Arti Nama Blog Terkait Personal Branding

Tidak ada komentar

Pustaka Madoji, Cipta Rasa Karsa, itu adalah dua nama blog yang pertama kali saya buat. Blog yang sedang anda baca ini adalah blog kedua saya. Yang lahir karena ruwetnya memikirkan nama blog dan domain, supaya bisa punya subdomain lainnya dengan mudah. 


Jadi begini ceritanya, mungkin nanti jadi wawasan buat kalian yang bingung memilih nama blog, nama Top Level Domain dan kaitannya dengan personal branding. 

Blog pertama saya, https://heniprasetyorini.blogspot.com adalah blog yang pertama kali saya buat sejak tahun 2009. Ketika pertama kali mengenal platform blogger. Paralel dengan mengenal juga WordPress. Ketika sebelumnya aktif rutin menulis di platform Multiply (yang ini sudah hilang platformnya, sekaligus dua blog saya). 

Di blog pertama inilah saya eksplorasi gila-gila'an tentang segala hal tanpa ilmu sama sekali, alias dari "trial and error" sendiri. Mencoba segala hal dengan Learning by doing

Blog pertama ini terus berganti-ganti untuk nama blog dan juga template (theme blog). Saya bisa berganti puluhan kali sampai saat ini. Lebih karena meniru dan tertarik dengan blog orang lain yang keren. Untuk alamat blog masih tetap heniprasetyorini.blogspot.com.

Sampai akhirnya saya masuk komunitas blogger, dan dikenalkan dengan istilah Personal Branding. Juga pentingnya mengalihkan alamat blog yang semula berakhiran blogspot menjadi dot com, supaya lebih tampak profesional. 

Demi ingin beranjak menjadi Blogger Profesional, maka blog pertama saya itu saya redirect ke domain www.heniprasetyorini.com dan nama blog menjadi nama diri saya sendiri. Walau juga bertahap dan berubah-ubah, yaitu Blog Heni, Heni's Blog sampai ke Personal Blog Heni Prasetyorini. 

Selanjutnya tampak sudah mapan dan lancar. Bahkan blog itu menang lomba dengan domain tersebut. Sampai akhirnya jiwa eksplorasi saya berkembang lagi, dan itu kadang bikin jadi ruwet sendiri :)

Ketika menang lomba blog itu, termasuk juga ketika menggunakan nama Akademi Prasetyorini sebagai judul tugas akhir membuat website di Coding Mum Surabaya, saya kembali goyah tentang nama blog. Terlebih ketika sudah tahu kalau kita bisa membuat subdomain gratis dari satu nama domain.

Jadi beli domain dot com satu kali, bisa membuat sudomain dot com juga tanpa bayar lagi. Sehingga kita bisa mendapatkan 3 blog berakhiran dot com dan hanya cukup membayar satu domain saja setiap tahun. 

Berputarlah otak ini, bagaimana supaya punya satu nama domain, yang bisa dijadikan subdomain. Ketemulah ide ini. 

1. Membeli domain www.prasetyorini.com

2. Membuat subdomain https://akademi.prasetyorini.com

3. Membuat lagi subdomain https://heni.prasetyorini.com

Nah, ide cerdas bukan?

Maka saya pun membeli domain lagi, www.prasetyorini.com lalu membuat dua subdomain lagi. Jadi itungannya saya punya 5 blog aktif berakhiran dot com. Semuanya diberi nama persis dengan alamat domain dan subdomain. 

Semuanya menuju ke nama asli saya, Heni Prasetyorini. Sebelumnya saya mencoba menggunakan nama lain, seperti EMAK GAHAR dan IBU RUMAH TANGGA DIGITAL. Dan ini nyaris saya belikan domain dot com khusus juga. 

Namun setelah bertanya ke salah satu blogger profesional, mbak Shinta Ries, founder dari Blogger Perempuan, yang memberitahukan jika kelak blogger ingin travelling akan kesulitan mensinkronkan nama blog dan nama asli. Juga lebih baik menggunakan nama asli untuk blog sebagai personal branding. 

