Gunakan Trik Ini Untuk Posting Foto Instagram Otomatis Di Laptop

9 komentar
Bayangkan, bagaimana rasanya punya asisten pribadi
yang kerjaannya ngurusi Instagram kita?

Yes. We Are The Bos.



Nggak cuma kita ibarat bos deh. Super bos juga kali ya. Kebayang ada asisten yang tugasnya memposting foto kita di instagram. Nulis caption yang bagus. Siaga menunggu jadwal dan waktu yang tepat untuk mempostingnya. Mau nggak ya ada orang yang dibayar dengan kerjaan seperti itu?

Mungkin ada sih, orang yang bisa menghandle akun instagram kita sekitar 3 sampai 5 akun. Tetapi kalau kita punya sampai 30 akun Instagram untuk dikelola setiap harinya?
Apa nggak pingsan tuh asisten instagram kita?
Jangan mak, kasihan Hayatinya bisa lelah :)

Lah, emang siapa iseng banget bikin akun instagram sampai 30 biji?
Loh, jangan salah. Beberapa pelaku bisnis di dunia online itu bisa melakukannya. Dari satu jenis produk yang mereka jual secara online, bisa dibuat sampai 5 akun instagram. Belum kalau bisnisnya banyak, atau produknya banyak.

Itu baru yang onlineshopper alias pengelola toko online.
Untuk ENDORSER beda cerita lagi.

Sudah tau kan endorser?
Ini bahasa sederhana dari Selebriti instagram yang banyak menerima job endorsement produk dari pihak lain.
Saya nulis profesi endorser ini dalam konteks positif loh ya. Karena teknik promosi ini bagi saya pribadi sih, sah-sah saja.

Oke kembali ke hapenya endorser.
Emang apa sih kerepotan endorser ngatur instagramnya? tinggal foto, nulis caption trus mention doang kan?

Nah itulah yang belum banyak diketahui orang. Endorser ini ada yang punya aturan. Misalnya, posting satu kali produk dihargai 4 juta rupiah untuk jangka waktu 24 jam. Setelah 24 jam, foto itu akan dihapus.

Bayangkan gimana kerjaan asisten instagram ini? Makin rempong kan?


And The Bos Needs SUPER GOOD Assistant


Kerempongan itu tidak perlu dilakukan oleh bos. Biar kata bisnis kita di onlineshop masih seumur jagung, kita kan nggak melanggar hukum kalau dibilang bos, ya kan? Nah, sebagai bos, nggak ada salahnya kalau kita sudah menerapkan SISTIM KERJA yang bagus dan rapi sejak awal. 

Skill manajerial inilah yang akan membuat kita jadi SELANGKAH LEBIH MAJU dengan mereka yang belum melakukan. Ah, saya jadi ingat kalimat seorang digital marketer yang mengatakan, 

"Kalau ingin sukses, harus kerjasama dengan orang lain. Jangan kerja sendirian."

Cara Biar HARBOLNAS Nggak Bikin Sakit Jiwa.

16 komentar
If your business is not on the internet, then your business will be out of the business. - Bill Gate, pendiri Microsoft -

Andaikan ada satu hari pilihan, dimana semua harga murah gila-gilaan. Dijamin  hampir semua orang siap membeli barang idaman. Pasti asiikkk mantengin gadget milih inceran dari sekarang. Pas bangeet kalau harganya murah. Hemat cermat dan bakal disayang mertua.

Tapi, saya kok mikirnya malah pengen sebaliknya to?
Tiap ada yang rame belanja sampai antri di kasir, saat itu saya selalu kepikiran, perasaan sebagai pemilik toko ini gimana ya? Rasanya jadi pengusaha pas lihat kayak gini, seperti apa ya?

Iya loh, serius.
Tiap belanja sembako atau keperluan sabun, odol dan printilan lainnya tiap bulan, saya selalu ngebatin itu di depan kasir. Tiap bulan kok belanjaa aja, kapan aku yang jual?

Pernah kepikiran kayak gitu nggak?

Boleh kan mikir jadi tukang jualannya? Pasti boleh.
Apalagi jadi tukang jualan online, alias punya onlineshop. Wis kebayang adrenalin membuncah pas Harbolnas tiba.


Btw, sudah tau kan maksudnya HARBOLNAS?


