Pengalaman di Apple Developer Academy UC

Tidak ada komentar
foto bareng Aminah, si mbak OB yang mungil dan selalu berteriak, "Bu Heni, I miss youuuu"



"Bagaimana agar lolos Apple Developer Academy ya bu?"

Pertanyaan yang mampir ini masih ada, terus ada dan akan makin banyak masuk ke inbox, DM dan juga email jika masuk ke momen pendaftaran baru.

Nah, saya rangkum jawabannya di Podcast berikut ya.


Podcast bisa disimak di sini:



Sedangkan 2 tulisan lain di blog bisa juga dibaca satu per satu untuk menambah wawasan dan persiapan nanti ya:
  1. https://www.prasetyorini.com/2019/02/alhamdulillah-diterima-di-uc-apple-developer-academy-2019.html
  2. https://www.prasetyorini.com/2019/12/catatan-singkat-di-apple-developer-academy-uc.html





Ngebedah: Ngobrol Seru Berfaedah Bareng Mahasiswa Kampus Alfa Prima Bali

Tidak ada komentar
Dua tahun yang lalu, 2018, saya diundang menjadi narasumber Seminar Creativepreneurship di Bali. Tepatnya di kampus Alfa Prima yang terletak di Denpasar. 

Tak disangka, ada satu orang yang nyantol terus kontak dengan saya yaitu KaJe alias Kak Jey, Sang Mentor Kreatif dan Konten Kreator di kampus itu. 

Sampai akhirnya satu pesan mampir ke whatsApp, meminta saya mengisi program baru Ngebedah. Silahkan simak link podcast dan link tulisan blog di bawah ini, semoga jadi inspirasi. 





Podcast audio bisa didengar di sini, bisa menyimak sambil ngerjain lainnya:



Berbagi Motivasi Untuk Go Creative Go Digital di Campus Alfa Prima Denpasar Bali Bersama Bekraf, Tahun 2018




link tulisan di atas, bisa baca di sini

Ngobrol tentang Ibu Rumah Tangga Digital Bareng Prita HW

Tidak ada komentar


Hari Senin kemarin, ngobrol ringan cerita-cerita tentang jaman perjuangan :)

Udah simak saja ya videonya satu per satu,






atau bisa juga simak perbincangan kami di podcast saya di Spotify




Menyimak di You Tube atau Spotify, pilih sesuai kuota data kalian ya. Semoga jadi inspirasi. Ada sedikit tersendat-sendat karena kendala jaringan wifi.


pas Live talk paling happy dapat komentar ini, zoom ya :)

Mbak Prita juga dah baik hati banget deh, bikin ringkasan di instagramnya ini:
Follow beliau ya, banyak konten bermanfaatnya.






Ibu rumah tangga, itu fitrah. Kalo ibu RT digital, kayak gimana? Itu obrolan saya bareng mbak @heniprasetyorini tadi pagi di edisi perdana Live on Monday yg rencananya bakal rutin, doain ya 🤗 . . Yang ga sempet nyimak live tadi, udh saya sarikan di feed ini ya, geser2 aja. Kali males lihat di IG TV langsung yang sejaman sampe putus sendiri itu, hahaha, sampe harus nyambung lagi di live kedua. Maklum, masi amatir urusan live. . . Teruntuk buibuk dimanapun berada, jadi ibu RT itu fitrah, lalu PR nya gimana kita bisa tetep beraktualisasi diri tanpa meninggalkan kewajiban. Digital itu hanya bagian dari cara yg dipilih. Secara, udah jamannya, mak! Kenapa ga ambil bagian, ya nggak? . . Tengkyu yg tadi udah nimbrung, tengkyu juga buat emak gahar mbak Heni, semoga kita bisa kopdaran di alam nyata setelah covid beres ya, aamiin😘 . . #iburumahtangga #iburumahtanggasukses #iburumahtanggaberbisnis #iburumahtanggadigital #digitallife #perempuanindonesia #perempuandigital #ibuproduktif #bloggerindonesia #bloggerperempuan #emakemak #emakmillenial #seninberkobarsemangat15juni
A post shared by Prita HW | Lifestyle blogger (@pritahw) on


Gak cuman itu, mbak Prita juga menulis profil saya di blog pribadinya sejak 2 tahun yang lalu. Hadeehh bageur pisaann...


baca tulisan mbak Prita, klik di sini ya:


Sebenarnya saya udah mau bikin buku khusus atau podcast khusus untuk berbagi cerita hal ini. Karena tampaknya yang saya alami kok masih relevan aja sampai sekarang. 

Jadi siapa tahu cerita saya bisa jadi teman untuk ibu rumah tangga lainnya. 

Sempat menuliskan di storial, namun saya copas lagi di blog ini saja. Karena saya kewalahan handle banyak platform untuk menulis. Di saat sekarang sedang merintis kelas online untuk anak-anak bernama AYO BERMAIN CODING [bisa dilihat infonya di instagram @ayobermaincoding]. 

Nah, untuk tahu cerita lengkapnya, bisa ikuti link berikut ini, bit.ly/iburumahtangga-digital
*mohon maaf kalau huruf font di beberapa tulisan di link itu masih kecil-kecil dan jauh spasinya. Karena copas langsung dari storial, dan walau sudah diedit berkali-kali masih tidak berubah.