Sebagai blogger pemula, yang juga padahal yakin gak akan bisa traveling juga seperti mbak Shintaries, saya sepakat dengan alasan itu. Karena saya pun ingin mulai membuat langkah-langkah sebagai Self Employee. Untuk bisa bekerja sendiri secara independen. Maka memunculkan nama asli adalah pilihan yang tepat. 

Dalam perjalanan waktu, sempat juga saya goyah lagi ingin mengganti semua domain dot com saya menjadi domain dot id (.id), karena saat itu lagi gencarnya promosi juga dan ada diskonan banget serta demi nasionalis. Karena domain .id itu berarti kita adalah warga Indonesia. 

Maka domain www.heniprasetyorini.com saya ganti www.heniprasetyorini.id.  Berkembang juga satu blog startup saya lainnya www.kelaskudigital.com, pun saya belikan juga www.kelaskudigital.id. 

Begitulah galaunya saya di dunia blogger. Jangan ditiru deh. Karena jadinya capek sendiri. Redirect domain blog bolak-balik, berurusan dengan DNS Manager dan segala kode dan angka itu. Kadang error, blog jadinya malah tidak terdeteksi dan jadi error 404. Stress banget. 

Sampai akhirnya saya pilih untuk meminimalisir semuanya. Saya pilih mempertahankan satu domain saja, www.prasetyorini.com dan segala subdomainnya. Untuk startup, kembali juga ke www.kelaskudigital.com dan segala subdomainnya pula. Dan melepaskan domain .id dan .web.id lainnya yang saya beli secara impulsif. 

Hadeeeh beli domain aja bisa impulsif ya?

Begitulah. 

Dari cerita saya ini, nanti bisa teman-teman ambil insight, sebaiknya harus bagaimana merancang nama blog dan domain, supaya bisa bertahan lama tidak ganti-ganti. Karena ganti nama domain, akan mengembalikan semua kualitas rangking blog kita di mata google kembali ke titik nol. Pikirkan baik-baik oke :)


Mengisi Bulan Puasa Dengan Menulis di Blog Setiap Hari Bersama Komunitas Blogger Perempuan

Tidak ada komentar

Ini bisa diistilahkan ODOP Challenge atau  One Day One Post. Tantangan memposting satu tulisan setiap hari.  Beberapa komunitas blogger membuat acara ini, bisa diikuti sebagai ajang seru-seruan dan trik ampuh untuk menaikkan lagi pageview blog. Dan yang lebih penting lagi adalah cara paling manjur membuat mood nge-blog balik lagi. 

Nah, bulan puasa ini saya sengaja libur dengan semua pekerjaan rutin. Mengajar online untuk belajar coding anak-anak di KELASKU DIGITAL juga saya liburkan. Selain ingin istirahat dan tidak rushing hours lagi di bulan Ramadhan, seperti tahun kemarin. Saya juga ingin bisa selesai menulis buku AYO BERMAIN CODING yang jadi pegangan kelas coding anak-anak kelak.  

Iya, video tutorial di You Tube, sudah ada. Di Udemy, bahkan saya sudah bikin kelas khusus coding anak dengan Scratch. Namun permintaan adanya tutorial dalam bentuk buku cetak, masih terus ada. 

Baiklah, karena tidak semua bisa mengakses internet dengan mudah ya. Maka buku adalah solusi. 


Sekitar 2 bulan ini saya libur kerja ngajar, maka sambil menulis buku percodingan, ada asyiknya juga berbagi cerita lagi di blog. 

Biar rame, dan ada trigger untuk menulis setiap hari, saya rencananya ikutan Tantangan ngeblog dengan komunitas Blogger Perempuan. 

Ini nih di sini informasinya: https://bloggerperempuan.com/ramadan-2021/




Menulis blog setiap hari kadang berat banget rasanya. Dan emang iya :)
Namun ada triknya. Terutama untuk ibu-ibu yang anaknya masih kecil-kecil, susah cari celah madep laptop. Atau ada yang masih sibuk untuk bikin kue kering jualan, dan pekerjaan lainnya selain ngeblog.

Jadi, jika ada waktu 1-2 jam, langsung buatlah draft postingan beberapa tulisan sesuai dengan tema judul harian dan mingguan. Lalu set Publisikasi Terjadwal. Pasanglah tanggal sesuai dengan jadwalnya. 