HARBOLNAS adalah Hari Belanja Online Nasional
HARBOLNAS sudah ada sejak tahun 2012, tepatnya 12 Desember 2012 Maka dikenal dengan #1212sale

Mulanya HARBOLNAS digagas oleh 7 toko online saja,makin tahun  tuh makin banyak toko online yg mengikuti. Bahkan di tahun 2016 ini sudah ada 200 TOKO ONLINE yg join HARBOLNAS. Wiih banyak.

HARBOLNAS sebenarnya  bertujuan untuk MENGEDUKASI ke masyarakat bahwa belanja online itu gak ribet dan menyeramkan penuh penipuan, tetapi mudah, baik, cepat dan dapat DIPERCAYA.

Pada tahun ini, HARBOLNAS berlangsung selama 3 hari, HANYA TIGA HARI. Yaitu tanggal 12–14 Desember 2016.

Trus trus, mau gimana di 3 hari ke depan ini?
Aaah saya mah, kalau sekarang emang belum siap sih jualan online lagi.
Lagi?
Iya, tahun 2010 saya pernah nekat jualan online. Produknya jilbab dan aksesoris handmade. Nama tokonya Jilbab Orin, pernah dengar?

Saya aktif jualan sampai tahun 2013, sampai akhirnya mengendur karena kuliah lagi. Ternyata makin kesini, malah diarahkan ke dunia dagang. Apalagi, nih adek bontot, udah lama resign dari kantor trus niatnya mau jualan online aja kayak saya dulu. Biar bisa ngasuh anakku yang banyak ini mbak, gitu katanya.

Hehe, anaknya udah tiga. Pantes aja dia kelabakan dan super sutris pas harus mendadak jadi ibu rumah tangga. Untung aja dia punya kakak yang udah pengalaman bikin toko online. Dikit banyak pernah jadi pengusaha, walau cil-kecilan tak iye.

Dengan niat adekku itu  maka kami rembukan bikin konsep lagi untuk buka toko online, alias olshop. Seputar jilbab dan busana muslim lagi deh, karena marketnya terus besar sekaligus saya udah ada jaringan penjahit dan suplier bahan langganan dulu. Hubungannya baik dan makin baik. Tinggal bikin sistim olshop yang makin rapi aja entar ke depannya.

Gimana sih cara bikin olshop?
Ah, hari gini mah gampang banget. Udah sempat saya tulis di postingan saya sebelumnya loh. Yang penting  kita udah akrab dengan internet, blog, marketplace dan sosial media untuk tempat promosi dan transaksi.

Yang penting mental pengusaha dulu harus dibangun kuat-kuat. Yaitu mental untuk,:
1. Lakukan Sekarang Juga
2. Belajar pada ahlinya
3. Jika gagal, bangkit lagi. Gagal bangkit lagi.
4. Fleksibel dengan perubahan
5. Optimis untuk kemajuan

Saya yakin, dengan lima mental ini, kita nggak bakal sakit jiwa walau ada HARBOLNAS tiga kali setahun. Karena kita udah bisa merancang segala sesuatu, supaya momen ini kita bisa dapat omset gede dan pelanggan baru yang makin oke.

Ayo  ubah mindset-nya dari pembeli menjadi pengusaha.
Nggak usah muluk-muluk demi stabilitas negara, pikirin aja bisa mbahagiain keluarga.
Gimana? Udah siap berubah?!


Semoga menginspirasi.
Salam  

Heni Prasetyorini




Switchable Me : Menjadikan Hobi Sebagai Profesi Itu (Sungguh) Butuh Nyali

18 komentar
Bekerja dan Berhobi Itu Seperti Yin dan Yang - Hesti Palestina Yunani

 Kalau anda hobi masak, dijamin sukses berpofesi sebagai Chef, Food Stylist atau Food Blogger. Kalau anda hobi dandan, pasti kalau punya clothing line sendiri bakal punya banyak pelanggan.

Tapi,
Kalau anda hobi membaca, mau kerja jadi apa?

Siapa orangnya dan apa perusahaannya yang mau membayar orang membaca?
Membayar orang yang duduk diam, menundukkan kepala di depan buku, lalu tak menoleh ke depan atau belakang. Orang yang kalau sudah keblabasan membaca novel tebal, sampai lupa apakah hari itu dia sudah sarapan. Ada?

