Bulan Madu Pertama Murah Meriah di Yogyakarta

7 komentar
Bulan madu pertama?
Sumprit mbak Hen? Serius?

"kalau sumprit itu ekspresi kagetnya orang Surabaya :)

Nggak usah kaget gitu ah, emang udah 17 tahun nikah, 4 tahun pedekate jarak jauh, punya dua anak yang udah kumisan semua pula. Beneran saya dan suami belum pernah bulan madu.
Sumprit!
*nah kalau sumprit bernada keras gini, menunjukkan sungguh-sungguh alias beneran.


Gini loh, orang menikah belum sempat bulan madu ya nggak perlu diherankan to?
Wong seminggu setelah Akad Nikah di Surabaya, saya langsung balik ke Bandung untuk mempersiapkan Seminar Tugas Akhir, trus lanjut sampai maju Sidang Sarjana. Ya mana sempat bulan madu? bisa dipelototin dosen pembimbing nanti saya.....

Habis gitu hamil anak pertama. Trus balik Surabaya. Trus hamil anak kedua, yang dia prematur. Ya sudahlah, saya dan suami duduk manis penuh ketabahan hati di rumah saja. Alhamdulillah kok ya ketiwasan pas ngobrol santai sama si anak bungsu beberapa waktu lalu, dia kayak dapat wangsit dari langit.

"Ma, mama belum pernah bulan madu ya?"
"Belum. Kok kamu tahu?"

"Aku tahu. Mama pergilah sama bapak bulan madu."
"Trus, kamu gimana?"

"Aku sama Mas, dititipkan saja. Kalau nggak ke Uti Jombang aja gitu."
"Beneran nih?. Kenapa mendadak nyuruh mama bulan madu?"

"Ya, aku kasihan sama mama dan bapak di rumah terus nggak pernah kemana-mana."

Eaakk...saya ya rada gerimis hati, ya terharu ya bahagia juga.

Pas hal ini saya sampaikan ke suami, dia nggak langsung mengiyakan. Kebayang repotnya milih ini itu kali ya printilan kalau mau bulan madu. Ya karena saya menagih janjinya ketika sebelum menikah tuh, doi bilang mau ngajak honeymoon ke Yogyakarta.



Secara kami balik dan tinggal di Surabaya sejak belasan tahun lalu, ya mana tau kondisi Yogyakarta dan enaknya nginep di mana. Mau nebeng teman ya sungkan gitu, dah lama nggak ketemu juga. Piye iki?

Untunglah banyak kawan yang hobi travelling, siapa lagi kalau bukan para Travel Blogger kenalan saya yang udah penuh aja paspornya. Urusan ke Yogyakarta pasti cuma seupil aja susahnya buat mereka.

"Eh, mbakyu, aku pengen hanimun ke Yogya nih, piye ya? bantuin dong."
"Udah pesen tiket?"

"Tiket kereta maksudnya?"
"Bukan, tiket pesawat"

Beberapa menit kemudian,
"Rempong maaak. Ini aku milih tiket pesawat trus bingung milih hotelnya juga. Jadi booking sana booking sini. Ada cara lebih mudah?"
"Ini ada paket honeymoon traveloka ke Yogyakarta, murceee kok."

Loh, demi mendengar Paket Tiket pesawat sekaligus Hotel yang murce alias murah, tentu hatiku eh jariku langsung menyambutnya dengan membuka website yang dimaksud.

setelah masukkan destinasi Yogyakarta, tanggal dan lokasi kedatangan,
klik langsung Search Packages alias cari pilihan Paket


widih lebih hemat 20% tanpa perlu voucher promo apapun, sepanjang masaaaa

Kalap deh lihat pilihan Paket Tiket dan Hotelnya. Langsung SCROLL SCROOLL Mouse.
Kali ini saya pilih filter yang LOWER PRICE aja alias yang regone murah caaakkk..

*tau diri, baru aja bayar biaya daftar ulang sekolah swasta 2 anak, alhamdulillah investasi ya :)



eit, mata ini kecantol sama gambar rumahnya deh. Sekaligus juga harganya.
566ribu itu untuk tiket pesawat 2 orang dan menginap 2 orang loh gaissss.
jiwa Wong Jowo dari dalam diriku langsung bahagia melihat rumah jadoel gini

Udah ketemu tempat menginap yang dimaksud, bisa langsung klik SELECT di kotak kecil warna orange itu loh ya gais. Trus lanjuuut aja ke opsi BOOKING NOW. Lalu isi form yang cuma beberapa kolom aja diisinya: NAMA, TELPON, EMAIL. Udah gitu pas bayar, mudah pula caranya banyak metode pembayaran yang bisa dipilih.

Waduh makasih banget deh temanku si travel blogger kesayangan. Udah ngenalin paket hemat cermat dan mendukung keabadian cinta kami berdua nih. Nggak pakai lama, alias Saving Time, ora ribet sijine milih Pesawat, sijine milih Hotel.

