Salah
satu sumber energi yang akan dibutuhkan lebih besar di masa depan adalah
baterai. Kebutuhan baterai sekarang ini sudah digunakan ke hampir seluruh
peralatan elektronik. Misalnya telepon selular, komputer bahkan baterai pada
mobil dan alat transportasi lainnya. Selama ini Indonesia lebih banyak memasok
baterai yang dibutuhkan dari negara lain. Penelitian tentang baterai di
Indonesia sendiri masih belum berkembang baik, begitu yang disampaikan oleh Evvy
Kartini.
Prof.
Dr. rer. Nat Evvy Kartini adalah ahli nuklir Indonesia yang prestasi dan
kemampuannya telah diakui dunia. Ia dikenal sebagai ilmuwan penemu penghantar listrik berbahan gelas dengan
keahlian teknik nuklir yang telah dipelajari
sejak melanjutkan studi di Jerman, yaitu teknik hamburan neutron.
Ketertarikan sarjana Fisika lulusan ITB itu terhadap pengembangan
material gelas berawal pada saat ia magang di Hahn Meitner Institute (HMI) di
Berlin, Jerman, 1990. Ia dibimbing ahli hamburan netron Prof Dr Ferenc Mezei.
Karier penelitiannya dimulai saat menyelesaikan S2-nya di
Universitas Teknik Berlin. Ia berhasil menemukan model baru difusi dalam
material gelas. Penemuan itu dipresentasikan pada Konferensi Internasional
Hamburan Netron (ICNS) Jepang. Maka namanya mulai tercatat dalam jurnal
penelitian internasional bergengsi seperti Physica B (1994). Sejak itu, tawaran
presentasi dan konferensi mengalir deras.
Tahun 1996, melalui kolaborasinya dengan profesor dari Universitas
Mc Master, Kanada, Evvy kembali menemukan hal baru: adanya puncak Boson pada
saat energi rendah. Temuan itu dipresentasikannya pada 600 peserta konferensi
hamburan netron Eropa I/ECNS di Interlaken, Swiss. Namanya kembali tercatat
dalam jurnal internasional, Canadian Journal of Physics (1995), Physical Review
B (1995), dan Physica B (1997).
Ia pun mulai berkolaborasi dengan profesor dari Organisasi Sains
dan Teknologi Nuklir Australia (ANSTO). Profesor itulah yang membuka jalan
untuk berkolaborasi dengan banyak profesor lain di negara maju.
Evvy terus berkolaborasi dengan berbagai
peneliti dunia dan juga di Indonesia. Termasuk kerjasamanya dengan ITS
(Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya) dan BATAN tempatnya bekerja.
Kerjasama ini meliputi pemberian fasilitas penelitian bagi ilmuwan dari ITS untuk
mempelajari baterai di BATAN. Juga menginisiasi terbentuknya Battery School,
sebagai sarana edukasi pentingnya pengembangan teknologi baterai untuk kalangan
muda.
Dari sini Evvy berhasil membuka peluang adanya
baterai isi ulang yang ramah lingkungan. Baterai mikro dapat menggantikan
baterai sebelumnya yang dibuat dengan bahan baku “cairan elektronik”. Bahan ini
lebih mudah menimbulkan kebocoran dan kebakaran jika bersentuhan dengan percik
api. sebaliknya, jika bahan baterai terbuat dari material gelas yang berbentuk
padatan, resiko serupa tidak akan terjadi dan akhirnya lebih ramah untuk
lingkungan.
Teknologi yang membutuhkan baterai akan semakin
besar. Apalagi sekarang mulai juga dikembangkan mobil listrik, dimana Indonesia
pun sudah mengambil bagian disana. Evvy pun semakin yakin bahwa Indonesia harus
mau dan mampu untuk mengembangan teknologi baterai temuannya tersebut,
sekaligus bisa memproduksi di negeri sendiri. Sehingga Indonesia tidak hanya
sebagai pengguna baterai, akan tetapi bisa menjadi produsen baterai, minimal
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“The future of our children, the future of our
planet, it’s in our hands. That’s why Energy Matters.”
“Masa
depan anak kita, masa depan planet kita alias bumi, semuanya ada di tangan kita
semua. Itulah kenapa ENERGI PENTING”. Kalimat ini tepat dan relevan untuk
kondisi saat ini. Dimana perkembangan kehidupan, terutama di bidang teknologi
dan informasi bisa menghabiskan kebutuhan energi yang sangat besar, misalnya
listrik dan baterai. Kedua sumber energi tersebut semakin diperlukan dewasa ini
dengan berkembangnya teknologi berbasis elektronik.