 Aku hobi membaca sejak jaman masih berupa janin kali. Aku sangat pesimis  bahwa  hobiku bisa jadi pekerjaan. Oleh karena itulah, tiap aku baca jargon JADIKAN HOBI SEBAGAI PROFESI, malah jadi bingung sendiri. Profesi apa ya yang cocok denganku? Untuk memenuhi jawaban itu, maka aku berusaha mengubah-ubah hobiku. Aku pun mencoba-coba banyak hal baru dan berusaha meyakinkan diriku, siapa tau itu hobiku yang baru.

Hobi, kok coba-coba? :D


Bagaimana Caranya Agar Hobi Jadi Profesi?

photo from pexels.com


Mengutip kalimat dari mbak Dian Kristiani, seorang penulis cerita anak. Dalam bukunya berjudul Momwriter's Diary, mbak Dian menegaskan diri sebagai penulis profesional. Artinya di setiap tulisannya, dia berhak untuk mendapat kompensasi materi seperti halnya orang kantoran. Kalau orang kerja masuk kantor dari jam 8 pagi sampai 7 malam, nanti dapat gaji. Begitu juga posisinya sebagai penulis.

Oooh, jadi profesional itu begitu.... *Newbie mengangguk-anggukkan kepala.

Kalau....jadi pembaca profesional gimana? *Newbie garuk-garuk kepala, hihihi.


Untuk mencari jawabannya, aku terus membaca. [baca lagii....]
Untunglah ada kakek baik hati yang pintarnya luar biasa. Seperti ensiklopedia. Katanya kalau bertanya padanya, bakal tahu semua jawaban. Kekk..kakekkk ini sapi keekkk....

Eh, maksudnya keek, aku mau nanya keeek.
Cara bertanya pada kakek itu gampang. Tinggal buka laptop. Sambungkan ke internet. Trus ketik G gitu aja di kolom address url browser. Nanti akan muncul sendiri nama si kakek. GOOGLE.


Kalau Hobimu Membaca, Kerjamu Harusnya Menulis


Membaca buku saja seperti hobiku itu termasuk aktivitas yang bisa dibilang pasif.  Agar hasil membaca bisa menjadi sebuah produk, kita bisa mewujudkannya menjadi tulisan atau gambar. Berhubung aku nggak bisa nggambar, maka aku milih menulis aja. Dari kakek eh mbah Google juga aku diberitahu, bahwa menulis di blog bisa jadi pilihan yang mengasikkan. Kalau serius, juga bisa jadi pekerjaan. Horee...aku nemu profesi yang cocok buatku. Menulis di blog, jadi blogger. Asik keren nama profesinya.

Begitulah, walaupun maju mundur cantik, profesi BLOGGER menjadi satu incaran karir yang akan kutekuni dengan sepenuh hati.Lalu, bagaimana cara menjadi Blogger yang baik dan benar?
Selain terus berlatih menulis isi blog, aku juga rajin memelihara jiwa ke-kepo-an terhadap para blogger senior ataupun blogger mastah.

Hasilnya?
Aku jadi mengkerut dan ingin menggulung diri seperti Trenggiling di sudut gelap Kebun Binatang Surabaya. Jipeeerrr bok. Mana bisa aku seperti mereka? Tuhan, tolong....


Blogger Itu Kerjanya Seperti Gurita


Terpujilah mereka yang bisa menjadi Blogger Profesional. Yang selalu konsisten mengisi blognya dengan artikel yang orisinal. Bahkan harus bertemu langsung dengan narasumber atau menjadi blogger reportase dan siap hadir di setiap undangan acara atau kampanye atau projek penting yang terselenggara oleh berbagai pihak. Apalagi yang bisa super aktif mengelola sebuah komunitas. Blogger harus punya keseimbangan ajaib, antara jempol tangan - mata dan telinga. Agar di setiap acara, bisa melakukan LIVE TWEET dengan baik, sekaligus paham isi materi yang sedang dibahas. Di saat yang sama juga, blogger harus mempersiapkan bahan tulisan sebagai hasil reportase di blog masing-masing. 

Bisa dibilang, di awal menjadi BLOGGER, aku berusaha keras mengikuti pola kerja ini. Hasilnya? lama-lama skill-ku melesat tajam juga loh untuk menuliskan status di twitter, secepat dan setajam silet. Hanya saja, sayang seribu kali sayang, gadgetku nggak menunjang. Di tiap momen live tweet itu, hapeku selalu koit. Habis baterainya. Udah pake power bank  dua biji juga nggak mempan. Apa iya, aku harus bawa genset?

