Tampilkan postingan dengan label review drama korea. Tampilkan semua postingan

Minari Film Keluarga Korea Berkelana di Amerika

Tidak ada komentar

Minari, adalah nama dari suatu tanaman khas Korea yang sengaja dibawa oleh Sang Nenek di film ini. Minari seperti rumput atau daun kucai ya di Indonesia. Minari bisa ditambahkan ke semua jenis makanan, begitu ucap si nenek. 

Menariknya film ini bukan bercerita asal muasal Minari atau tahap menanam dan berbisnis tanaman Minari. Sebaliknya ini lebih menunjukkan kehidupan yang dialami sebuah keluarga asal Korea yang berkelana ke Amerika. 

Berkelana itu tidak mudah. Dan itu benar ditampakkan dalam adegan dan gestur pemain film Minari ini dengan baik. Kesulitan dalam hidup, kurangnya uang, matinya pasokan air, pertengkaran suami istri, ini semua sejenak membuat saya dan suami "membeku" teringat masa lalu, masa perjuangan. 






Kesan Tentang Pernikahan dan Pengkhianatan dari Drama Korea Saimdang Lights Diary Dan Perempuan Harus Bagaimana?

Tidak ada komentar

Saimdang Light's Diary, ini sudah tamat saya tonton sejak pertama kalinya drama Korea ini rilis. Banyak sekali episodenya. Antara seru, membosankan, seru dan tidak happy ending pula. Namun ada beberapa kesan yang terus membekas di hati saya sampai saat ini. Yaitu tentang pernikahan dan pengkhianatan yang dialami oleh pemain utamanya, Saimdang. 


Saimdang, perempuan berbaju hijau di gambar di atas, adalah seorang anak gadis yang anggun, berpendidikan dari keluarga terpandang di era Joseon. Hobinya melukis membuatnya jatuh cinta kepada Lee Gyeom, lelaki di sebelahnya pada gambar di atas. Namun, takdir mengatakan dia bukan jodohnya. 

Proses pernikahan mereka batal dikarenakan ayah Saimdang ingin menyelamatkan anak perempuannya itu dari kekejaman orang yang telah memfitnahnya dan keluarganya. Daripada anakku mati, lebih baik aku nikahkan dengan orang lain, seadanya orang, lelaki yang biasa saja, bodoh pun tak apa. 

Kebetulan ada seorang lelaki muda yang pas banget dengan kriteria itu yang sedang tinggal menyewa di rumahnya, mendadak dia ditodong untuk menikah dengan Saimdang. Sementara si Lee disekap di sebuah gudang agar tidak datang dan batal menikah. 

Tanpa tahu apa sebabnya, Lee berusaha merebut Saimdang dan membuatnya menjadi istrinya sesuai rencana awal. Namun Saimdang tidak bisa mengikutinya atau ikut lari bersama Lee, "Aku sudah tidur dengan suamiku, aku tidak bisa ikut denganmu Lee." kalimat itulah yang teringat di benak saya. 

Teringat banget karena dua sejoli ini masih kecil-kecil alias ini pernikahan muda begitu. Dengan sosok suami Saimdang yang slebor dan pemalas, jadi saya ikutan gregetan gitu. 

Cerita tentang drama Korea ini, anda bisa mengikutinya dari blog atau vlog orang lain. Di tulisan ini yang ingin saya garisbawahi adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh suami Saimdang, dan alasannya waktu dia ketahuan. 

Pengkhianatan Suami Saimdang

Karena lahir dari keluarga terpandang dan mempunyai karakter halus, sopan, elegan juga pintar, Saimdang terus bersikap seperti itu apapun yang terjadi. Menjadi istri yang tunduk, menurut, diam, bersih, rapi dan menerima apapun kekurangan suaminya tanpa protes sepatah katapun. Ketika hatinya sakit dan sangat sakit paling dia hanya memegang dada kirinya sambil duduk terjatuh. Namun kemudian tetap bangkit untuk mencuci baju suaminya, menjahit, menyetrika sampai rapi dan menyiapkan makanannya untuk sarapan atau makan malam. Tak ada kata kotor, bentakan, amarah. Sama sekali halus, tenang, diam. 