Nanti deh ya, saya benahi dengan baik dan benar.

Trik ini biasanya adalah copas dulu tulisan di storial ke wordpad, ms word atau page, lalu copas lagi ke google doc, benerin, baru copas lagi ke blog. Nah bener biasanya dah font dll, gak perlu ngetik ulang.


IBU RUMAH TANGGA DIGITAL THE STORYCAKES
7 tulisan awal:
  1. https://www.prasetyorini.com/2019/12/prolog-ibu-rumah-tangga-digital.html
  2. https://www.prasetyorini.com/2019/12/awal-munculnya-istilah-ibu-rumah-tangga.html
  3. https://www.prasetyorini.com/2019/12/aku-tak-mau-jadi-ibu-rumah-tangga-saja.html
  4. https://www.prasetyorini.com/2019/12/sudah-titik-benarkah.html
  5. https://www.prasetyorini.com/2019/12/dua-garis-biru-di-tempat-kos-baru.html
  6. https://www.prasetyorini.com/2019/12/akhirnya-aku-menjadi-ibu-rumah-tangga.html
  7. https://www.prasetyorini.com/2019/12/kriptonik.html


Cara Join Scratch 3.0

Tidak ada komentar
Supaya bisa save  dan share project, ketika membuat animasi atau game di Scratch secara online, sebaiknya JOIN SCRATCH dulu dan memverifikasi email yang dimasukkan dalam form data.

Langkah-langkah di gambar berikut:

klik Join


pilih username (jangan nama asli)


Lalu isi data dengan tepat:







Ingat untuk Confirm email




Tutorial Coding Scratch 3.0: Membuat Animasi Burung Kakatua Terbang

Tidak ada komentar
Berikut adalah gambar Script code, Video dan link project dari Tutorial membuat seekor burung Kakatua terbang. 

Konsep tiap Script dan code sudah saya tuliskan di dalam Comment di Scratch. Seperti berikut ini: 


Tampilan Scratch untuk suatu project di satu sprite

script code Burung Kakatua Terbang beserta penjelasannya di Comment.

Gerakan animasi yang dihasilkan, seperti di video berikut ini:


Untuk bisa membuka langsung dan memainkan langsung animasi ini, klik saja tautan berikut
https://scratch.mit.edu/projects/404706665.

Lalu ikuti instruksi yang sudah saya tuliskan.
- klik bendera hijau
- klik burung kakatua
- klik titik merah

Jika ingin belajar membuatnya, silahkan membuka www.scratch.mit.edu.
Lalu pilih CREATE.
Dan tiru satu per satu, gambar Sprite dan Script code sesuai contoh.

Jika sudah mengenal konsep Create sebelumnya, bisa langsung saja REMIX.

Selamat mencoba.

Jika masih bingung, silahkan ikut KELAS ONLINE AYO BERMAIN CODING.
Untuk anak SD, syarat sudah bisa baca tulis dan biasa menggunakan laptop/komputer.
Kontak langsung ke: whatsApp 0896-9926-4015



Cara Memperpendek Tautan (Shorten Link) dengan bit ly

2 komentar
Trik ini penting, supaya ketika kalian membagikan link atau tautan whatsapp, google meet, zoom, dan google form untuk pendaftaran online, bisa lebih mudah diingat karena tautan yang pendek.

Contoh, untuk tautan Channel You Tube Kelasku Digital, diperpendek menjadi bit.ly/kelaskudigital.


Dengan ini, orang akan cepat ingat. 
Dan kalau sudah ingat, gampang ngetik di kolom url browser langsung: bit.ly/kelaskudigital dan akan sampailah ke channel you tube Kelasku Digital. 

Silahkan praktek dulu :)


Untuk penjual online, trik ini lebih bagus lagi krena setiap menulis status di Facebook atau Whatsapp, bisa selalu menyertakan tautan pendek bit.ly biar orang mudah mau order. 

Yang dimasukkan bisa:
1. Tautan nomer WhatsApp
2. Tautan akun olshop di Shopee, Tokopedia, Buka Lapak dll
3. Tautan Facebook Page/Group
4. Tautan Blog berisi promo dan lain sebagainya

Sebenarnya memendekkan tautan atau shorten link itu banyak caranya. Coba gooling aja: shorten link

Tapi yang menurut penulis paling mudah diingat, ya pakai bit.ly ini

Cara Shorten Link bit.ly gimana?


Tahap utama seperti ini:
1. Siapkan tautan yang akan dipendekkan
2. Masuk ke website bit.ly yaitu https://bitly.com/
3. Sebaiknya register dulu, atau log in dengan facebook/twitter/google
4. Jika log in dulu nanti bisa modifikasi tulisan bit.ly sesuai kebutuhan kita
5. Jika tidak log in, bisa langsung dapat tautan pendek hanya saja bentuknya acak huruf dan angka (relatif sulit diingat)
6. Setelah log in, cari tombol Create (warna orange di pojok kanan atas)
7. Masukkan tautan nomer 1
8. Website akan otomatis membentuk tautan pendek berupa, bit.ly/.....(huruf angka acak), klik saja nanti akan otomatis bisa edit
9. Masukkan kata yang dibutuhkan, lalu klik Save
10. Selesai, tautan pendek anda siap digunakan.