Sebenarnya ada cara lain sih biar live tweet aman. Yaitu bawa laptop , seperti beberapa blogger senior yang kuamati di sosial media. Mereka seringnya siap juga dengan laptop di meja.. Tapi, laptopku segede gaban bok'. Udah gitu harus pake kipas angin pendingin laptop, alias fan cooler. Bawa cooler gini bisa bikin bete tetangga satu meja. Karena aku pasti terpaksa nitipin jatah piring berisi kue manis dan cangkir kopiku di sisi mejanya. Bikin bete orang, kan dosa atuh.


Ditambah lagi, belum tentu juga, aku duduk dekat colokan listrik buat nancepin charger laptop. Kalau mau aman ya bisa sih, kita bawa kabel olor sendiri. Lah ini mau jadi Blogger apa camping to? bawa tas ransel penuh nian. Lihat potoku tuh, bukti otentik gadgetku butuh di switch.


Aku Butuh ACER SWITCH ALPHA 12, seperti yang dipakai mbak Diela Maharani ini nih. Keren!






Gini nih, yang bikin demen. Switch Alpha 12, Notebook Hybrid Intel Core Pertama Tanpa Kipas adalah Gadget yang mengerti kebutuhan Blogger Profesional.

  • Ringan. Cuma 1,25 kg. 
  • Bisa dipake kerja kapan saja, dimana saja. Bahkan tempat yang redup sekalipun. 
  • Nggak gampang baperan, eh panas maksudnya. Ada teknologi Acer LiquidLoop™ yang mengandalkan pipa berisikan cairan  pendingin untuk menstabilkan suhu prosesor Intel Core i Series di dalamnya secara optimal. Horee..good bye kipas angin yang bikin bete teman. 




  • Bisa diubah bentuk mode TABLET.  Keyboard Docking bisa dilepas, gaeees. Ngetik sambil senderan di kursi, kan nyaman banget ya?!
  • Asik nih, ada stylus pen juga. Lengkap deh, hobi bikin mind map ketika nge-plot tulisan, dapat terakomodasi. Apalagi nambahin bikin gambar ilustrasi untuk tambahan artikel atau bikin quote dan infografik. Mengetik dan menggambar jadi lebih mudah. 

Ya ampuun, Mbak Diela yang di video itu loh, pinter banget sih nggambarnya. Beliau jadi contoh orang yang hobi nggambar bisa jadi Ilustrator ya... wah asik. Jadi pengen juga belajar nggambar, siapa tahu bisa jadi hobi baru. Mulai deeehhh Hen, hihihi...

Okelah, aku harus fokus, konsisten dan komitmen tinggi untuk bisa #switchableMe menjadikan hobi sebagai profesi. Untungnya, jadi Blogger tuh nggak cuma memberi umpan kita untuk mengasah skill menulis. Akan tetapi, ditambah juga keharusan piawai membuat konten visual yang menarik sebagai tambahan tulisan versi digital yang kita tayangkan di blog.

Nah kalau sudah siap mem- SWITCH diri sendiri dari penghobi menjadi profesional, kudu siap dengan segala tanggung jawabnya. Siap kan? Siaplah!

Blogger profesional tuh, harus siap berada di lokasi narasumber tulisan, atau berada di acara penting sesuai undangan plus sanggup dikejar deadline dimanapun berada. Oleh karena itu, sebagai alat perang, perlu dipilih yang kuat dan setia, bisa diajak kemana saja, kayak Acer Switch Alpha 12 ini nih.





Acer Switch Alpha 12

Coba perhatikan detil spesifikasinya. Mantap banget gan. Tinggal kencangkan ikat pinggang dan isi tabungan. Yaiyalah, Blogger Pemula kan masih dapatnya bentuk recehan, hehehe.  Walau gitu, nggak usah ragu, nggak usah bimbang. Saat ini banyak cara pembelian. Mau cash, atau credit. Anggap notebook Acer super keren ini sebagai modal. Investasi di awal. Biar ngeblog-nya berjalan makin kencang. Mulai deh otak dagangnya keluar. 
memorinya gede loh, cukup tuh buat install software pemrograman

Dari Blogging ke Coding ke Copywriting

Nah, udah nih, aku dah menjalanin rute sebagai blogger. Tak disangka, dari sekedar nulis aku kecemplung ke dunia pemrograman. Iya jadi Blogger memang sangat sangat memperluas jaringan pertemanan. Networking. Apalagi antara blogging dan coding sama-sama berada di ranah digital.