Saimdang selalu bersikap elegan dan baik secara sempurna. Kemiskinan tidak membuatnya jadi orang kasar. Sebaliknya, suaminya juga tetap sebagai lelaki yang seenaknya, mudah ditipu, malas. Bagaikan langit dan bumi. 

Jika dinalar, seharusnya suami Saimdang adalah orang beruntung sedunia. Dan harusnya dia setia luar biasa dan tidak butuh perempuan lain atau orang lain atau apapun untuk membuatnya bahagia. Nyatanya dia berkhianat, berselingkuh dengan seorang perempuan rada berumur, pemilik kedai makanan dan minuman keras. 

Si pemilik kedai ini orangnya ekspresif. Tidak menahan emosi. Ketika senang dan lucu dia akan tertawa terbahak-bahak. Ketika marah dia akan mengomel, memukul, dan membanting barang yang di depannya. Terbuka banget. Termasuk juga ceria dan mudah bergaul dengan yang lain. Tak terlalu pintar juga karena sering ditipu juga. 

Bandingkan dengan Saimdang yang pandai luar biasa menahan emosinya dengan diam dan cantik. 

Singkat cerita, Saimdang akhirnya melihat sendiri suaminya tidur di tempat wanita lain, si pemilik kedai. Disitulah akhirnya emosinya terbuka. Dia menangis dan marah, masih dengan elegan. Bertanya, kenapa suaminya masih saja selingkuh padahal dia sudah berusaha sebaik mungkin menjadi istri yang baik selama ini tanpa protes apapun. Walau sudah menerima susahnya akibat suaminya tertipu dan harus bekerja menghidupi dan membesarkan sendiri 4 orang anaknya. 

Dan tahukah apa yang dikatakan oleh suami Saimdang?

"Dadaku sesak sekali menjadi suamimu. Kamu selalu baik dan sempurna. Selalu bersih dan rapi. Berbeda dengan aku yang jorok dan bodoh. Aku tidak bisa leluasa di depanmu. Tapi aku bisa tertawa bersama dia!" katanya menunjuk perempuan pemilik kedai. 

Tentu saja, Saimdang kaget. Luar biasa sakit hatinya. Dia memegang dada kirinya dan tak bisa beranjak dari tempatnya berdiri. 


Kok, ada Saimdang versi Indonesia kayaknya ya?

Jika melihat berita viral baru-baru ini. Tentang seorang ibu cantik, elegan, baik yang diusir oleh suaminya tanpa sebab pasti. Dan mungkin karena pengkhianatan pernikahan. Saya kok jadi ingat dengan karakter Saimdang. 

Dari beberapa vlog, tertampilkan sosok ibu ini yang lugu, manis, ibarat anak gadis yang selalu ada di dalam pelukan ayah ibunya. Tak curiga apa-apa. Tak minta apa-apa. Tak ingin apa-apa. Rela dikhianati. Rela diperlakukan tidak adil. Asalkan dia bisa tampil elegan dan membuat semua orang melihatnya baik-baik saja. 


Sementara pasangannya punya sifat sebaliknya. Dan akhirnya ibu cantik ini yang malah ditinggalkan. Padahal baik sempurna. 

Apakah bosan? atau memang nggak bener aja si suami-suami ini?


Ada benarnya juga tentang anjuran jika menikah lebih baik sekufu'

Ini istilah dalam agama islam. Mudahnya sekufu' ini diartikan dengan sederajat. Sebaiknya laki-laki dan perempuan itu menikah dengan yang sederajat. Bukan semata derajat harta kekayaannya. Melainkan juga tingkat pendidikannya, karakternya. Yang kalau orang Jawa melihat itu sebagai kesetaraan antara bibit, bebet, bobot. 

Ini tidak berlaku di semua orang, namun sedikit banyak mempengaruhi. 


Lalu sebagai perempuan, kita sebaiknya bagaimana?

Yang penting adalah kita sebagai perempuan, harus punya satu pegangan agar bisa berdiri sendiri. Apapun itu bentuknya. Yang lebih baik adalah berupa keterampilan dan pendidikan. Dengan demikian, bisa siap untuk beradaptasi dan berjuang jika ada hal yang terjadi di luar dugaan.