Sebuah pekerjaan rumah besar bagi kita semua
adalah bagaimana kemajuan teknologi masih bisa terus berjalan untuk mempermudah
kehidupan manusia. Di waktu yang sama, kita harus memikirkan bagaimana agar
kebutuhan energi untuk terwujudnya hal tersebut bisa terpenuhi. Maka sumber
energi alternative ramah lingkungan yang bisa menjadi jawaban. Selain produksi
baterai mikro berbahan gelas, sebagai ahli nuklir, Evvy pun ingin mengembangkan
teknologi nuklir untuk kepentingan sumber energi yang ramah lingkungan.
Menurut Evvy, nuklir adalah sumber energi yang
bisa terbarukan dan clean. Indonesia masih tergantung pada batu bara dan
minyak bumi sebagai sumber energi. Kedua hal ini bisa menimbulkan polusi dan
juga cepat habis. Oleh karena itu, mengembangkan nuklir sebagai sumber energi
adalah sesuatu yang harus juga dilakukan oleh Indonesia. Sehingga kelak di masa
depan, generasi anak cucu bisa mendapatkan energi yang dibutuhkan sekaligus
mendapatkan kualitas hidup yang jauh lebih baik karena sumber energinya ramah
lingkungan.
Pengembangan baterai mikro supersonic berbahan
gelas, gagasan Battery School dan pengembangan teknologi nuklir yang ramah
lingkungan ini, bukan hanya tugas Evvy kartini semata. Melalui keahlian yang ia
punya, Indonesia bisa semakin bekerjasama dan berkolaborasi untuk
mewujudkannya. Ini adalah tugas kita bersama. Kita harus mandiri, begitu tegas
Evvy Kartini.
note:
Tulisan ini saya kirimkan untuk audisi penulis di ajang Writingthon #1 di Puspiptek, cerita lengkapnya bisa dibaca disini: http://www.prasetyorini.com/2017/09/writingthon-1-di-puspiptek-membuatku-kembali-redirect-ke-sainstek.html
EVVY KARTINI
Bogor, Jawa Barat, 22 April 1965
KEAHLIAN Condensed Matter | Fisika | Materials Science | Neutron Scattering
Bogor, Jawa Barat, 22 April 1965
KEAHLIAN Condensed Matter | Fisika | Materials Science | Neutron Scattering
PENDIDIKAN
1988 Sarjana Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung
1988 Sarjana Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung
1996 Doktor Rerum Naturalium Fachbereich
Physik, Technische Universitaet Berlin,
German
1998 - 2000 Postdoctoral Fellow Dept of
Physics and Astronomy, McMaster University,
Hamilton, Canada
2010 Professor Research from Indonesian
Institute of Science
PRESTASI
1996 Jurnal Penelitian Internasional Fisika
Penemuan adanya puncak Boson pada saat energi rendah yang berkolaborasi dengan
Kanada
1998 Penghargaaan Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI Kementerian Negara, Riset dan
Teknologi
1998 Penghargaaan Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI Kementerian Negara, Riset dan
Teknologi
SUMBER LITERATUR:
- http://lensafisika.blogspot.co.id/2012/12/baterai-berbahan-gelas.html
http://news.liputan6.com/read/89461/evvy-kartini-ahli-nuklir-kaliber-internasional
- http://bitread.id/blog/2017/08/inovasi-untuk-negeriku
- http://bitread.id/blog/2017/08/writingthon-1-di-indonesia
- http://old.its.ac.id/berita.php?nomer=13617
Keterangan:
sumber literatur diakses tanggal 16 Agustus 2017, 11:42 WIB
Semoga makin banyak inovasi inovasi agar indonesia semakin maju
BalasHapusWarbiyasakk ya mbaaa... pastinya dibutuhkan insan2 brilian dgn semangat go green supaya planet ini tetep ramah untuk dihuni
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--
Satu kata yang terucap, Luar biasa
BalasHapusالØمد لله
BalasHapusSemoga ada banyak generasi penerus beliau...
Keren bgt inovasinya. Di ITS juga ada innovator kece yg baru dpt award loo.. Lek mau tak bisiki, japri ae. Ha..ha..
BalasHapus