Waktu itu aku ikutan program belajar bikinan Bekraf untuk pemberdayaan ibu rumah tangga, bernama CODING MUM. Aku diajari cara bikin website. Atau bisa dibilang aku belajar Web Design. Dengan harapan, setelah lulus, aku bisa nambah kerjaan sebagai web designer atau minimal bantu-bantu di bagian front end programmer.


Dari Web Design, aku  merambah pula belajar coding tentang bikin aplikasi di perangkat berbasis android. Aku ikutan program Indonesia Android Kejar (IAK). Yaitu program mengajari siapa saja (nggak cuma ibu-ibu doang), untuk belajar membuat aplikasi yang bisa dijalankan di henpon atau tablet berbasis android. 

Waktu di IAK ini, aku sempat ketar ketir, karena butuh laptop dengan memori gede. Eh ternyata, kalau kita pake Notebook Switch Alpha 12, udah mumpuni juga kok. Cukup buat donlot software Android Studio. 


Dengan berkecimpung di dunia programmer ini, aku jadi lebih sering kontak dengan teman-teman di ranah digital. Jadi istilah StartUp, makin nggak asing lagi di telinga. Acara bernada digitalpreneur itulah juga yang sering kudatangi. Isi blog juga makin dominan ke sana. Akhirnya aku pun memutuskan untuk terjun lebih dalam. Aku ingin mengangkat isu perempuan yang melek teknologi digital sebagai poin yang ingin kugali dan kuangkat ke permukaan. 

Jadi, kerjaan di dunia digital itu enak banget. Bisa dikerjakan di rumah. Jadi blogger, writer, programmer, semuanya bisa dilakukan juga di rumah. Cuma modal gadget saja. Dan sesekali ke luar rumah untuk ketemu klien atau presentasi. Ciee...udah dapat klien cieee...

Nggak kriting tuh otaknya mbak Heni, pake belajar coding segala?
Hadeehh pake nanya, ya iyalah.

Umur dah 37 tahun gini, baru belajar coding HTML, CSS, Javascript, PHP, ditambah dengan Java Android, hidupku akankah jadi biasa biasa saja??
Bisakah??
Menurut ngana? *teriak dan mendelik ala Luna Maya.

Aku sadar banget bukan keturunan pak Tarno, yang bisa tepuk tangan langsung muncul keajaiban. Bukan sulap. "Ayoo bantu bantu dibantu yaa... prok prok prok jadi apaa...!"
Tapi, aku tetap nekad njeblos di dunia teknologi. Dengan satu tekad murni, pengen memberitahu perempuan di luar sana, bahwa banyak potensi disini. 

Jujur deh. Ngodingnya tentu masih seret aja jalannya. Karena butuh waktu yang sangat banyak untuk memahami tiap trik membuat website atau aplikasi android. Sempat aku mengajak teman alumni Coding Mum untuk belajar bareng. Akhirnya terwujudlah juga, workshop Web Design Untuk Pemula, maksud hati mengulang belajar bareng sambil ngajak teman baru. Aku membuat sendiri dengan modal nekad, dana pribadi. Dan hasilnya adalah... 

Target pendaftar 30 orang. Yang respon ratusan orang. Di hari H yang datang hanya 3 orang dari luar kota Surabaya. Alamakjaaang... *nyengir sambil nggaruk tembok.

Untung saja, salah satu dari 3 peserta itu adalah bu Lurah. Minimal impact ke depannya bisa lebih luaslah, kan beliau jadi punya banyak agenda mengembangkan desanya. Aih, terima kasih sudah hadir jauh-jauh dari Mojoagung, ya bu Lurah. Dan satunya lagi gadis muda dari Tulungagung, yang ternyata sebagai karyawan ibu Ketua DPRD disana. Bismillah, bikin semangat area Jawa Timur nih bisa kayaknya. 