Dan juga ada diskon Paket sampai 20%itu loh, lebih murah daripada beli terpisah alias beli tiket pesawat sendiri, hotel sendiri. Diskonan bisa jadi modal beli oleh-oleh Uti alias neneknya anak-anak yang dititipi buat njaga.

Emang ya, menikah muda itu nggak mudah.
Buktinya kami sempat berbulan madu ketika sudah tak lagi muda.
Untung ada paket pesan tiket pesawat dan hotel ala Traveloka.
Makasih ya.

Next honeymoon trip, bakal lihat lagi paket ini deh. Apalagi tahun depan, si kunyil masuk pesantren, jadi deh tinggal kami berdua aja di Surabaya. Kapan pun bisa mencuri waktu untuk Honeymoon ya kan? balas dendam akan bulan madu pertama di Yogyakarya yang tertunda :)

*ps: ingat bawa fotokopi Surat Nikah atau yang asli ya, karena nih penginapan pilihanku aja menerapkan aturan itu, mungkin hotel lain juga.



Bulan Madu Sambil Mengajar Di Malang

Tidak ada komentar
"Ma, ini ada temanku tertarik membuka kelas Coding Kids di rumahnya daerah Malang," kata suamiku.
"Wah, menarik nih Beib. Coba janjian kapan bisa kopdar tipis-tipis,"saya menyambut berita itu dengan antusias.


dipotret suami saat persiapan kelas Coding Kids
Ya, membuat kelas coding kids alias anak-anak belajar pemrograman adalah satu projek belajar yang sedang saya kembangkan bersama beberapa teman pegiat pendidikan. Sebagai langkah awal adalah mengajarkan coding ke anak melalui kegiatan membuat game sendiri. Dan kelas ini ternyata diminati oleh anak-anak. 

Pengajar mengarahkan murid membuat game dengan program KODU
Sama saja dengan pengalaman saya sendiri sebagai orang tua dua anak lelaki yang hobi banget main game, kegiatan mengajar saya kali ini menjadi solusi untuk mengarahkan minat para gamer cilik ini. Beberapa ibu dan bapak dari murid-murid, sering datang kepada saya untuk ngobrol pribadi dan mengatakan lega banget ada kelas yang khusus mengajarkan materi digital kreatif seperti ini.

Setali tiga uang dengan portfolio saya selama ini sebagai Blogger dan pegiat literasi digital, kelas untuk mengajarkan pemrograman sudah saya mulai sejak tahun 2016. Yaitu sejak kuliah lagi di jurusan Teknologi Pendidikan UNESA, dan mengajarkan cara membuat Kelas Belajar Online untuk para guru madrasah di Wonosalam Jombang. Serta dilanjutkan dengan materi yang lebih tinggi, setelah saya selesai mengikuti program Coding Mum di Surabaya sampai menjadi koordinator Coding Mum Disabilitas Surabaya, yaitu kelas belajar coding untuk teman disabilitas mulai tuna daksa, tuli dan slom learner. 

Pengalaman belajar mengajar ini membuka mata saya, bahwa masih banyak tempat yang belum terfasilitasi dengan baik. Salah satunya di Malang. Kebetulan rumah saya di Surabaya. Membuka kelas belajar di Malang, adalah opsi yang menarik karena masih area Jawa Timur dan terjangkau. Untuk itu, kami perlu menindaklanjuti permintaan dari teman suami saya tadi. 

PR pertama sebelum ke Malang adalah saya harus mencari tempat menginap yang nyaman dan bisa mendukung kinerja saya alias wajib ada WIFI hehehe. 

Kebetulan saya dan suami nih belum sempat berbulan madu *padahal dan nikah hampir 20 tahun, hahaha. Ya, karena keadaan saat itu, kami hanya fokus bekerja dan mengasuh dua anak kami. Insya Alloh sih ya, baru sekarang ini bakal bisa keluar rumah, ninggalin anak-anak dengan leluasa dan aman. 

Tempat menginap yang saya suka, adalah dekat dengan alam. Kalau bisa pas buka jendela itu kelihatan sawah atau gunung gitu. Secara saya nih sejak jaman janin tinggal di Surabaya, kota besar, rumah di pinggir jalan raya pula, jadi bosen lihat gedung :).

Seperti biasa, bahkan keluarga besar juga kalau kemana-mana dan liburan, mencari destinasi liburan,  dan bahkan tiket pesawat ya selalu di sini. Di Traveloka dulu :)

Maka dengan seksama dan dalam waktu sesingkat-singkatnya, saya buka nih website untuk mencari penginapan, kali ini VILLA karena saya ingin suasana rumahan dan alam:

pertama, saya isi destinasi wisata ke kota Malang

Lalu akan muncul hotel. Pilih Akomodasi, klik Villa

Lanjut membuka profil Villa yang menarik hati. Lihat reviewnya, Pilih yang poinnya gede

karena saya cuma berdua suami, jadi kamar ini cocok lah. Harganya juga cucookkk

my dream come true. Buka jendela kamar, eh kelihatan alam

tuh beneran kan, reviewnya. cocok banget deh. BOOK NOW

Nah itulah tahapan memilih tempat penginapan traveloka, perlu sekali kita sesuaikan budget keuangan kita dan juga selera. Dan jangan lupa fasilitasnya dipastikan dulu. Terutama kayak saya nih perlu sekali WIFI. 