Jangan terlalu risau dengan isinya yang belum sempurna, SEO, gambar, infografis, meta tag data dan ini dan itu. Udah stop dulu, bisa diedit nanti. 
Yang penting sudah bisa tayang dengan istilahnya MVP (Minimum Viable Product), dengan tulisan yang layak tayang. Ga cuma judul doang, gambar dan sebaris kalimat ya. Karena ini blog. 

Setelah tayang, maka masukkan ke link di dalam website Blogger Perempuan, sesuai link di atas, untuk setor link saja. Jika sudah selesai komplit lengkap semua, baru nanti ada form muncul dan kita bisa menyelesaikan tantangan menulis 1 bulan ini. 

Coba amati saja, dalam waktu 1-2 minggu, maka pageview blog akan naik. DA PA blog juga akan naik. Dan Insya Allah jika emang rejekinya, akan ada 1, 2, 3 dan seterusnya email masuk untuk menawarkan pekerjaan atau job review. 

Nah mumpung tidak ada aturan ketat, maka usahakan membuat postingan blog yang "mempromosikan" dirimu sendiri. Ungkapkan segala kemampuan, prestasi atau Personal Branding kalian, sehingga semua orang tahu dan kenal. Oh mbak Heni ini gurunya coding anak-anak ya, semacam itu. 

Oke mari ikut aktif mengisi bulan puasa sambil berlatih menulis. See you. 


Cara Membuat dan Mengedit Video Secara Online Dengan Flexclip

Tidak ada komentar

Mengedit video adalah pekerjaan yang paling saya hindari. Bahkan ketika membuat konten edukasi untuk kelas coding anak-anak di Kelasku Digital, saya berusaha mencari taktik agar bisa membuat video sekali rekam jadi, tanpa ngedit sama sekali. 

Beruntung sekali ketemu FLEXCLIP, platform mengedit video secara online yang setelah saya ulik nih ya, caranya mudah banget. Terutama untuk pemula seperti saya ya. Yang sama sekali tidak punya ilmu desain video dan desain grafis. Yaitu dengan tersedianya template video di situ. 


Kali ini saya mencoba membuat video singkat untuk INTRO video edukasi di You Tube. Saya memilih satu template video ini. Lalu mengedit tulisannya. Tidak sampai 5 menit, video sudah jadi sampai saya unduh sebagai file mp4.

Lalu saya lanjut mencoba memasukkan video rekaman tutorial yang sudah ada sebelumnya di laptop. Menyelipkan di dalam video tadi. Iya, kalau mau EDIT lagi, itu gampang banget. Tinggal klik saja Contiune Editing, lalu diedit dan bisa diexport lagi dengan nama lain. Langkah-langkah saya bisa disimak di video berikut ini: 


Flexclip ini bisa diakses gratis dan premium. Untuk percobaan awal, cukup berlatih menggunakan versi gratisnya. Namun ada keterbatasan. Terutama besar kualitas file video yang diunduh tidak bisa versi HD atau yang bagus. Juga beberapa fitur lain atau elemen dan template yang tidak bisa diakses. Ya namanya gretongan kan ya, terima jadi aja. Sudah lumayan banget ini. 

Nah, khusus untuk kalian yang pengen UPGRADE PREMIUM, mumpung banget ada Easter Discount 40% nih. Alias diskonan khusus di Hari Paskah. Berikut beberapa harga yang sudah di diskon ya. 





Harus buruan banget nih upgrade ke premiumnya, karena tawaran terbatas sampai tanggal 11 April 2021. Langsung saja ke tautan ini ya https://www.flexclip.com/special-offer.html



Kesan Tentang Pernikahan dan Pengkhianatan dari Drama Korea Saimdang Lights Diary Dan Perempuan Harus Bagaimana?

Tidak ada komentar

Saimdang Light's Diary, ini sudah tamat saya tonton sejak pertama kalinya drama Korea ini rilis. Banyak sekali episodenya. Antara seru, membosankan, seru dan tidak happy ending pula. Namun ada beberapa kesan yang terus membekas di hati saya sampai saat ini. Yaitu tentang pernikahan dan pengkhianatan yang dialami oleh pemain utamanya, Saimdang. 