Aku jadi mikir ulang, waduh ada yang salah nih. Udah berniat aja mundur dari medan perang sebenarnya, mau cari zona aman dan nyaman. Mau semedi lagi aja di rumah dengan tenang sambil nonton drama Korea. Sepertinya berkarir di dunia coding, bakal lama banget jalannya. Untuk bisa bikin web design sendiri, aku belum berani. Untuk terus bikin workshop coding, aku merasa keteteran. Lalu, posisiku sebagai Blogger gimana nih? Aduh, aku merasa hopeless banget jadinya. Mau dagang jilbab lagi aja deh, itu pikiran yang terakhir muncul.

Namun, alhamdulillah, Alloh SWT baik banget padaku dan dengan cepat menghapus air mataku. Keputusasaanku yang merembet kemana-mana itu akhirnya berhenti sendiri. 

Tak disangka tak dinyana, ada teman seputar dunia teknologi yang menangkap kemampuanku menulis. "Mbak Heni, copywriter ya? bisa ngajar tentang ini? bisa bantu kami nulis artikel dan buku?"

Loh, ya, rejeki datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Allahu Akbar. 
Aku sendiri nggak merasa diri sebagai copywriter. Cuma ketika memutuskan diri jadi blogger, sering belajar tentang bagaimana cara menulis yang informatif dan menarik perhatian. Sekaligus bagaimana tulisan masuk ke Google page one (halaman pertama hasil pencarian di Google). 

Setelah aku teliti lagi, copywriter itu kerjaannya gimana sih?
Eh lah dalah, ternyata iya. Konsep copywriting itu menyajikan tulisan yang menggugah pembaca untuk melakukan sesuatu. Ada Call to Action. Ada Storytelling. 
Ya ampun, nggak sengaja kalau sudah melakukan itu semua di tiap tulisan blog terbaruku. Apalagi tiap aku nulis buat lomba. Kan ada review produknya. Jadi nggak sengaja latihan copywriting untuk iklan. 


Nah loh, ini yang makin cucook dengan hobiku dari awal nih. Menjadi penulis profesional itu membutuhkan skill untuk menulis sekaligus membaca. Aku makin heppi nih. Kalau aku nerima job menulis, kan aku harus riset tuh ke mbah Google. Nah, kan aku jadinya makin sering baca. Artinya hobi bisa jadi profesi. 

Oke, untuk itu di titik ini, langkahku semakin mengerucut. Menjadi COPYWRITER adalah pilihan profesi yang ingin semakin kupertajam lagi. Bahwa passionku adalah bicara tentang teknologi digital kreatif, itu adalah murni karena ketertarikan yang tiada habis. 

Apakah aku sanggup jadi COPYWRITER?
Lah, kenapa harus mikir-mikir lagi. Menjadikan hobi sebagai profesi memang kudu punya nyali.
Sanggup nggak sanggup, kudu sanggup.
Biar sanggup, ya belajar, berlatih serta siap nerima koreksi.
Gitu. 

Lah, bagaimana dengan niat membagi ilmu codingnya ke lebih banyak perempuan?
Apakah berhenti juga mbak Heni?

Begini, aku akhirnya beneran semedi. Bukan lagi meratapi diri. Tapi berpikir keras, sepertinya kalimat bahwa Serahkan Segala Sesuatu Pada Ahlinya, itu adalah nasihat yang tepat. Kegagalanku kemarin, bisa jadi karena itu bukan keahlianku. Banyak keterbatasanku sebagai EO (event organizer) karena kesibukan seputar menulis di blog dan mengurus rumah tangga.

Akhirnya, aku mengontak seorang dosen perempuan dari salah satu universitas ternama di Surabaya, yang beberapa bulan ini, menawarkan diri sebagai pengajar coding untuk kelas selanjutnya. Kelas yang rencananya aku buat setelah workshop pertamaku tadi.

Aku pun berdiskusi dengan beliau, bagaimana jika untuk kelas coding selanjutnya dikelola oleh komunitas Female Geek Surabaya, yang beliau bimbing selama ini. Saya siap membantu di bagian promosi dan menggerakkan kaum ibu untuk belajar coding.

Di komunitas Female Geek Surabaya ini banyak sekali sumber daya manusia, mulai dari pengajar dan organizer. Mereka adalah  mahasiswi beliau di jurusan Informatika , yang pasti lebih banyak energi dan waktunya. Alhamdulillah beliau setuju, dan kami akan membicarakan teknisnya lebih lanjut. "Yang penting kita fokus bermanfaat bu Heni, semangat"begitu pesannya kepadaku.