Oke, setelah membereskan sedikit urusan sana-sini di Surabaya, dan pas juga si anak-anak ini sudah aktif masuk sekolah, maka saya dan si bojo kesayangan siap bulan madu sambil mengajar di Malang. Kalau anda, apakah tertarik juga ke Malang?

Kalau iya, mesen penginapannya di Traveloka aja deh. Dijamin nggak ribet, pembayaran mudah dan cepat. Bahkan pilihannya ada di seluruh Indonesia loh, bahkan dunia.

Setelah dari Malang ini, kami berdua udah rencana mau ke daerah lainnya lagi, keliling Indonesia. Ya, semacam balas dendam lah. Kemarin nggak sempat bulan madu walau sehari saja. Di masa depan kami akan bulan madu teruus sambil membuka kelas belajar. Doakan ya. Ayo kalau mau barengan :)






[womenhood] Emak Go Digital Kok Gaya Hidup Masih Konvensional ?!

Tidak ada komentar
Pada suatu hari saya menemukan satu postingan ini, tentang perempuan Palestina. Saya tertegun beberapa saat ketika membaca satu demi satu keterangan foto di dalamnya.


instagram

Inti dari postingan ini adalah:
Tentang Perempuan Palestina
1. Di Palestina wanita berlomba melahirkan generasi mujahiddin
2. Mereka bangga dari rahimnya lahir para pejuang yang mati syahid
3. Perempuan Palestina tidak kenal ke Mall dan tempat wisata
4. Bagi mereka medan jihad adalah "mall" dan tujuan wisatanya adalah akhirat
5. Di Palestina, kaum perempuan tidak lagi memikirkan kesibukan duniawi
6. Mereka memikirkan kontribusi apa yang bisa disumbangkan untuk Al Aqsha
7. Di Palestina, perempuan tidak minta perhiasan duniawi.
8. Karena mereka yakin, mereka sendiri adalah perhiasan dunia akhirat
9. Perempuan Palestina tidak pernah sibuk  memikirkan "krim" atau  "bedak" apa yang dapat memutihkan wajah.
10. Karena mereka yakin wajah mereka bersinar karena cahaya surgawi.

Wih membaca satu demi satu caption foto di postingan ini, rasanya makjleb di hati. Apalah diri ini? seperti remahan rengginang sisa lebaran yang tercekat di sudut kaleng Kong Guan?
Kecil banget.

Ulasan singkat itu juga mengingatkanku pada sosok para pahlawan perempuan jaman negara Indonesia ini belum merdeka. Mereka yang membantu para pejuang kemerdekaan dengan segala caranya. Seperti Srikandi Malahayati, Cut Nya Dien, Nyi Ageng Serang, Cut Meutia, dan lain sebagainya. Mereka pun pasti punya prinsip hidup seperti para perempuan Palestina. Tidak memikirkan printilan hidup duniawi dan hanya fokus berbuat sesuatu untuk negeri ini, untuk kemanusiaan dan untuk mewujudkan peng-Hamba-annya kepada TUHAN.

Hampir semua poin  di postingan instagram itu mengobrak-ngabrik hati saya. Namun hal itu juga membuat saya tersenyum lega. Seperti datang seorang Perempuan Palestina yang menepuk-nepuk pundak saya, memberikan penguatan sambil berkata, "Hai Heni, cara hidup yang kau pilih dan kau jalani ini, tidak salah". Lalu spontan saya curhat-curhatan di status whatsapp saya itu, sambil mojok di atas kasur, membatalkan niat menulis sesuatu di buku catatan sebelum tidur.


Inilah hasil semua screenshoot-nya, semoga menjadi sekadar masukan untuk sahabat sekalian tentang kehidupan.

















Ya, dari tiap kotak-kotak itu, anda pasti akan bisa menduga bagaimana saya ini menjalani hidup.
Lucu memang, karena sering orang mengira saya ini adalah perempuan alias emak-emak yang sangat aktif, pergi ke sana ke mari. Pagi, siang, malam bisa keluar untuk hangout, meeting, kerja atau apalah-apalah. Bisa cabut kapan saja untuk mengurus semua keperluan. Gaya hidup kekinian, begitulah kiranya.

Ternyata beda banget. Saya sering dibilang sebagai emak jadul. Sudah kelar kerjaan, langsung pulang. Nggak pakai stay sebentar untuk cangkrukan. Paling banter mandek sebentar untuk sekadar foto-foto di tempat yang bagus untuk diposting di instagram.