Gambar tahapannya sebagai berikut:

Buka website
























Idul Fitri di Tengah Pandemi

Tidak ada komentar
Baru kali ini dalam sejarah, kami menjalani puasa dan hari Raya, 100% di rumah saja. 

Singkat cerita, ini karena masih di masa wabah virus Corona, tepatnya virus Covid-19 yang sudah dinyatakan sebagai pandemi berskala dunia. 

Untuk kami sekeluarga ini, saya - suami dan dua anak - sudah sukarela me-lockdown diri sendiri di rumah, sejak ada berita kasus posittif pertama terjadi di Jakarta. 

Belum ada gonjang-ganjing harus Karantina Mandiri, Isolasi Wilayah ataupun PSBB dari pemerintah, kami sudah tahu bahwa membatasi diri itu penting. Benar-benar membatasi diri tidak keluar rumah jika tidak penting-penting banget. 

Untunglah, alhamdulillah, suami saya bisa total bekerja dari rumah saja. Tidak perlu ke kantor sama sekali. Anak sulung juga baru saja lulus SMK dari Jombang dan baru saja kami jemput balik ke Surabaya. Kira-kira seminggu kemudian sudah ada berita virus ini masuk Indonesia. Syukurlah, urusan ujian nasional dan lain sebagainya untuk SMK ini udah beres. Mereka adalah satu-satunya yang mengalami ujian nasional terakhir di tahun 2019. Karena untuk SMA, SMP dan SD kemudian diputuskan tidak ada ujian nasional. Murid-murid diberikan pelajaran dan tugas secara online. Dan langsung dinyatakan lulus sekolah. 

Netijen menyebut mereka = GENERASI CORONA :)

Saya pun sempat membuat status di instagram untuk pamit mundur dulu dari belantikan persilatan :). Maksudnya, saya batasi diri ada di kegiatan offline atau tatap muka. Dan hanya mau bekerja secara online. Eh ternyata tak seberapa lama kemudian, Corona masuk ke Indonesia. Kok ya pas ya momentumnya? 
Jadinya kan saya beneran 100% di rumah dan bekerja secara online saja. *sebuah curhatan yang dikabulkan. 



Menjalani puasa di rumah saja, sih nggak terlalu berat buat kami. Maksudnya, nggak akan baper karena nggak bisa ikutan bukber. 

Lah, suami, anak-anak dan saya juga itu kurang sreg dengan budaya bukber. Menurut kami ini paling bikin salah tingkah. Mau buka puasa sampai ke sholat maghrib dan terawih, biasanya waktunya tidak nyaman. Apalagi bukber di luar rumah, kudu antri di toilet, wudhu atau sholatnya juga. Ah repot. 



Full 30 hari berpuasa di rumah saja, alhamdulillah bisa kami jalani dengan baik. Tidak ada seharipun kami krinan atau kesiangan tidak sahur. Bangga juga saya :)

Anak, suami dan saya juga sehat walafiat. Padahal biasanya di masa ramadhan gitu pasti ada aja sela-sela yang kena flu, batuk atau pilek. Atau maag saya kumat. Tapi kali ini, semua aman. 



Tahun lalu, 2019, bisa disebut ramadhan terberat bagi kami sekeluarga. Saya masih di akademi, yang berangkat siang bolong dan pulang saat maghrib. Kebayang proses masak untuk takjil atau buka puasa gimana? Duh, beratnya. 

Tahun ini, 2020, hampir 100% saya masak sendiri. Bahkan saya sempat bikin roti sobek, pizza, dan masakan lainnya sendiri di rumah. Demi sehat dan mencegah penularan virus, itu tujuannya. 

Sekitar dua minggu sekali, saya dan suami belanja keperluan bahan masakan di Giant atau Sakinah Mart dekat rumah. Daripada beli makanan siap antar, yang entah nanti bisa kena percikan droplet atau nggak. Kami memilih stok frozen food aneka bentuk. Jadi siap goreng aja gitu. Baik untuk takjil ataupun lauk buka dan sahur. Sampai-sampai saya dah bosen luar biasa dengan rasanya. Yang lama-lama kayak sama aja semua...huuuu.

Dan saya udah muak membaca tulisan frozen food. Udah parah bangeet.

Sesekali saya belanja bahan mentah seperti sayur, tahu dan tempe di bakul wlijo dekat rumah. Yang buka hanya pagi aja. Itu pun ga tiap hari. Sekali belanja untuk 3 hari - 1 minggu. Jadi milih sayur yang awet. 

Sholat terawih dan sholat wajib lainnya bisa berjamaah setiap hari di rumah. Berempat. Full 30 hari. Semoga bisa jadi kebiasaan selanjutnya. 

Tidak terasa, sampai juga di hari terakhir bulan puasa tahun 2020 istimewa ini. 
Tentu masih ada gonjang-ganjing dan teman atau tetangga yang heran dengan sikap kami yang keras banget dalam mengkarantina diri sendiri di rumah. Tapi itu tak mengapa, kami terima saja dengan lapang dada.

Bahkan ketika sholat Idul Fitri pun, kami memilih di rumah saja. Padahal di perumahan mengadakan sholat bareng dan sarapan pagi bareng. 

Semoga mereka juga lama-lama paham dengan pilihan kami ini. 

Sengaja saya memasang kamera HP menyala ketika sholat Idul Fitri tahun ini. Karena bisa jadi hal paling bersejarah dalam keluarga kami. Pertama kalinya, suami menjadi Imam Sholat Hari Raya dan Khotib.