Saimdang, perempuan berbaju hijau di gambar di atas, adalah seorang anak gadis yang anggun, berpendidikan dari keluarga terpandang di era Joseon. Hobinya melukis membuatnya jatuh cinta kepada Lee Gyeom, lelaki di sebelahnya pada gambar di atas. Namun, takdir mengatakan dia bukan jodohnya. 

Proses pernikahan mereka batal dikarenakan ayah Saimdang ingin menyelamatkan anak perempuannya itu dari kekejaman orang yang telah memfitnahnya dan keluarganya. Daripada anakku mati, lebih baik aku nikahkan dengan orang lain, seadanya orang, lelaki yang biasa saja, bodoh pun tak apa. 

Kebetulan ada seorang lelaki muda yang pas banget dengan kriteria itu yang sedang tinggal menyewa di rumahnya, mendadak dia ditodong untuk menikah dengan Saimdang. Sementara si Lee disekap di sebuah gudang agar tidak datang dan batal menikah. 

Tanpa tahu apa sebabnya, Lee berusaha merebut Saimdang dan membuatnya menjadi istrinya sesuai rencana awal. Namun Saimdang tidak bisa mengikutinya atau ikut lari bersama Lee, "Aku sudah tidur dengan suamiku, aku tidak bisa ikut denganmu Lee." kalimat itulah yang teringat di benak saya. 

Teringat banget karena dua sejoli ini masih kecil-kecil alias ini pernikahan muda begitu. Dengan sosok suami Saimdang yang slebor dan pemalas, jadi saya ikutan gregetan gitu. 

Cerita tentang drama Korea ini, anda bisa mengikutinya dari blog atau vlog orang lain. Di tulisan ini yang ingin saya garisbawahi adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh suami Saimdang, dan alasannya waktu dia ketahuan. 

Pengkhianatan Suami Saimdang

Karena lahir dari keluarga terpandang dan mempunyai karakter halus, sopan, elegan juga pintar, Saimdang terus bersikap seperti itu apapun yang terjadi. Menjadi istri yang tunduk, menurut, diam, bersih, rapi dan menerima apapun kekurangan suaminya tanpa protes sepatah katapun. Ketika hatinya sakit dan sangat sakit paling dia hanya memegang dada kirinya sambil duduk terjatuh. Namun kemudian tetap bangkit untuk mencuci baju suaminya, menjahit, menyetrika sampai rapi dan menyiapkan makanannya untuk sarapan atau makan malam. Tak ada kata kotor, bentakan, amarah. Sama sekali halus, tenang, diam. 

Saimdang selalu bersikap elegan dan baik secara sempurna. Kemiskinan tidak membuatnya jadi orang kasar. Sebaliknya, suaminya juga tetap sebagai lelaki yang seenaknya, mudah ditipu, malas. Bagaikan langit dan bumi. 

Jika dinalar, seharusnya suami Saimdang adalah orang beruntung sedunia. Dan harusnya dia setia luar biasa dan tidak butuh perempuan lain atau orang lain atau apapun untuk membuatnya bahagia. Nyatanya dia berkhianat, berselingkuh dengan seorang perempuan rada berumur, pemilik kedai makanan dan minuman keras. 

Si pemilik kedai ini orangnya ekspresif. Tidak menahan emosi. Ketika senang dan lucu dia akan tertawa terbahak-bahak. Ketika marah dia akan mengomel, memukul, dan membanting barang yang di depannya. Terbuka banget. Termasuk juga ceria dan mudah bergaul dengan yang lain. Tak terlalu pintar juga karena sering ditipu juga. 

Bandingkan dengan Saimdang yang pandai luar biasa menahan emosinya dengan diam dan cantik. 

Singkat cerita, Saimdang akhirnya melihat sendiri suaminya tidur di tempat wanita lain, si pemilik kedai. Disitulah akhirnya emosinya terbuka. Dia menangis dan marah, masih dengan elegan. Bertanya, kenapa suaminya masih saja selingkuh padahal dia sudah berusaha sebaik mungkin menjadi istri yang baik selama ini tanpa protes apapun. Walau sudah menerima susahnya akibat suaminya tertipu dan harus bekerja menghidupi dan membesarkan sendiri 4 orang anaknya. 