Dulu, saya pun resah dengan keterbatasan yang saya miliki ini. Sempat saya ikuti gaya hidup kekinian teman-teman yang baru saya kenal. Tapi saya resah. Hadir namun hati gelisah. Sering menggumam dalam hati, di tengah mall atau hotel atau restoran dan cafe yang mentereng itu, batin saya terus menerus bertanya, "Heni, kamu di sini untuk apa?". "Heni, sebandingkah ini semua dari pengorbananmu meninggalkan rumah?". Bisikan-bisikan semacam itulah yang terus menerus berputar di telinga batin saya.

Sampai akhirnya saya lelah melawan diri sendiri. Maka saya memilih berhenti menjadi kekinian dalam pergaulan. Saya menarik diri dari beberapa hal yang membuat saya resah. Saya bertanya berulang-ulang kepada TUHAN,...

"Ya Alloh SWT, saya harus bagaimana? apa tujuan KAU ciptakan diri ini? tugas apa sebenarnya aku hidup di dunia ini? tolong tunjukkan..."
Dan satu per satu jawaban itu pun ditunjukkan. Sampai akhirnya saya yang selalu berdiskusi dengan suami meyakini, bahwa tugas saya adalah di bidang pendidikan.

"Sudah ma, harus makin fokus sekarang. Kegiatan tidak terkait, lebih baik ditinggalkan. Waktu kita tidak banyak. Sampai kapan kita hidup, nggak ada yang tahu." Seperti itulah ucap suami saya. Dan saya yakini kebenarannya.

Maka, saya pun semakin yakin untuk KEMBALI KE RUMAH. Dan berusaha keras mencari cara agar dari rumah, saya masih bisa berkarya.

Mungkin saya harus keluar rumah, tapi itu untuk mengajar atau belajar atau terkait hal keduanya.

Mungkin saya juga ingin jalan-jalan, senang-senang, bercengkerama ringan, tapi itu jika semua urusan keluarga beres dan suami saya berkata Yess.

Istri zaman now, kok masih nurut suami?
Ah, kalau Alloh SWT dan Rasulullah Muhammad SAW tidak menganjurkan hal ini, ya nggak mungkinlah saya turuti.

Naif banget? iya kadang saya dinilai begitu.

Tapi ternyata pilihan hidup saya, menjadi satu hal yang bisa menguatkan beberapa perempuan lainnya. Terutama mereka yang baru memutuskan keluar dari pekerjaan dan menjadi ibu rumah tangga. Silahkan disimak beberapa tanggapan ini:







Apakah anda mengalami hal yang sama?



[Review Jujur] Mengatasi Kulit Wajah dan Bibir Yang Super Kering Setelah Menggunakan Masker Kefir

Tidak ada komentar
Widih judulnya panjang banget ya.
Ya karena memang itu pengalamannya. Jadi begini, ceritanya, langsung saja ya emak-emak yang jarang nulis tentang pengalaman merawat wajah ini bikin postingan yang beda dari biasanya.

Sama saja seperti emak-emak lainnya yang menjelang usia 40 tahun, pada mulai terasa ada yang nggak bisa dikendalikan dari badan kita sendiri. Misalnya bangun tidur udah pegel aja nih telapak kaki, padahal semalam nggak pulang dari acara mendaki gunung atau keliling pusat grosir. Linu aja gitu untuk beberapa menit. Selanjutnya setelah rerempongan di dapur sih, udah biasa aja rasanya.

Perkara badan linu, apalagi sakit pinggang atau perut yang mudah kram ketika mengangkat barang yang menurut kita dulu, nggak terlalu berat, ini ternyata dialami juga oleh beberapa teman seangkatan saya. Artinya saya nggak sendirian juga ya.

Yang rada sendirian itu perkara kulit wajah saya yang mau nggak mau ternyata harus dipedulikan. Oh ya, jaman masih muda, cuek aja, cuci muka pakai sabun mandi trus pakai bedak bayi, semuanya terasa sempurna-sempurna saja tuh. Kulit pipi kenyal juga. Wajah seger. Tak ada jerawat atau komedo atau bintik hitam yang disebut sprutum itulah. Pokoknya pipi bebas dosa gitu.

Eh sekarang kok lain. Dengan pola yang sama nih wajah saya pribadi ya, langsung aja muncul putih-putih ala kulit yang mengelupas. Apalagi bagian hidung dan sekitar bibir. Kering gitu tipe wajah saya ternyata.

Ya namanya kulit kering, pakai logika biasa ya saya cari pelembab aja dong. Asal aja beli lagi pelembab yang sering dipakai. Contohnya pakai merk wardah. Eh nggak nendang juga, kering aja nih wajah.

Lalu browsinglah ke segala blog milik beauty blogger atau female daily yang suka share review skin care. Beli deh pelembab merk citra white, green tea, yang katanya cocok untuk kulit kering. Hasilnya, tetep kering banget.

Lanjut lagi bertualang, kali ini mikirnya pengen yang organik tapi hasilnya cepet gitu. Nggak mau repot anaknya. Sampailah pada kata kunci MASKER KEFIR.