Dari kemarin saya udah wanti-wanti ke anak-anak. Dilarang ketawa pas bapak ceramah hari raya. Eh malah saya yang nahan ngikik sampai batuk-batuk hahaha. Padahal pak suami udah senewen aja dari kemarin, mulai nyiapin bahan ceramah sampai tadi berdiri depan kami serasa di mimbar. 

Selesai sholat, anak-anak baru tahu kalau proses sholatnya direkam. Tapi ya karena demi candid, yang banyak kelihatan sisi saya dan suami doang. Takut ketahuan sejak awal, karena anak keduaku itu anti kamera. Bisa ngamuk dan ngambek nggak sholat kalau ketahuan direkam. 

Candid lanjut lagi, tapi dah sukarela. Yaitu ketika sungkem-sungkeman  minta maaf.
Seperti tahun sebelumnya juga saya biasanya bikin suasana jadi ketawa-ketiwi aja. Kalau nggak itu nanti jadi nangis dan mewek sesenggukan. Ah nggak asik banget. 

Jadi sengaja pas salim minta maaf ke suami, saya selipkan permohonan. 
"Pak, minta maaf kesalahanku ya pak..THR nanti ditransfer lagi yaa"

Hahaha, gitu doi juga njawab aja. "Insya Allah", gitu katanya wkk.

Anak sulung di belakangku nyengir doang lihat kelakuan emaknya. 

Ya begitulah, sebisa mungkin saya bikin suasana di rumah ini santai dan biasa-biasa saja. Walau tentang karantina kami terapkan sangat ketat dan tidak ngawur dengan protokol Covid-19 untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran. 

Di luar itu, demi menjaga suasana hati tenang dan tidak panik, saya selipkan berbagai canda tawa di rumah. Gitulah tugas ibu-ibu ya :)

Ya sudah. Kami terapkan untuk tidak banyak mengeluh. Dan menerima saja apa yang sedang terjadi. Dengan tetap terus kreatif dan berpikir bagaimana untuk bisa aktif produktif dan bermanfaat walau dari rumah saja. 

Yang penting semua sehat, dan Gusti Allah SWT sayang, apapun kami terima menjalani walau masih harus di rumah saja. Semoga kebaikan dan yang terbaik akan tercapai di masa depan. 

Cara Menggunakan Google Meet

Tidak ada komentar
Sabtu, 9 Mei 2020 jam 9 pagi sampai 12 siang. Saya membuat kelas online AYO BERMAIN CODING untuk anak-anak. Nonstop 3 jam tanpa jeda dengan video meeting menggunakan GOOGLE MEET. [note: Ayo Bermain Coding bisa diakses informasinya di: kids.kelaskudigital.com]

Seneng banget deh. Kemarin kalau pakai zoom versi gratisan, tiap 40 menit udah keputus dan harus share link baru lagi. 

Keuntungan Menggunakan Google Meet


Yang makin menyenangkan adalah, dengan GOOGLE MEET, saya bisa bertukar layar alias gantian SHARE SCREEN dengan anak-anak. 

Mereka juga mudah saja saya minta untuk Share Screen karena button mudah dicari. 
Dengan cara ini saya bisa mengecek cara layar laptop anak-anak, apakah belajarnya sudah bener atau belum.

Nah yang belum tahu alasan kenapa saya heppi banget bisa pakai Google Meet. Itu karena dulu, nih platform hanya bisa diakses oleh mereka yang sudah terdaftar akun G Suite. Yaitu sekolah resmi atau akun bisnis. Ya, untuk versi premium berbayar atau murni pendidikan tapi terdaftar negara. 

Demi mendapatkan akses video meeting tanpa jeda, sebelumnya saya pakai Google Hangout. Cuma di sini, tidak bisa share screen kecuali host atau pembuat clasroom meetingnya. Terbatas gitu yang bisa dilakukan oleh host. 

Alhamdulillah, Google Meet yang fiturnya lengkap, tiba-tiba diumumkan akan digratiskan untuk semua orang. Tentu melonjak gembira saya :)







Keuntungan membuat seminar atau kelas online dengan Google Meet adalah:
  • bisa diakses di semua gadget baik itu laptop dan hape
  • tidak perlu mengunduh dan menginstall apapun di laptop. Untuk di HP sebaiknya install saja biar lebih nyaman menggunakannnya. Walau bisa juga menggunakan browser bawaan HP. 
  • bisa digunakan untuk 250 orang. Berbeda dengan google Hangout biasa dan free yang terbatas 10 orang saja
  • bisa saling berbagi layar atau share screen baik itu host meeting atau peserta. Ini sangat membantu bagi kelas online yang butuh praktek seperti kelas blogging, coding, menggambar, dll. 
  • yang pasti adalah GRATIS tanpa terbatas waktu. Sudah dicoba 3 jam kelas online nonstop tidak ada jeda sama sekali bisa. Berbeda dengan beberapa platform video meeting gratis lain yang terbatas 40 menit.
  • aman dan ini sudah dijamin oleh Google, perusahaan yang lebih lama dan mapan.