Dan tahukah apa yang dikatakan oleh suami Saimdang?

"Dadaku sesak sekali menjadi suamimu. Kamu selalu baik dan sempurna. Selalu bersih dan rapi. Berbeda dengan aku yang jorok dan bodoh. Aku tidak bisa leluasa di depanmu. Tapi aku bisa tertawa bersama dia!" katanya menunjuk perempuan pemilik kedai. 

Tentu saja, Saimdang kaget. Luar biasa sakit hatinya. Dia memegang dada kirinya dan tak bisa beranjak dari tempatnya berdiri. 


Kok, ada Saimdang versi Indonesia kayaknya ya?

Jika melihat berita viral baru-baru ini. Tentang seorang ibu cantik, elegan, baik yang diusir oleh suaminya tanpa sebab pasti. Dan mungkin karena pengkhianatan pernikahan. Saya kok jadi ingat dengan karakter Saimdang. 

Dari beberapa vlog, tertampilkan sosok ibu ini yang lugu, manis, ibarat anak gadis yang selalu ada di dalam pelukan ayah ibunya. Tak curiga apa-apa. Tak minta apa-apa. Tak ingin apa-apa. Rela dikhianati. Rela diperlakukan tidak adil. Asalkan dia bisa tampil elegan dan membuat semua orang melihatnya baik-baik saja. 


Sementara pasangannya punya sifat sebaliknya. Dan akhirnya ibu cantik ini yang malah ditinggalkan. Padahal baik sempurna. 

Apakah bosan? atau memang nggak bener aja si suami-suami ini?


Ada benarnya juga tentang anjuran jika menikah lebih baik sekufu'

Ini istilah dalam agama islam. Mudahnya sekufu' ini diartikan dengan sederajat. Sebaiknya laki-laki dan perempuan itu menikah dengan yang sederajat. Bukan semata derajat harta kekayaannya. Melainkan juga tingkat pendidikannya, karakternya. Yang kalau orang Jawa melihat itu sebagai kesetaraan antara bibit, bebet, bobot. 

Ini tidak berlaku di semua orang, namun sedikit banyak mempengaruhi. 


Lalu sebagai perempuan, kita sebaiknya bagaimana?

Yang penting adalah kita sebagai perempuan, harus punya satu pegangan agar bisa berdiri sendiri. Apapun itu bentuknya. Yang lebih baik adalah berupa keterampilan dan pendidikan. Dengan demikian, bisa siap untuk beradaptasi dan berjuang jika ada hal yang terjadi di luar dugaan.

Bukan untuk mengajak para istri memasang curiga dan waspada pada suami. Lalu memaksa membuat semua aset harta menjadi hak milik atas namanya. Ini semua tergantung kondisi dan kesepakatan masing-masing. 

Namun, mengajak para perempuan siap dengan perpisahan, terutama dalam pernikahan. 

Bahwa memang benar, suami dan istri itu pasti akan berpisah. Kalau nggak gara-gara manusia lainnya ya karena sudah takdir dari Tuhan. 

Kita tidak bisa mengendalikan masa lalu dan masa depan. Namun kita bisa mengelola masa kini, menjadi manusia yang lebih memilih hanya bergantung pada Tuhan. Tak begitu risau dengan tingkah polah manusia, yang bisa saja terbolak-balik hatinya. 

Dan bagi saya pribadi, menjadi baik, manis, menurut dan lugu itu sudah tidak jaman. Perempuan harus juga detil, waspada dan minimal tidak direndahkan oleh yang namanya pengkhianatan dan penipuan. Apalagi yang ditutupi dengan sikap manis dan enteng lidah menyebut firman dan ayat-ayat Tuhan. Hari gini, perempuan harus makin mempercayai diri sendiri dan hati nuraninya. Betul, bukan?