Beli deh saya masker itu, dengan yakinnya memakai masker sesuai ketentuan, dan pasti hasilnya sama kayak testimoni yang saya baca di instagram olshop penjual masker kefir ini. Hanyak 3 hari saja, kulit udah kenyal dan lembab. Sip. Pasti cocok.

Langsung deh, setelah masker kefir diterima, saya cuci muka bersih dan memakainya. Saat memakai masker yang bentuknya pasta susu ini, emang terasa licin wajah, kayak ada minyak-minyaknya gitu. Baunya rada kecut asem yogurt dan juga bau susu sapi banget. Yakin, masker kefir organik homemade ini akan melembabkan kulit wajah saya dengan sekejap, jadi tak perlu lagi beli pelembab dan segala bentuk skin care lainnya.

Wuih happy dong pede, akhirnya nemu solusi wajah kering saya. Setelah 15 menitan, lalu saya bilas wajah dengan air biasa sampai bersih. Dikeringkan dengan handuk. Hasilnya adalah, tralala wajah saya rasanya kering banget dan sampai ketarik gitu. Putih-putih seperti kulit mengelupas, nggak hanya ada di hidung dan sekitar bibir, ini sampai ke pipi juga. Kering gitu. Kalau nekad di kasih bedak langsung, hasilnya noda-noda bulat putih kayak sisik ikan itu ada di hampir seluruh wajah saya. Waduh kok gini hasilnya. Langsung saya cuci muka lagi. Daripada pake bedak malah ketauan "mbesisik" gini.

Kecewa dong dengan harapan setinggi langit pada masker kefir yang katanya begini begitu itu. Mulai buruk sangka bahwa ini kefir buatan "mbak itu" kayaknya nggak bener deh. Dan segala prasangka lainnya muncul. Padahal ini bulan puasa loh mbakyu, astaghfirullah.....dosa saya.

Biar nggak dosa terus, saya laporan aja ke penjual masker kefir, yang kebetulan memproduksi sendiri semua susu kefir dan produk skin carenya. Saya ceritakan detil, kenapa wajah saya kok malah kering?
Ternyata dia belum bisa menjawab, karena testimoni pembelinya selama ini baik-baik saja.
Waduh, kebuang dong itu produk skin care kefir dan susunya yang udah kebeli kemarin sekitar 230ribuan. Eman kan ya, mending buat beli gamis dapat sebiji. Atau beli sandal dapat 2 biji. Atau beli 1 biji tunik dan 1 biji sandal. hadeh khas itungan emak-emak kan.

Akhirnya saya iseng aja browsing dengan kata kunci, "kulit wajah kering setelah memakai masker kefir".

Dan, ealaahh...ada juga loh hasilnya ditulis di blog orang. Wis...blog emang powerful deh.

Jawabannya adalah masker kefir itu akan berakibat beda-beda sesuai kulit bawaan pemakainya. Nah, singkatnya, untuk saya dengan wajah yang kulitnya kering banget ini, jika memakai masker kefir murni, maka jadinya akan kering juga. Malah jika makenya terlalu banyak, lama atau sering, ya makin kering.

Solusinya gimana? ya ketika memakai masker kefir harus dicampur bahan organik lain yang bisa memberikan nutrisi untuk kelembaban kulit. Di blog itu dituliskan untuk dicampur dengan olive oil dan egg yolk alias kuning telur. Nah...ada solusinya, tapi belum saya coba. Karena males ributnya pakai kuning telur sebiji untuk masker kefir sesendok, kebayang hasilnya jadi terlalu banyak untuk sekali pakai.

Karena nggak sabaran, saya pun berburu pelembab wajah aja ke toko kecantikan. Pertama saya ingin mencari merk Cetaphil, sesuai anjuran keponakan saya. Ternyata nggak ada. Lalu saya bilang aja ke mbak penjaganya.

"Pelembab untuk kulit kering banget, ada nggak mbak?"

Trus mbak itu menatap wajah saya dengan pilu dan prihatin. Sambil berkata, "ya ampun bu, wajahnya sampai kering begitu."

Saya jadi merasa hampa.... :D

Lalu dianjurkannya merek pelembab ini, PIXY WHITE AQUA GEL CREAM. harganya 23 ribu.

Saya pegang bolak-balik dengan setengah percaya. Karena selama ini nggak pernah pakai skin care merk pixy. Pernah beli bedak padat doang sekali, trus kecewa karena hasilnya nggak enak dipakai.

Melihat saya ragu, mbak penjaganya dibantu satu masnya juga terus meyakinkan saya. Sekaligus memberikan sample produk dan dioleskan ke tangan saya.

"Kalau ini bukan krim bu, tapi gel. Jadi nanti hasilnya nggak bikin kering. Bedak juga nempel. Rasanya adem."

Masih ragu juga sih saya, tapi ya sudahlah coba aja. Harganya juga murmer.

"oke deh mbak, satu ya."

Semoga ini cocok deh, gitu batin saya.

Selain pelembab wajah, saya di toko itu juga mencari lip balm untuk melembabkan bibir. Salah saya sendiri juga sebelumnya. Nih bibir saya olesi juga masker kefir. Maksud hati sekalian bisa kenyal dan lembab gitu. Eh ya hasilnya malah kering dan pecah-pecahlah.