Bukan untuk mengajak para istri memasang curiga dan waspada pada suami. Lalu memaksa membuat semua aset harta menjadi hak milik atas namanya. Ini semua tergantung kondisi dan kesepakatan masing-masing. 

Namun, mengajak para perempuan siap dengan perpisahan, terutama dalam pernikahan. 

Bahwa memang benar, suami dan istri itu pasti akan berpisah. Kalau nggak gara-gara manusia lainnya ya karena sudah takdir dari Tuhan. 

Kita tidak bisa mengendalikan masa lalu dan masa depan. Namun kita bisa mengelola masa kini, menjadi manusia yang lebih memilih hanya bergantung pada Tuhan. Tak begitu risau dengan tingkah polah manusia, yang bisa saja terbolak-balik hatinya. 

Dan bagi saya pribadi, menjadi baik, manis, menurut dan lugu itu sudah tidak jaman. Perempuan harus juga detil, waspada dan minimal tidak direndahkan oleh yang namanya pengkhianatan dan penipuan. Apalagi yang ditutupi dengan sikap manis dan enteng lidah menyebut firman dan ayat-ayat Tuhan. Hari gini, perempuan harus makin mempercayai diri sendiri dan hati nuraninya. Betul, bukan?

Sekilas adegan dan teaser drama ini bisa dilihat berikut:





Review Drama Korea My Mister My Ahjussi Yang Layak Ditonton Berkali-kali

Tidak ada komentar


 

Melihat poster dari drama Korea ini, pasti kalian mengira isinya adalah cerita penuh canda tawa. Tapi coba saja memutarnya. Bahkan di episode pertama saja, auranya begitu muram. Lelah, sedih, marah dan tertekan. Adegan demi adegan mengenalkan satu demi satu karakter dengan tipe kemuramannya sendiri-sendiri. 

Lee Ji An, satu-satunya perempuan di poster drama di atas, adalah tokoh utama pendamping Park Dong Hoon, lelaki yang tertawa lebar di sebelah kirinya. 

Singkat cerita, tiga lelaki di atas adalah tiga bersaudara kandung. Lee Ji An adalah salah satu karyawan yang direkrut oleh Park Dong Hoon yang saat itu masih menjadi manajer. 

16 episode tersaji rapi dan runtut, juga manis. Alur ceritanya kaya dengan makna kehidupan. Semua orang punya andil masing-masing untuk menyajikan persoalan hidup yang terasa begitu nyata. Benar-benar bisa terjadi di kehidupan sehari-hari sekitar kita. 

Ji An, gadis muda yang susah payah dalam hidupnya. Ditinggalkan sejak bayi dalam asuhan neneknya yang bisu dan tuli. Tanpa bisa mengelak untuk menerima warisan berupa hutang yang banyak dari ibunya yang melarikan diri setelah dia dilahirkan. 

Ji An hidup sebagai bulan-bulanan rentenir. Begitu juga neneknya yang hampir setiap hari jadi samsak, sasaran pukulan mereka yang menagih uang dan marah karena ibunya Ji An tak datang-datang. 

Sedari kecil, Ji An terus bekerja untuk membayar hutang ibunya yang takkan pernah habis juga. Karena berhutang di rentenir, berarti jumlah uang yang beranak pinak dengan cepat karena sistim bunga yang sangat besar dan kadang tidak masuk akal. 

Ji An tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan tidak percaya kepada siapa pun. Demi menjaga kewarasannya yang sering mendapat perlakuan kasar dari sekitar. 

Manajer Park Dong Hoon, yang selanjutnya dia panggil sebagai, Ahjussi, alias paman, adalah orang pertama yang memperlakukannya secara manusiawi di saat Ji An ditawari untuk makan malam bersama staff. Cerita kebaikan Ahjussi pun bergulir di situ. 

Apakah ini kisah cinta terlarang antara bapak-bapak dan seorang gadis muda?

Bukan!