Sekilas adegan dan teaser drama ini bisa dilihat berikut:





Alasan Kuliah di Jurusan Kimia FMIPA ITB Yang Jauh dari Keluarga di Surabaya

20 komentar
Sebenarnya seperti halnya impian jamak anak-anak kecil di tahun 90-an adalah menjadi dokter. Maka kuliah di jurusan kedokteran termasuk sebagai cita-cita di dalam kepala saya waktu kecil, bahkan sampai SMA. Saya yakin bisa tembus ke jurusan ini, karena sejak kecil pula nilai rapor saya cukup bagus. Langganan rangking dan juara kelas. Bukan semata berotak cerdas atau pintar, tapi sejatinya saya memang anak yang diberikan titipan bakat untuk suka belajar. 

Sampai suatu saat ketika program analisa masuk jurusan apa di sebuah bimbingan belajar, pemilik bimbel yang menjadi konsultan juga saat itu memberikan pandangan yang berbeda. 

Dari beberapa hasil try out saya menunjukkan nilai yang tinggi di berbagai mata pelajaran, termasuk matematika, kimia, bahasa Indonesia, fisika dan bahasa Inggris. Nah yang jelek atau nggak terlalu bagus adalah nilai biologi. 

Pak konsultan bimbel lalu memberikan komentar begini, "Kamu ingin masuk kuliah kedokteran? tapi nilai biologinya rendah gini. Yakin kamu? kuliah kedokteran itu banyak hafalannya bukan hitungannya. Tapi matematika kamu tinggi gini kan. Coba pikir lagi. Kuliah kedokteran itu lama banget baru bisa menuai hasilnya. Butuh 14 tahun baru balik modal. Mulai kuliah kedokteran umum, lalu praktek pengabdian, trus kuliah lagi kedokteran spesialis. Panjang. Butuh bertahun-tahun dan butuh uang yang banyak."

Okay that's it. Demi kalimat terakhir itu yang mengurungkan niat saya untuk ngeyel mendaftar di jurusan kedokteran. Kasihan bapak yang pensiunan tentara sudah bertahun-tahun. Nanti ibu bakal seperti apa kerja jungkir baliknya untuk menutup biaya kuliah di kedokteran. Kuliahnya lama juga mungkin aku tidak tahan, apalagi banyak hafalan. Iya sepertinya konsultan bimbel itu benar. 

Singkat cerita, ketika mendaftarkan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri), saya pun memutuskan memilih jurusan Kimia. 



Alasan sederhana waktu itu adalah saya suka warna-warni. Kalau memilih jurusan Matematika atau Fisika nanti hanya ketemu angka-angka, membosankan. Kalau kimia kan nanti ada larutan, batu kristal dan reaksi kimia yang melibatkan juga warna-warna. 

Pilihan mendaftar kuliah saat itu adalah:
Pilihan 1 = Kimia FMIP ITB
Pilihan 2 = Kimia FMIPA ITS

Dua-duanya jurusan Kimia. Iya sengaja biar tidak repot juga dan hasil dari analisa pak konsultan bimbel tadi juga. Saya memilih jurusan yang kira-kira bakal tembus dan lolos masuk kampusnya. 

Ketika berkas mendaftar UMPTN sudah saya serahkan, yang waktu itu diurus kolektif oleh bimbel, jadi bukan sekolahan SMA yang mengurus gitu. Intinya saya sendiri yang mendaftar dan mengurus sendiri semuanya tanpa didampingi orang tua, saudara atau guru. 

Ketika mendengar saya hanya memilih jurusan Kimia, kakak laki-laki ketiga saya protes, kenapa saya tidak memilih jurusan Farmasi saja. Alasannya kalau sudah lulus nanti bisa bikin apotek sendiri, lebih jelas pekerjaannya. 

Saya waktu itu kaget juga dengan komentarnya kok baru muncul, lah kemarin ke mana aja mas?
Tapi sudah terlanjur, ya saya jawab aja apa adanya. 

"Kalau daftar ke farmasi, aku gak lolos mas, nilai passing grade ku gak nututi."

Dan ketika ditanya kenapa milih Kimia, nanti nggak jelas pekerjaannya. Aku pun menjawab kalau cita-citaku ingin menjadi dosen atau peneliti di laboratorium kimia. Dan itu memang benar adanya. 

Eh lalu kenapa harus ke ITB?
Ke Bandung? gak ke ITS aja langsung gitu kuliahnya, kan enak dekat dengan keluarga di tanah kelahiran Surabaya, ya kan?