Saya maunya minta yang merk Nivea, karena lihat iklannya bagus dan pernah baca review teman, katanya bagus banget. Eh di toko itu nggak ada.

Ya sudah, saya minta merk wardah aja. Dan ternyata ada nih, lip balm rasa orange, harganya cuma 17ribu.

LIP BALM WARDAH



Baiklah, saya pulang ke rumah dengan dua pelembab ini. Langsung ingin mencobanya, cuci muka bersih, oles pelembab wajah dan juga lip balm.

Hasilnya, ajaib bener ajaib deh. Wajah saya ngga kering lagi. Dan pelembab Pixy itu beneran adem di wajah. Cepet meresapnya dan stay lembabnya. Kemudian di hari itu, tiap selesai wudhu, saya ulangi lagi pakai pelembab dan lip balm.

Sampai esoknya, setelah wudhu untuk solat Shubuh, saya pakai pelembab dan lip balm lagi. Lalu setelah beres ngaji dan lain-lain, sekitar setengah jam kemudian, saya iseng pakai bedak bayi ke wajah saya. Dan hasilnya, tralalal...nggak ada lagi noda putih macam kulit mengelupas di wajah saya. Artinya wajah saya beneran lembab.

Alhamdulillah, nemu deh 2 skin care yang murah meriah dan bermakna untuk mengatasi kulit wajah saya yang kering ini. Kata satu teman saya, skin care itu cocok-cocokan. Biar mahal kalau nggak cocok, ya kulitnya rusak. Biar murah kalau cocok, ya bagus.
Jadi semacam jodoh gitu lah ya, hehehe

Begitulah pengalaman saya ya. Jika ada emak-emak yang mengalami hal sama, semoga bisa jadi masukan.

Menjadi Koordinator Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018

3 komentar
Sebuah pengalaman yang menarik menjadi Koordinator Daerah Coding Mum Disabilitas.

Coding Mum Disabilitas adalah sebuah program belajar coding untuk sahabat disabilitas atau difabel yang diselenggarakan oleh BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) Indonesia. Sebelumnya Bekraf membuka Coding Mum yang menyasar target ibu rumah tangga yang bekerja di rumah. Keduanya mengusung tema yang sama yaitu melek digital literasi. Artinya program belajar ini mencoba mengenalkan sebuah dunia baru di era digital yaitu bahasa pemrograman. Nah, materi awal yang coba dikenalkan adalah pemrograman untuk membuat website dari nol. Atau bisa dibilang dengan istilah Make A Website from Scratch.

Saya sendiri adalah alumni dari Coding Mum Surabaya Batch 1 tahun 2016. Setelah mengikuti program ini, saya dan beberapa teman membuka kelas belajar coding untuk ibu-ibu dan selanjutnya juga untuk anak-anak.

Mungkin melihat konsistensi saya untuk menggulirkan kembali semangat belajar coding untuk berbagai kalangan terutama perempuan dan anak, maka pihak Bekraf menghubungi saya dan mengajukan tawaran untuk menjadi koordinator daerah Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018.

Tentu saja, tanpa berpikir lama saya langsung mengiyakan tawaran itu dan tak peduli akan sesulit apa atau bakal seberhasil apa. Pokoke budal, kalau kata orang Surabaya ya.

Kinerja saya dimulai dengan tugas mencari lokasi belajar yang nyaman dan fasilitasnya cocok untuk pelatihan coding. Lalu publikasi program dalam rangka rekruitmen mentor dan mencari peserta. Untuk melakukan hal ini saya dibantu oleh pihak Kolla dari Jakarta, yang merupakan event organizer dari pihak Bekraf.

Mencari peserta difabel itu PR banget bagi saya yang sama sekali tak pernah bersinggungan dengan pihak mereka dalam acara apapun selama ini. Karena tidak punya koneksi awal, saya pun mengirimkan pesan broadcast ke berbagai grup whatsapp yang saya ikuti. Mulai SCCF, UMKM Surabaya, Blogger, Grup Guru Belajar Surabaya, alumni sekolah dan bahkan wali murid sekolahan anak-anak saya.

Alhamdulillah dengan cara ini, saya mendapatkan satu per satu nomor kontak pihak terkait yang bisa dihubungi. Mulai dari guru SLB, interpreter bahasa isyarat, ketua komunitas disabilitas dan dosen PLB (Pendidikan Luar Biasa). Semuanya saya hubungi dengan sangat intens. Termasuk satu per satu nama yang mendaftar di link google form yang dibuat oleh pihak Kolla.

Deg-degan tiada tara. Dan di awal kerja saya mendapatkan pengalaman sangat berharga tentang perbedaan gaya bahasa ketika berhadapan dengan teman difabel. Intinya saya harus berhati-hati dalam menulis kata demi kata, sehingga tidak ada salah paham.