Konflik terjadi ketika Ji An, mengetahui adanya perselingkuhan antara istri si Ahjussi ini dengan CEO di kantor mereka. Persaingan di dunia kerja antara CEO yang adik kelas di kampusnya Ahjussi dan pengkhianatan cinta menjadi fokus utama jalan cerita. Momen pemilihan Direktur perusahaan baru, yang membuat Ahjussi dan Ji An terlibat banyak masalah.

Yang menarik, di sela-sela alur cerita menuju pemilihan Direktur ini, banyak kisah kehidupan yang disajikan. Tentang orang hebat berprestasi yang memilih menjadi Biksu dan melepaskan semua kesuksesannya di dunia termasuk cinta pertamanya.

Tentang kasih sayang tiga orang bersaudara di dalam keluarga. Persahabatan antar teman dan lingkungan rumah, yang walau digambarkan bisa akrab karena momen minum-minum bir setiap hari. Juga hubungan manis antara Ji An dan neneknya yang bisu tuli. 

Pesan moral utama disampaikan di adegan akhir, percakapan antara Ji An dan Neneknya di Panti perawatan. Nenek mengatakan bahwa, Semua hubungan interpersonal (antar manusia) adalah penting, baik dan berharga. Dia juga menasehati Ji An untuk hidup dengan baik dan bahagia, sebagai cara membalas budi kebaikan orang-orang baik yang telah menolongnya itu. 

Eskpresi nenek dan caranya berbicara dengan bahasa isyarat bersama Ji An, begitu masuk ke dalam kalbu. Perlahan, tenang dan tiap satu kata mengandung makna. 

Penonton bisa menangis berkali-kali melihat drama Korea ini. Menyadari hubungan interpersonal yang mungkin gagal di satu sisi dan sisi lainnya. Gagal sebagai anak yang baik, teman baik, saudara yang baik. Atau bahkan menganggap semua orang tidak baik alias tidak bisa percaya kepada orang lain. 

Namun itulah liku-liku kehidupan. Kesedihan, kemarahan, kesalahan adalah alat untuk tumbuh dewasa. Drama Korea berjudul My Mister atau My Ahjussi ini layak ditonton semua orang. Bahkan anak remaja juga bisa diajak, asalkan orang tua mendampingi tentang nilai moral menanggapi minum miras, mabuk dan banyak umpatan di sana. 

My Mister, recommended drama. 






Review Drama Korea: Love Affair In The Afternoon

3 komentar
drama korea love affair in the afternoon


"Jaman sekarang, anak-anak tidak dibesarkan oleh ibu. Mereka dibesarkan oleh uang."

Kalimat amarah dari seorang tokoh di drama ini, membuat hatiku tersentak sangat. Sebuah reaksi yang mungkin tak biasanya ada dalam proses menonton drama Korea bertema perselingkuhan. Harusnya saya membahas tentang percintaan, kesetiaan dan betapa buruknya para pelaku pengkhianatan pada lembaga suci pernikahan.

No, tidak. Saya tak ingin membahas itu.
Perselingkuhan adalah BIG NO!. Haram hukumnya, Begitu buruk. Titik.
Bagi saya, jika ada perempuan yang berselingkuh, dia tidak hanya mengkhianati dirinya sendiri. Melainkan juga mencorang moreng nama baik sesama kaumnya, kaum perempuan.
Saya bahkan pernah sangat kecewa dan sangat marah, ketika mendengar teman baik saya melakukan hal itu. Dan akibatnya, saya sama sekali langsung memutuskan hubungan dengannya dan siapapun yang terkait dengannya. Saya bukan psikolog dan psikiater, dan bisa dibilang bukan teman yang baik juga, karena tak mau tahu apapun alasannya, I just walk away. Sorry that'is me.

Baiklah lanjut.
Awalnya saya menemukan judul drama ini, ketika barengan nobar sama suami. Awal menontonnya, saya kagum dengan pemilihan tokoh utama dalam drama ini. Cerdas. Mereka tidak memilih karakter perempuan nakal atau pria playboy. Melainkan, pelaku pengkhianatan ini adalah perempuan kalem baik, dan lelaki yang kalem dan juga baik, yang keduanya bisa dibilang orang-orang tenang, diam dan baik-baik saja.