Entahlah, saya waktu itu pengen menantang diri sendiri saja. Ingin merantau. Sekalian untuk memacu diri sendiri lebih baik tanpa intrik-intrik orang dekat atau keluarga yang masih menganggap saya anak perempuan cengeng dan nangisan hahaha. Nekad amat dah. Padahal saya tidak punya keluarga dan kenalan sama sekali di Bandung atau bahkan Jawa Tengah. Udah berani aja loncat dari Jawa Timur ke Jawa Barat.



Dan begitulah, akhirnya, atas takdir jalan dari Allah SWT saya diterima di jurusan Kimia ITB. Ibu saya yang sesaat setelah mendaftar, menangis tiap hari dan berdo'a supaya saya batal atau tidak diterima di kampus yang jauh, kali ini do'anya tidak manjur. Huuuu...so sad mendengar cerita ini kemudian. 

Tapi orang tua dan keluarga saya tidak terlalu baper melepas saya merantau jauh ke Bandung. Karena udah ada pengalaman 3 tahun waktu SMA jauh dari Surabaya, ketika menemani ibu kembali ke Jombang, kota kelahiran ibu yang berjarak 2 jam dari Surabaya itu. Bahkan waktu kelas 3 SMA saya benar-benar sendirian di rumah selama satu tahun dan sempat berpindah ke rumah saudaranya ibu demi keamanan diri jika terus sendirian di rumah ibu yang asli. Demi bisa belajar juga tiap hari biar lolos UMPTN dan bisa tembus masuk ITB. 

Dan kenapa juga ITB? kenapa bukan UGM atau UI?

Entahlah  kalau diingat, saya dulu tak terlalu risau dengan predikat kampus favorit. Mungkin ini termasuk jadi bagian pengaruhnya, jadi waktu kelas 3 SMA ada kunjungan dari alumni SMA yang sudah kuliah di ITB. Sedikit ceritanya menarik hati. Terutama kota Bandung yang dingin dan makanannya enak-enak. 

Sejak lahir saya tinggal di Surabaya, kota metropolitan yang padat dan panasnya minta ampun. Jadi pengen banget ke kota Bandung yang sejuk dan adem itu. 

Nah, sederhana bukan alasan masuk kuliah di jurusan kimia ini?

Nggak banget deh dengan analisa ala anak masa kini. Receh banget mbak Heni. Lah itu kenyatannya. Dan ketika saya sudah kuliah, terbukti deh kalau pak konsultan bimbel itu benar. Mending saya ambil jurusan Matematika. 

Kenapa?
Karena di jurusan kimia selama kuliah 4 tahun itu, nilai mata kuliah di transkrip akhir saya untuk Kalkulus dan Matriks Ruang Vektor (pelajaran matematika) adalah A dan AB. Sedangkan nilai mata kuliah terkait kimia malah beragam mulai A,B,C dan D. 

Iya serius, di transkrip saya, nilai Kimia Analitik saya D. Yang menyebabkan IPK saya menjadi 2,98. Hanya butuh 0,02 aja untuk menjadi bulat 3. Ya ampun sayaa....

Lalu setelah lulus, kerja apa?

Tunggu postingan selanjutnya, mungkin akan jadi topik baru di Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog.

 






Ide Bisnis Pretend Play Toys Atau Mainan Pura-Pura Dari Kain Untuk Anak-Anak

Tidak ada komentar

Pretend play adalah bermain pura-pura, yang bisa berguna untuk mengenalkan dan mengasah soft skill pada anak. Contohnya adalah anak berpura-pura menjadi dokter, petani, koki, penjahit, arsitek, penulis, programmer dan lain sebagainya. 

Pretend play bisa dilakukan langsung atau memerlukan alat peraga yang bisa disebut Pretend Play Toys. Kita bisa membuat mainan peraga ini dari berbagai bahan. Misalnya kerdus susu, kotak cereal, bungkus jajan atau dari kain. 