Cara Menggunakan Google Meet


Sedangkan cara untuk menggunakan Google Meet ini bisa di simak di video berikut:




Google juga membuat cheatsheet pemakaian Google Meet. Seperti ini:

sumber bisa diakses di sini:




Pertama Naik Kereta Api Lagi Setelah 15 Tahun Di Rumah Saja

Tidak ada komentar
Ini cerita beberapa tahun lalu. 2016. Jadi sekitar 4 tahun yang lalu kalau dihitung dari sekarang tahun 2020. Ini cerita ketika pertama kali saya naik kereta api lagi, setelah berhenti sejak lulus kuliah di Bandung, tahun 2001.

Perjalanan kali ini karena undangan dari BEKRAF bagi saya untuk datang ke acara Sosialisasi Coding Mum di Tulungagung.

Perlu diingat, bahwa sebelumnya saya adalah ibu rumah tangga yang hampir 100% hanya di rumah saja. Jarang sekali bepergian. Kalaupun pergi pun bersama keluarga. Dan sama sekali tidak pernah keluar rumah, apalagi ke luar kota sendirian.

Nah, undangan ini mengharuskan saya pergi sendiri. Pertama kalinya sejak menikah. Jadi 15 tahun tidak pernah pergi sendiri dan tidak pernah naik kereta api lagi sama sekali.

Bayangkan bagaimana rasanya?

pertama naik kereta api lagi setelah 15 tahun di rumah saja
sumber foto: pexels.com


Sama sekali tidak tahu bagaimana prosedur membeli tiket terbaru. Dan juga harga tiketnya. Pergi sendiri ke Stasiun Gubeng juga ribet sendiri. Bentrok dengan jadwal menjemput anak sekolah. Perginya juga kudu naik bemo alias angkot beberapa kali. Kalau naik sepeda motor sendiri, takut nyasar karena udah lama banget nggak pergi jauh dari rumah. Selain track motoran adalah ke pasar, sekolah anak atau ke ATM bank untuk mengambil jatah bulanan dari gaji suami.

Tahun 2016 itu belum ada ojek online. Dan belum ada aplikasi KAI untuk pesan tiket seperti sekarang. Semua masih serba manual. Tapi saya udah dengar bahwa naik kereta api sekarang udah jauh lebih enak daripada jaman saya sekolah dan kuliah dulu.

Suami meyakinkan akan membelikan tiket ketika istirahat kerja. Karena dia yang selama ini bisa ke sana ke mari, saya iyakan saja. Ternyata pekerjaannya banyak dan dia baru bisa ke stasiun sore hari, sementara loket tiket tutup.

Panik dan bete juga saya. Udah hanya bergantung pada doi, eh kok gagal gini. Mendingan saya nekad naik bemo pagi-pagi, pasti loket masih buka dan saya bisa pulang ke rumah sebelum jadwal menjemput anak sekolah.

Tapi ya sudah, nasi sudah jadi bubur. Saya berbekal browsing di google dan tanya ke teman-teman di grup whatsapp blogger yang terbiasa travelling. Katanya bisa beli tiket Go Show alias saat itu juga. Dan usahakan sebelum jadwal kereta berangkat.

Undangan saya jam 10 pagi dimulai di Tulungagung. Dan hasil browsing menunjukkan kereta api ke Tulungagung berangkatnya shubuh, sekitar jam 5 pagi. Maka untuk dapat tiket Go Show, saya harus ke Stasiun jam  4 pagi. Dan sholat Shubuh dulu di stasiun.

Suami menghitung perjalanan dan kemungkinan telat karena harus prepare Shubuhan di stasiun, maka diputuskan kami berangkat dari rumah jam 3 pagi. Byuh kayak mau sahur.


Dan bener, kami berangkat jam 3 pagi, kami sampai stasiun sekitar jam 4 kurang sedikit dan loket belum buka :). Jarak rumah saya ke stasiun lumayan jauh, karena lokasi di Surabaya Barat. Dan stasiun ini di Surabaya Utara mungkin ya, atau Timur. Entahlah saya ga terlalu ngeh arah.

Singkat cerita urusan beli tiket beres. Saya berbekal roti dan minuman untuk sarapan di jalan. Wajah suami rada panik gimana gitu tapi dipendam aja. Kebayang juga gak pernah ngelepas istrinya pergi sendirian sejak dia nikahi.

Saya juga antara deg-degan, juga seneng bisa pergi sendirian setelah belasan tahun digandolin dua anak lelaki saya itu kan. Ditambah kagum dengan perubahan stasiun dan kereta api.

Stasiun bersih banget. Ada tempat wudhu dan sholat. Walau toilet ada di tempat lain di bagian dalam dekat rel kereta. Kalau di Stasiun Gubeng ada musholla dan kamar mandi di luar stasiun, cuma rada kotor sih.

Proses beli tiket juga pakai kertas kecil dan scanning. Lalu sedia KTP juga gitu. Ada sistim boarding macam mau naik pesawat terbang. Pengantar tidak boleh masuk kecuali bawa tiket. Jadinya masuk depan gerbong dan rel kereta itu sepi tidak uyel-uyelan. Wah hebat nih. Ingatan memori jaman antri beli tiket di stasiun dengan kondisi tak karuan pun muncul.

Pas masuk kereta api juga kaget, wah ini kereta ekonomi tapi ada AC-nya dong. Adem. Bersih. Nyaman. Ada charger listrik pula. Kaget banget. Katrok aku....

