
Kursus ini gratiiisss....




Di Udacity ini, tahapan belajarnya sederhana dan dipotong kecil-kecil, sehingga mudah dipahami. Bahkan beberapa analogi, seperti Parent Code, Children Code dan gambar  bisa memudahkan peserta memahami. Syaratnya cuma satu sih, ngerti bahasa Inggris :D

Nah, ternyata di android, menggunakan XML Syntax.
Wah kebetulan banget, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui nih.
XML Syntax adalah tipe code yang digunakan untuk template blogspot. Jadi, ketika belajar bikin app android, saya sekalian bisa rada ngeh dengan bahasanya template blogspot. Platform blogspot adalah platform yang saya gunakan untuk ngeblog sejak dulu kala, tahun 2009.

Dan saya sungguh suka dengan platform ini. Karena (bagi saya) mudah, relatif aman dan murah jika diredirect ke domain dotcom. Sebuah cara membuat website yang paling mudah dan murah untuk dieksplor dan digunakan untuk blogger atau onlineshopper pemula.


Di Udacity, saya baru sampai ke level 2 Beginner. Video belajarnya cukup lama juga, kadang sampai ngantuk melihat videonya dan konsentrasi ke tahapan tutorial plus kalimat bahasa Inggris yang diucapkan narasumber. Lumayan mikir sih. Walau enak juga, lebih paham sebenarnya karena pasti dijelaskan dengan detil.

Sebagai pilihan, ternyata di internet sudah beredar banyak sekali tutorial serupa yang berbahasa Indonesia. Walau isinya tak sedetil di Udacity, tapi lumayanlah sebagai suplemen biar paham bahasa pemrograman android.

Berikut link belajarnya:
  1. https://www.dicoding.com/academies/2
  2. http://www.okedroid.com/p/belajar-android.html
  3. https://teknorial.com/tutorial-pemrograman-android-studio-bahasa-indonesia/
Tentu masih banyak lagi link belajar mandiri berbahasa Indonesia yang tersebar di blog pribadi orang. Bahkan yang berjualan modul belajar android untuk pemula juga ada. Tinggal bayar ratusan ribu, sudah dikirim DVD nya. 

di kelas IAK di Universitas Ciputra Surabaya (saya pojok kiri)


Syukur alhamdulillah, dengan saya terpilih menjadi peserta Indonesia Android Kejar 2016 ini, saya bisa belajar android secara gratis. Sekaligus bisa mendapatkan link networking baru, yang pasti akan sangaaaat berguna untuk aneka projek kolaborasi di masa depan. 

Wis ah, gitu saja kisah singkat perjalanan saya menuntut ilmu,
walaupun katanya ilmu nggak perlu dituntut karena dia tidak menghina kitab suci, #eh.

Jadi, untuk sahabatku yang mulia dan baik hatinya :v
mari terus semangat mengejar peluang untuk belajar,
Betapapun ada keterbatasan, baik dari segi ekonomi atau apapun, jika niat kuat, pasti diberikan jalan.

Seperti Quote yang saya tampilkan di awal tulisan ini, yaitu :
"Belajar Coding Pasti Berguna, Walau Apapun Ambisi Karir Yang Direncana"

Salam,

Heni Prasetyorini




Female Dev Alert ! Dicari Programmer Perempuan di Indonesia

2 komentar
credit

Female Dev = female developer = programmer perempuan, masih menjadi profesi yang langka. Tidak hanya di Indonesia, di negara lain juga. Kebanyakan yang menekuni dunia IT atau pemrograman, masih kaum adam, laki-laki.
Mengapa?

Entahlah.
Mungkin masih banyak hal paranoid atau kita ketakutan sendiri dengan kata "teknologi". Apalagi ditambahi kata-kata, "pemrograman" dan "coding".

Kenapa harus ketakutan?
Merajut juga sulit. Memasak pun sulit.
Semuanya tampak sulit jika kita tidak mengetahui caranya, ilmunya sekaligus belum terlatih berulang-ulang untuk mempraktekkannya.

Begitu juga dengan coding.

Begitulah pengalaman saya berkenalan dengan dunia coding. Awalnya dengan otak-atik HTML template blogspot sendiri, saya mengenal kode. Setelah itu, mengikuti program Coding Mum di Surabaya. Disana lebih banyak lagi bahasa pemrograman yang saya kenal. Terlebih ketika bisa ngobrol dengan dua programmer perempuan di acara Female Dev Talkshow bersama Intel XDK.

Disana disebutkan bahwa sedikit sekali teman mereka, sesama perempuan, yang jadi programmer. Akhirnya mereka rata-rata menjadi satu-satunya perempuan dalam kelompok kerja di startup yang mereka dirikan.

Untungnya, syukur alhamdulillah ada programmer perempuan yang peduli dan ingin sekali memberdayakan perempuan dari segi per-coding-an alias teknologi pemrograman ini. Saya pernah beberapa kali bertemu mereka dan dikenalkan komunitasnya. Antara lain:


  1. FemaleDev bisa diakses di femaledev.com
  2. FemaleGeek, bisa diakses di femalegeek.phpindonesia.or.id
  3. Girls In Tech Indonesia bisa diakses di http://girlsintechindonesia.com/
  4. Coding Mum, bisa diakses di www.codingmum.id

Jika tertarik untuk belajar pemrograman, bisa kepo-in website, twitter dan sosial media komunitas diatas. Untuk femalegeek, saya baru saja ikutan acaranya kemarin. Asik sekali karena malah kenalan dengan ibu dosen coding ahli data base, yang bisa dijadikan konsultan gratisan dari Surabaya, hehehe. Serta terus menyetrum semangat agar saya belajar terus otak-atik kode. Sedangkan untuk Coding Mum, saya sudah ikuti programnya di Surabaya untuk Batch 1. Para alumni dan mentor sedang merancang untuk membuat program serupa dan lanjutan, dengan disesuaikan kondisi dan kebutuhan para perempuan di Surabaya.

Asik sekali bertemu langsung para programmer perempuan. Penampilan mereka ya perempuan banget, cenderung kalem dan tenang. Iyalah terbiasa kudu melototin kode satu per satu, dijamin ketahanan mereka di depan layar laptop sudah sangat teruji. Jadinya tabah banget wajahnya, heheh.

 Cukup menjadi dilema, karena di usia saya yang baru diatas 17 tahun lebih sedikit ini, *ngayal :D. Maksudnya usia diatas 35 tahun, *tuh kan udah tuwir. Saya baru berkenalan dengan dunia coding dan pemrograman yang sangat menarik. Memang tidak ada kata terlambat untuk belajar. Tapi jika kalian ini, nona manis muda-muda dan masih banyak energinya, ayo coba belajar coding dan lihatlah seberapa besar pencapaian dalam hidup yang bisa kalian raih. Pasti akan sukses dan bisa merintis karir yang mudah dikerjakan di rumah saja, jika pilihan menjadi stay at home mom diambil setelah menikah dan mempunyai anak. Ya, karena menjadi coder alias developer alias ahli pemrograman, kerjaan kita kan mostly di depan laptop doang...

So, let's code now girls :D

Semoga bermanfaat bagi nusa dan bangsa,

Salam,