Karena menulis chat kepada teman tuli berbeda jauh dengan teman yang tuna netra. Cara menulisnya, susunan bahasanya, bahkan tanda baca yang digunakan sempat membuat saya kaget.
Tapi, mbak Gita, mentornya mentor dari pihak Kolla memberikan masukan bahwa itulah yang harus saya hadapi. Saya harus bisa menyesuaikan diri.


Training of Trainer

Program CM Disabilitas ini dimulai dengan 2 hari pelatihan untuk calon trainer  yang disebut ToT (Training of Trainer). Isi pelatihan bukan semata mengajarkan tentang coding, karena tentu saja calon mentor sudah paham semua karena rata-rata mereka adalah programmer dan web designer. 

Pelatihan lebih ditujukan cara mengajar kelas yang harus berdampingan dengan interpreter bahasa isyarat untuk teman tuli. 

Berikut adalah contoh ketika mbak Gita memberikan arahan kepada calon mentor, 





Selama proses ToT, calon mentor saling berdiskusi tentang bagaimana agar pelatihan selama 8 hari ke depan itu berjalan lancar, menyenangkan dan semua peserta utuh sampai akhir. Tidak mrotoli satu per satu di tengah jalan. Nah, mbak Balqis, guru SLB dan interpreter bahasa isyarat memberikan ide bahwa suasana harus menyenangkan dan kita, calon mentor, harus bersikap layaknya keluarga kepada para teman difabel. Untuk itu dia dan mbak Ani, seorang programmer yang akhirnya menjadi asisten mentor, membuat video untuk mengajak teman tuli bersemangat belajar coding. Inilah videonya,




Setelah dua hari ToT , langsung dilanjutkan dengan pelatihan reguler Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018. Peserta sejumlah 20 orang, terdiri dari teman disabilitas tuli, tuna daksa dan slow learner, serta beberapa guru SLB dan pemilik yayasan peduli ABK sebagai perwakilan dari pemerhati disabilitas. Di program kali ini, kami belum bisa memfasilitasi teman dari tuna netra karena terbatasnya fasilitas dan sumber daya manusia. Mohon maaf untuk teman tuna netra. Semoga ada program Blind Coding nanti yang bisa diselenggarakan di lain waktu. 





Cara mengajar adalah seperti di bawah ini, ada mentor utama yaitu kak Korniawan serta satu interpreter bahasa isyarat di depan kelas. Mereka bergantian "bicara" menerangkan isi materi. 




Jika ada peserta yang kesulitan, maka ada 3 asisten mentor yang siap membantu, yaitu kak Tika, kak Ani dan kak Yakup. Bahkan ada 2 asisten mentor volunteer, kak Yudhi dan kak Qurin,  yang baik hati mau datang dan juga membantu dalam beberapa hari. 





Berikut gambaran pembelajaran coding dengan interpreter mbak Balqis dan mentor kak Korniawan.



Alhamdulillah CM Disabilitas ini selesai pas waktunya dan hampir semua pesertanya selalu masuk kelas. Ada beberapa yang absen karena harus menempuh ujian di sekolah. Atau peserta tuna daksa yang absen karena pendampingnya tidak bisa mengantar. 

Untuk mengatasi absennya peserta, kami memberikan forum tanya jawab di grup whatsapp. Dan saya berusaha merekam dengan baik sesi pelajaran yang diberikan, lalu membaginya di grup. Jadi saya selama pelatihan kerjanya jadi tukang foto dan tukang rekam video. Selain juga mengurusi printilan kebutuhan logistik dan harian selama acara. Misalnya kabel olor colokan listrik, tatanan kursi, layar dan projectornya, air minum, permen dan beberapa jajanan yang bisa dikunyah dan lain sebagainya. Ya namanya juga koordinator :)

tukang foto modal hape dan tripod dari jaknot 

Di sesi akhir pelatihan adalah presentasi. Semua peserta maju untuk presentasi. Sungguh mengharukan tapi tak ada satu pun yang berlinang air mata. Karena suasana begitu meriah dan rame. Khas Suroboyoan banget. 



Semua bersemangat dan bahkan presentasi kami diposting di instagram pribadi bapak Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF).


Coding Mum Disabilitas: Coding Mum Disabilitas Surabaya telah ditutup hari ini. Sebanyak 18 peserta Coding Mum Disabilitas mempresentasikan website hasil pelatihannya selama ini. Pelatihan coding yang diselenggarakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerjasama dengan PT Kolaborasi Ide Kreatif (Kolla Space) sudah dimulai sejak tanggal 19 April hingga 3 Mei 2018 di Rumah Kreatif BUMN Mandiri Surabaya. Kegiatan diikuti oleh peserta disabilitas yang memiliki minat untuk mempelajari coding. Ketiga juri yang hadir adalah Ibu Farida dari ITATS, Bapak Amin dari perwakilan BEKRAF dan Ibu Gita Citra dari Kolla Space. Peserta mayoritas adalah siswa SLB yang berasal dari Gresik dan Surabaya. Peserta dari Gresik setiap hari pulang pergi dari Gresik ke Rumah Kretif BUMN Surabaya dengan jarak tempuh lebih dari 1 jam. Berikut video pendek dari salah satu peserta dan beberapa foto.
Sebuah kiriman dibagikan oleh Triawan Munaf (@triawanmunaf) pada


Beberapa hari sebelum akhir pelatihan, kami mendiskusikan tentang program selanjutnya dari pelatihan ini. Dan alhamdulillah, mentor dan peserta sama antusiasnya ingin belajar terus. 