Memang sih ada satu tokoh perempuan yang lebih berani. Tapi dalam perjalanan alur ceritanya, sesungguhnya dia yang paling lemah.

Suami saya tidak mau meneruskan nonton bareng drama ini. Dia sama sekali tidak suka dengan ide ceritanya. Dan memang di awal-awal drama, lebih banyak adegan yang bagi suami saya, tidak pantas dilakukan. Apalagi saya sering membuka obrolan tentang ini, "bagaimana jika ada perempuan lain yang berani mendekatimu seperti dia? atau yang kelihatan jauh lebih baik dari aku?"

Semakin dia risih mendengarkan pertanyaan itu, suami saya pun bahkan melarang, "jangan teruskan nonton drakor itu ya ma!", katanya.

"Takut aku terinspirasi?", sahut saya cepat dengan tertawa ngakak.
"Jangan kuatir Beib, aku takkan merendahkan diriku seperti itu. Sholat ibadah aja belum tentu nggenah dan diterima. Kok cari perkara sama Gusti Alloh. Don't worry. Aku cuma tertarik alur cerita dan karakternya ini bagus. Gak pada umumnya dan beneran kayak kisah nyata. Seperti ceritanya teman-teman dan sekitarku yang beneran melakoninya."

Haduh, saya anggap kesialan bener dalam hidup saya berteman dengan orang yang melakukan pengkhianatan dalam pernikahan. Sumpah. Marahnya saya nggak habis-habis ini. Tetapi di drakor ini, sedikit banyak membuat saya berpikir, "oh..seperti itu penyebabnya." Mungkin jika kelak ada orang di dekat saya mengalaminya. Atau ada orang yang bercerita tentang ini, saya akan menahan diri sebentar untuk mendengarkannya. Akan tetapi, saya berharap tidak ada sih ya, karena nggak kompeten juga memberikan nasehat atau jalan keluar. Lebih baik mengarahkan mereka ke pihak yang lebih ahli.

Aduh. Membahas cinta dan pernikahan, memang tidak ada habisnya. Bagaimana awalnya dan ujungnya, juga masih misteri. Siapa yang tahu akan berjodoh dengan siapa? Siapa yang bisa memprediksi kehidupan pernikahan bisa jadi berantakan padahal sudah menyelenggarakan pesta resepsi mewah dan besar-besaran?

Tapi dari drama Korea ini, saya malah mendapatkan pencerahan bukan tentang cinta dan pernikahan. Melainkan tentang Bakat dan Anak.

Saya tidak mudah menghafal nama pemain. Jadi yang saya ingat adalah, beberapa karakter tokoh ini melepaskan bakatnya ketika muda untuk menikah, menjalani pernikahan dan mempertahankannya.  Ada juga seorang murid sekolah, yang dianggap bandel, padahal dipaksa belajar di bidang yang tidak disukainya.

Adegan demi adegan terkait ini, membuat saya merefleksikan diri sendiri. Pernikahan itu sakral dan suci. Menjadi orang tua adalah tanggung jawab yang sangat besar. Tetapi, perlukah mengorbankan diri sendiri sampai di lubuk hati terdalam dan tidak memperdulikan bisikan hati, karena hal ini? Sepertinya bisa dicari jalan tengahnya dan jalan kompromi. Nah itulah yang akan kamu dapatkan di akhir cerita drama ini.

Akan tetapi juga, jika terjadi hal buruk dalam pernikahan dan di dalamnya sudah dikaruniai anak-anak. Janganlah gegabah berbuat sesuatu. Karena jiwa anak-anak itu bisa sangat terluka. Tanpa orang dewasa sadari, anak-anak butuh sekali dengan sosok orang tuanya. Baik itu hadir secara fisik, maupun dalam bentuk perhatian.

Saya yakin masing-masing penonton drama ini mempunyai pengalaman sendiri dan persepsi sendiri pada pesan yang ingin disampaikan oleh alur ceritanya. Yang pasti, apapun yang dilakukan oleh orang dewasa, akan ada segala konsekuensi yang ditanggungnya. Dan pastikan tidak ada anak-anak yang menanggung akibat buruknya.