Perjalanan ke Tulungagung sekitar 4 jam. Dalam perjalanan juga nyaman banget. Tidak ada satu pun penjual yang masuk ke gerbong. Tidak ada juga orang yang berdiri atau duduk di lorong gerbong. Di dalam kereta bersih dan segar.

Beberapa kali turun di Stasiun pun, saya terpana-pana dengan adanya tampilan Stasiun kecil-kecil yang bagus-bagus, toiletnya juga bagus-bagus.

Sampai di Stasiun Tulungagung, saya tahu dari google dan teman kalau menuju Hotel Kristal tinggal naik becak saja. Dan itu benar. Tidak sampai 15 menit naik becak, saya sudah sampai di lokasi.

Nah di sini, ada kejadian lucu.
Saya yang masih kagak pede dan kagetan kalau diundang ginian, kagak berani tanya terlalu banyak ke panitia Bekraf. Jadi saya tidak tahu disuruh ngapain di sana.

Saya pikir hanya duduk menemani para ibu-ibu untuk belajar coding, seperti kelas Coding Mum Surabaya yang saya ikuti. Jika ada pihak Bekraf datang, mereka cuma duduk saja mengamati kami.

Ternyata, saya di sana hadir dan diundang sebagai narasumber alias pembicara.
Waduh grogi. Tahunya pas mau tanda tangan absensi di hotel itu.


Jadi, ketika sampai hotel, saya kagum ternyata hotelnya mewah bagus gitu. Pas saya tanya ada kegiatan Coding Mum Bekraf?. Ditanya balik oleh resepsionis hotel, "oh acaranya Venna Melinda bu?".

Saya jawab bukan, tapi Coding Mum. Dan mereka menunjukkan saja ke lantai 3 atau 6 saya lupa. Di depan pintu lift bertemu sekelompok ibu-ibu menanyakan hal yang sama pada saya. "Mau ke acara Venna Melinda ya?". Saya diam saja, mengikuti mereka.

Di benak ini heran juga. Apakah ada acara kampanye? karena saya tahu Venna itu kan sekarang ikutan di parpol.

Ndilalah beneran. Jadi Sosialisasi Coding Mum di Tulungagung ini termasuk acara yang digagas oleh Venna Melinda. Jadi saya dapat tuh merchandise, mug bergambar beliau dan sempat berfoto juga.

Saya berangkat itu, dengan pakai sepatu kets biru tua bulukan yang udah saya gambar warna-warni garis-garis dengan cat aga. Pakai celana jins biru tua. Hem putih bahan kain rayon bali yang adem. Dan blazer hitam dengan jilbab berwarna ungu motif. Gak matching pokoknya dah. Eh hem putih saya ganti  dengan baju kemeja merah yang saya bawa. Saya ganti baju ini di stasiun Tulungagung deh kalau ga salah.

Waktu maju ke meja pendaftaran, ketika saya sebutkan nama dan asal, panitia langsung panik bahwa pembicara sudah datang. Lalu berlari mencari anak Bekraf.

Batin saya, "haa? aku jadi pembicara? gila nih, saltum sepatuku gak pokro ngene rek. Alias nggak bener gini euy. Kagak resmi."

Di toilet hotel, ketemu dengan alumni Coding Mum dari Malang. Mbak Christinna kalau ga salah namanya. Dan dia berganti baju resmi banget. Byuhh, grogi saya makin kerasa salah kostum. Masuk ke ruangan hotel, melihat pak Boy (almarhum) - Deputi Bekraf memakai baju batik.

Haduh ampun dije. Udah kadung ngerasa saltum gimana dong?

Ya udah, bergaya sok nyentrik dan tomboy aja. Padahal ga pede aslinya, apalagi ibu-ibu Tulungagung pada heran gitu ngelihatnya.

Saya pun diminta duduk dekat tim Bekraf di salah satu meja bundar besar.

Mas Ardan, kalau ga salah, anak Bekraf, berbisik ke saya kalau meminta flashdisk file presentasi yang akan saya tampilkan nanti biar dimasukkan ke laptop panitia.

Kaget lagi sayaa. Kagak bilang harus pakai slide. Saya nggak bikin gitu. Wong di rumah dah bingung sendiri tentang beli tiket dan gimana ngatur rumah kalau saya tinggalkan.

Saya memandang mbak Christina, dan dia pun tidak membuat slide.

Ya sudahlah pasrah. Saya bersiap saja nanti bicara berdasar pengalaman pribadi. Opo jare.
Nanti menampilkan blog pribadi saja, menunjukkan beberapa artikel tentang Coding Mum yang saya tulis satu per satu dengan tekun, setiap hari selama ikut kelas Coding Mum Surabaya. Dan juga cerita saya bingung ketika anak suka main game. Disambungin ke situ lah.

Jadwal maju saya setelah sesi Pak Boy dari Bekraf, Venna Melinda yang punya gawe dan pak Zaenal Arifin sang koordinator Coding Mum Surabaya.