MENTOR, JURI, PESERTA Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018

Begitulah secuplik pengalaman berharga saya ketika meng-handle Coding Mum Disabilitas Surabaya 2018. Cerita lengkapnya banyak banget sebenarnya. Bahkan layak dijadikan novel atau drama beberapa episode. Karena banyak sekali yang terjadi saat itu. Termasuk adanya visualisasi kepala perempuan tanpa jasad, yang sedang ikut kelas Coding Mum mulai awal sampai akhir, tapi hanya bisa disaksikan oleh satu peserta tuli . Hiyyy.... 






Kini Anak Bisa Bikin Game Sendiri di Kelasku Digital

1 komentar
Suasana Coding Kids di Kelasku Digital
"Aduh, anakku kecanduan game. Bisa hancur masa depannya nanti!"

Ekspresi putus asa dan greget ini biasanya diungkapkan orang tua ketika mereka merasa tidak bisa berbuat apapun untuk MENGHENTIKAN kegemaran anak-anaknya bermain game.
Saya sendiri pun mengalaminya. Dengan hadiah berupa 2 anak laki-laki yang gemar sekali main game, masa saya jadi mamah muda, harus mati-matian mencari cara untuk menghentikan anak main game tadi.

Wih kalimat ini panjang bener ya. Maaf. Sekarang pada tarik nafas deh.
Usaha saya yang bertahun-tahun itu, ga ada hasilnya. Anak saya tak bisa lepas dari game. Dan malah emosional, gampang ngamuk kalau ada masalah keciiil banget di rumah.
Saya nyaris menyerah, mau membiarkan saja anak berbuat sekehendak hatinya. 

Dalam bahasa Spanyol bisa disebut, "Sak karepmu wis nak!!!"

Untunglah, ada sejumprit sel neuron di otak saya dan seimprit bisikan hati saya yang mengatakan, "bagaimana kalau nih bocah diarahkan untuk MEMBUAT GAME".

Dan lalu, bergerilyalah saya di jelajah mbah Google, mencari "tempat kursus game anak Surabaya murah meriah bahagia".
*google bete kali ada yang search dengan kata kunci sebanyak itu :)

Dan hasilnya adalah...<<<<zonk>>>

Ada studio animasi, tapi ga nerima peserta anak kecil. Atau ada kursus komputer anak, tapi bayarnya harus satu paket yang nilainya jutaan rupiah.

Akhirnya, saya dan suami mencari cara yang paling bisa kami lakukan, yaitu:
1. Membelikan komputer
2. Memberi aturan bahwa:
A. Hanya boleh main game di komputer
B. Game harus tidak porno, sadis, horor
C. Dilarang main game di PS, Nitendo, dll

Tujuan kami adalah agar setelah capek main game, anak bisa nguprek komputer itu untuk belajar hal lain. Minimal buka ms.words atau Paint.
Sekitar 9-10 tahun lalu, 2007, untuk mendapatkan game "berat" harus beli CD di THR (sekarang disebut Hi Tech Mall).
Untuk main game online, masih terbatas karena belum punya modem apalagi wifi.

Waktu berlalu, ternyata anak saya beneran nguprek komputer selain main game. Singkat cerita, si sulung memilih sekolah di SMK jurusan pemrograman, karena ingin jadi programmer.

Alhamdulillah strategi berhasil.
Saat ini, saya masih melihat masalah yang sama untuk anak-anak kecil terhadap game yang makin canggih dan menarik. Orang tua makin panik, tak tahu bagaimana membendung kehebatan anaknya memainkan gadget untuk gaming.

Dengan niat menjadi bagian dari solusi dan kebetulan bertemu dengan penggagas kursus game anak, maka saya membuka Kelasku Digital di Surabaya. Update informasi bisa dilihat di instagram @kelaskudigital

Dengan pengalaman yang sama, saya yakin program coding kids di Kelasku Digital ini, bisa jadi jalan anak-anak gamer mengasah kreatifitasnya. Dan tidak ada lagi kalimat pedas ortu yang panik ketika melihat anaknya bermain game. Melainkan ortu bisa seiring sejalan mengenal kemajuan teknologi bersama si buah hati.

Ayah, bunda, kini saatnya mengarahkan putra putri kita menjadi Pembuat Game, bukan hanya Pemain game. Semoga dari sana, mereka mulai tertarik dengan dunia pemrograman. Sehingga kelak mereka bisa menjadi TEKNOPRENEUR yang andal. Amin.

Ingin tahu detil kelasnya?
Chat langsung di bit.ly/infokelasku