Keuntungan pretend play toys dari kain adalah awet. Bisa dicuci dan dipakai ulang. Seperti apa contohnya ya? Berikut rangkaian ide yang saya dapat dari berbagai sumber, terutama di pinterest. Mari kita lihat:


1. Cover Kursi Klinik Dokter Hewan



Pretend Play berupa sarung kursi ini menarik loh. Bisa diterapkan di segala bentuk kursi makan atau kursi kerja yang sudah ada di rumah. Dengan beberapa potongan dan jahitan sehingga bisa menutup kursi, lalu diberikan desain yang menunjukkan bahwa kursi itu adalah sebuah tempat atau meja kerja yang sesuai dengan profesi pura-pura yang dimainkan anak-anak. 

Di gambar adalah Cover Kursi Klinik Dokter Hewan, dimana tersedia beberapa hal yang dibutuhkan. Itu bisa dicetak sablon, atau dijahit terpisah dalam bentuk boneka atau peraga dari kain flanel. 

Model lain bisa dibuat dengan tipe Pretend Play Cover Chair atau cover kursi ini adalah:
  1. Laptop pura-pura (kerjanya penulis/programmer)
  2. Kompor dan oven free-standing pura-pura (kerjanya koki)
  3. Meja kerja guru 
  4. Astronot, dan lain sebagainya
Sebelum membuat, pastikan membuat riset tentang apa saja yang ada di benak anak tentang profesi itu. Dan apa yang nyata ada di dalam profesi itu. Maka unsur edukasi akan melekat sangat kuat. 


2. Kotak Bekal dan Makanan dari Kain Flanel



Flanel ini menarik untuk dieksplorasi karena mudah dibentuk, dijahit atau dilem dan juga warna-warni. Kali ini bisa jadi makanan atau bahan makanan pura-pura yang bisa disusun menjadi burger, sandwich atau nasi goreng, sayur tumis, nasi pecel dan lain sebagainya dalam versi makanan tradisional Indonesia. Yang kemudian disusun di kotak bekal. Di mana kotak bekal ini juga bisa dibuat dari kain flanel. 

Pilihan menggunakan kain flanel ini harus diperhatikan juga untuk anak usia berapa. Anak balita yang masih di fase oral atau suka makan dan memasukkan barang ke dalam mulut, sebaiknaya tidak diberikan mainan dari kain flanel. Karena kain ini ada serabutnya sehingga bisa saja tergigit, lepas dan tertelan di mulut anak bayi dan balita. 

Namun untuk anak dengan usia pas dan kemampuan menjaga diri dan mainan yang sesuai, kain flanel ini adalah jenis kain yang awet untuk bahan mainan pura-pura. 


3. Istana Kain di Meja

Masih ingat kan waktu kecil suka menggunakan sprei atau sarung yang dibentangkan antar kursi dan meja, seolah-olah itu menjadi tenda, gua atau rumah kita?

Nah, ini ada ide menarik untuk membuat Istana dari kain yang bisa dipasang di meja dengan lebih cantik. Lebih aman juga karena tidak melorot setelah beberapa bagian bisa diikat di kaki meja. Coba perhatikan gambar berikut:




Gimana? menarik kan ide mainan pura-pura dari bahan kain ini?
Bagi anda yang sudah mempunyai keterampilan menjahit atau bahkan konveksi, bisa mencoba memproduksi mainan ini sebagai produk tambahan untuk dijual. 

Perhatikan sasaran anak-anak yang ingin dibantu dengan bermain pura-pura. Pelajari juga tahap perkembangan anak sehingga bisa memberikan produk yang tepat sesuai kebutuhan. Jangan lupa menarik opini dan masukan dari orang tua anak-anak usia dini, sehingga bisa sesuai jaman. Jangan tanya ke ibu-ibu yang anaknya sudah kuliah seperti saya, bisa jadi jawabannya nanti, "ngapain sih bikin gituan? pakai sprei dan sarung aja dah cukup.". Lol.

Jika ingin mencari ide lebih lanjut bagaimana bentuknya, anda bisa mencari di google atau pinterest dengan kata kunci PRETEND PLAY TOYS FROM FABRIC. Insya Allah bisnis mainan anak itu nggak ada matinya. Selalu menarik. Dan anda pun bisa menerima custom order, pesanan sesuai permintaan dan kebutuhan konsumen. 

Semoga menginspirasi. 

Sumber gambar dari sini, sini dan sini.