Sebelum ini juga diselingi shooting SBO TV atau TV lokal antara saya, Venna Melinda dan alm. Pak Boy dari Bekraf. *aduh saya masuk TV lagi nih, gitu batin saya GR :)

Akhirnya terjadilah dan tibalah waktunya saya maju.
Bicara di depan 200 audience tanpa persiapan, pertama kalinya. Dan eh ternyata lancar-lancar saja. Ibu-ibu menyimak. Dan beberapa menghampiri setelah saya selesai bicara. Ada yang kenalan. Ada yang curhat. Senang.

ketika bicara di depan 200 ibu-ibu di Tulungagung



Selesai acara, niatnya  saya langsung kembali ke stasiun. Sambil sholat dhuhur - jama' dengan ashar, saya berbincang sebentar dengan ibu - istri ketua DPRD Tulungagung. Beliau awalnya menawarkan untuk jalan-jalan sebentar ke mall Tulungagung.

Tapi saya tolak karena takut telat kereta api. Oh ya tiket pulang langsung saya beli dari Stasiun Gubeng shubuh tadi. Jadi sudah tahu jadwalnya. Sekitar jam 3 sore lebih. Waktu tunggu masih lama, tapi tak apa daripada telat. Nanti bengong dong sendirian di Tulungagung? bisa panik luar biasa anak dan suami di rumah. Udah saya nggak mau ambil resiko.

Ketika di stasiun, saya terkagum-kagum dengan penampilan Tulungagung. Kota dan orangnya keren kekinian semua. Baju-baju juga ala orang Jakarta dan model kekinian yang banyak eksis di instagram.

Gabut menunggu lama dan kelaparan, saya pun pergi keluar stasiun sebentar lalu membeli nasi bebek goreng yang dibungkus. Nanti akan saya makan di kereta api jika udah nggak tahan lapar.

Lalu saya beli juga beberapa potong Roti O sebagai oleh-oleh ke anak. Kebayang itu bau sedep rotinya mulai dari stasiun sampai di dalam gerbong.

Jadwal naik kereta pun datang. Saya duduk dekat pintu gerbong. Dan kalau malam itu ternyata kereta api padat sekali. Banyak sekali yang naik. Juga kereta lajunya lebih lama karena beberapa kali berhenti di stasiun, menunggu lama seperti menunggu giliran gitu. Sumpek, capek, laper, ngantuk, takut juga malam-malam. Tumpuk jadi satu.

Perut lapar tapi sungkan mau makan. Tapi akhirnya nggak tahan juga. Saya makan nasi bebek goreng yang udah dibeli tadi. Ternyata bebek gorengnya kurang mateng tanek gitu masaknya. Jadi alot dan susah digigit. Udahlah makan sungkan, ini susah pula nggigit bebeknya hahah. Udah cuek aja dah terlatih menjadi anak kos bertahun-tahun. Makan asal kunyah telan kenyang.

Nggak sempat juga cuci tangan ke toilet. Karena printilan bawaan banyak, mulai tas ransel penuh, ada laptop netbook mini juga, roti O dan tas totebag merchandise.

Sampailah juga di Stasiun Gubeng sekitar jam 10-11 malam. Dan suami saya udah standby menunggu di pintu keluar stasiun dengan seringai lebar dalam balutan sweater coklatnya.

Ih, rasanya kayak jaman masih pedekate pas masih kuliah dulu deh.

Di mobil saya bercerita panjang lebar. Termasuk kaget juga ternyata dapat amplop berisi uang 6 digit sebagai pembicara.

Nah perjalanan saya sebagai narasumber seminar atau pembicara, dimulai hari itu ternyata.















Ketika Anak-Anakku Opname Karena Sakit Demam Berdarah di Waktu Kecil

Tidak ada komentar

Gambar ini sebenarnya diambil tahun 2013. Menjadi draft dan baru saya buka ulang sekarang, 7 tahun kemudian, tahun 2020.

Ini foto anak kedua saya, yang usianya sekitar 5-6 tahun waktu itu, dan diopname karena demam berdarah.

Ini adalah opname berturut-turut dari ketiga anggota keluarga saya di tahun 2013.
Pertama bapaknya anak-anak opname sakit typhus.
Lalu anak pertama, yang sekitar kelas 4 SD kena demam berdarah.
Lanjut adiknya ini kena demam berdarah juga. Sepertinya digigit nyamuk yang pernah nggigit kakaknya ini ya.

Postingan ini ketemu, ketika ada teman blogger yang mengatakan anak bungsunya yang masih kecil, sekarang terkena demam berdarah dan harus diopname.

Saya langsung ingat dua artikel yang pernah saya tulis tentang ini, siapa tahu jadi wawasan  buat teman-teman:
1. https://heniprasetyorini.blogspot.com/2013/04/anak-sulungku-terkena-demam-berdarah.html
2. https://heniprasetyorini.blogspot.com/2013/04/kisah-anakku-ketika-terserang-demam.html

Untuk cerita adiknya ini, sepertinya saya masih ingat persis.

Jadi waktu itu pulang sekolah gitu. Si adek ini masih berdiri lemas di bagian depan sepeda motor matic. Dia kan berdiri setengah duduk gitu. Kepalanya terkulai lemas di atas stand sepeda motor.

Dia lemas tidak berdaya dan tidak mau bergerak turun. Saya yang menjemputnya sekolah waktu itu.  Langsung berteriaklah saya memanggil suami di rumah, hmm..jadi ini kayaknya hari Sabtu karena suami libur kerja.

Saya teriak, "pak ini anakmu kok lemes banget katanya. Tolong digendong ke dalam."

Setelah nih bocah masuk rumah, karena udah waspada si kakak opname kemarin, langsung saya cek suhu tubuhnya dengan termometer dan seingat saya lumayan hangat gitu, mungkin 37-38 derajat Celcius. Dan saya periksa kulit tangan, kaki, perut, saya mencari bercak warna merah yang ternyata tidak ketemu.

Saya tekan paha anak itu dengan ujung jari, sambil bertanya, "sakit dek?"
Dia mengangguk.

"Badanmu capek semua ta?"lanjut saya.
Dia pun mengangguk. Bener-bener lemes ga ada tenaga.

Waduh curiga nih. Karena tanda-tanda demam berdarah juga badan linu semua, dan ketika persendian tulang ditekan, mereka sakit rasanya. Pegel gitu. *pengalaman menangani si kakak.

Perkara suhu tubuh sekarang ga demam, bukan jadi ukuran lagi. Karena ketika opname saya dapat penjelasan dan cerita teman sekamar, anaknya sakit tanpa gejala demam tinggi atau demam turun naik dan tanpa ada bercak merah di kulit.

Saya mengatakan ke suami, harus siaga jika ini beneran kena demam berdarah. Namun kami harus menunggu 3 hari dulu biar bisa terlihat hasilnya jika ingin nih anak dicek darah.

Seingat saya, malamnya nih anak mulai demam tinggi. Lalu terus demam gitu walaupun sudah dikasih obat penurun panas yang selalu saya sediakan di rumah jaman anak-anak masih bocah.

Dan di hari ketiga, udah nggak pakai babibu lagi, kami langsung ke rumah sakit dan cek darah. Namanya nih anak nggak tahan sakit, udahlah ambil darah dramanya heboh macam drama Korea. Teriak-teriak gitu sampai suster pada bingung.

Hasilnya positif demam berdarah. Baik, opname yang ketiga harus saya jalani lagi sebagai suster di rumah sakit ini.

Dibandingkan merawat si kakak, tentu ini bocah rada repot juga. Seingatku bulan puasa juga waktu itu. Tapi saya sedang datang bulan, jadi kebenaran ga puasa njaga bocah ga susah amatlah.

Si kakak dititipkan ke neneknya. Adik kandung saya rutin mengirimkan makanan untuk buka puasa sekaligus sahur. Makasih banget ya. Dan suami saya yang harusnya enak tidur di rumah, milih tidur di rumah sakit dan sahur di situ juga. Baru paginya pulang ke rumah untuk mandi dan berangkat ke kantor sambil mampir dulu bawain baju bersih untuk saya dan si adek ini.

Prosedur sakit demam berdarah yang opname ya standar. Diambil darah dan tes darah setiap hari. Minum obat dengan jadwal tertentu. Harus banyak minum yang efeknya banyak pipis juga. Jadi saya bolak-balik siaga pispot. Karena kalau ke kamar mandi dengan tangan diinfus kan repot.

Tapi ini anak ketika menjelang pulang, tidak ada reaksi telapak kaki gatal hebat di malam hari seperti kakaknya. Biasa saja.
Cuma rewelnya minta mainan, minta dijenguk kakaknya gitu padahal kan bulan puasa.

Udah dibawain puzzle, laptop netbook mini punya saya juga karena ada free wifi di kamar. Nonton film kartun Disney juga sepuasnya. Alhamdulillah ada fasilitas asuransi dari kantor suami, bisa dapat rumah sakit bagus. Walau nggak disediakan makanan untuk saya, penunggunya :)


pokoknya dibawa happy gitu prinsip saya jadi "suster" anak gini deh 


Saya ingat lagi, di tahun 2013 ini, kejadian opname berturut-turut itu ketika saya berencana mau kuliah lagi S2.

Jadi sudah daftar kuliah dan bayar sekitar 4 juta rupiah gitu. Udah menyerahkan berkas lengkap. Tinggal menunggu pengumuman diterima dan registrasi.

Tapi nih 3 laki-laki di rumah kok pada gantian opname. Jadi saya senewen sendiri dan merasa bersalah. Mbatin gitu, apa karena saya lalai ya? apa artinya ini nggak boleh kuliah lagi ya?

Sambil merawat mereka, sambil mikir juga, diteruskan apa nggak rencana kuliahnya?
Kalau berhenti, kok sayang duit 4 juta melayang. Diteruskan apa ya sanggup?

Ya begitulah ibu-ibu.
Tapi akhirnya, rencana kuliah lanjut. Walau ada juga  drama sakit-sakit gini di antara mereka bertiga. Alhamdulillah bisa lulus tepat waktu dan cum laude juga.

Ending cerita nggak nyambung sih ya, cuma ngasih semangat aja ke sesama ibu-ibu, siapa tahu ada yang sedang mengalami :)

Asal kita sendiri sehat, tetep sehat, jaga tetap sehat, maka tugas mendadak ajaib semacam merawat keluarga begini, pasti bisa kita lewati sambil melanjutkan langkah untuk bisa maju ke depan.

Sulit sih. Banget malah. Tapi ga juga harus berhenti.

Oke gitu sharing saya, semoga ada gambaran tentang suasana saat anak demam berdarah dan harus opname ya. Sekarang obat dan suplemen jauh lebih banyak dan canggih. Ortu juga bisa order food delivery, ga akan kelaparan dan bingung macam saya 7 tahun lalu itu.

Semangat. Salam sehat. Salam untuk keluarga :)