Duh legaa. Saya bisa fokus ke dunia blogging dan copywriting, namun tetap bisa stay tune di dunia coding dengan cara berkolaborasi dengan para ahlinya.

Jadi gitu ternyata ya...
Kalau mau kerja di dunia digital kreatif, kita kudu jeli melihat peluang. Sekaligus berani menerima tantangan. Kita kudu fleksibel. Siap berganti-ganti peran sesuai keadaan. Lalu pilih satu area yang bisa kita gali lebih dalam. Jadikan itu sebagai profesi utama.

Gimana? setuju?
Setuju dong!
Yang penting,  notebook 2 in 1 yang powerful, ACER Switch Alpha 12, udah siap ada di dalam tas kita. Jadi mau hobi, mau kerja, tetap bisa terlaksana kapan saja dimana saja. Kan sudah ditegaskan oleh mbak Heti, seorang penulis, editor lepas dan seniman, bahwa "Hobi dan Bekerja itu Seperti Yin dan Yang".

Tunggu apa lagi, ayo jadikan hobi sebagai profesi lalu perhatikan apa hal terbaik dan paling ajaib yang bisa terjadi.
InsyaAlloh :) . 

Semoga menginspirasi.
Salam,



Heni Prasetyorini.




referensi:
  1. Video Diela Maharani dari http://www.acerid.com/2016/10/yuk-ikuti-switchable-me-story-competition-dengan-switch-alpha-12/
  2. Foto produk Acer Switch Alpha 12 dari http://www.acerid.com/2016/07/switch-alpha-12-notebook-intel-core-pertama-tanpa-kipas/

Belajar Coding Sampai Mendelik di Usia Cantik

4 komentar
 Never too old to set another goal or to dream a new dream, -C.S. Lewis -

Udah emak-emak, punya anak udah bujang pula, ngapain sih mbak Heni belajar coding?
Lalargawe alias nggak ada kerjaan kalau kata orang Jawa. 


Ya, saya nggak mikir terlalu panjang kalau masalah nyari ilmu mah. Sekalinya penasaran, ada kesempatan belajar, ya langsung berangkat aja. Nggak pake acara babibubebo, mikirin bakalan berguna atau tidak.

Lah, emang ada ilmu yang sia-sia?
Ya nggak ada. Semua ilmu pasti berguna. Kecualiiii itu ilmunya aneh-aneh. Kayak ilmu menggandakan uang, nah itu aneh kan? ajaib, jadi nggak perlu dipelajari. 


Sekarang itu banyak keuntungan loh dengan adanya sosial media dan berkembangnya teknologi informasi. Kalau mau rajin dan tekun mencari, bertebaran tuh peluang belajar ilmu yang berkualitas tanpa bayar alias gratisan.

Contohnya yang saya alami sendiri. Karena rajin stalking di sosial media para programmer, akhirnya saya ketemu banner belajar coding gratis. Yaitu Coding Mum yang digagas oleh BEKRAF.
hari kedua belajar coding bikin website di program Coding Mum

Disini saya belajar membuat website alias web design, sekitar bulan April 2016. Codingnya menggunakan bahasa pemrograman HTML5, CSS3, PHP, Javascript dan Bootstrap. Selama hampir 3 bulan saya belajar coding sampai mendelik, kikikik...

Gimana nggak mendelik, wong saya berangkat dengan modal seadanya. Pakai netbook HP Mini alias laptop mini kecil mungil dengan layar berukuran 7 inch. Kebayang lihat code HTML dan CSS yang buanyaak itu dengan layar monitor kecil, pasti mata kita mendelik laaahh...

tuuh kecil kaaan tampilan kode CSS nyaaa

Walau begitu saya nggak menyerah. Lah wong menyerah juga, emang ada yang datang ngasih laptop besar? kan nggak juga, hehehe. Dengan modal dengkul, pengetahuan coding yang awalnya NOL PUTUL alias nol banget, saya memaksa diri sendiri untuk selalu hadir di kelas coding Mum tanpa ada absen sama sekali. Modul selebar kertas legal, sudah full penuh saya isi dengan aneka catatan. Bahkan untuk hal sepele, sederhana, remeh temeh apapun yang dikatakan mentor coding, saya catat.

Lah iya, namanya ibu-ibu. Kalau nggak dicatat nanti lupa. 
Pulang kelas coding, pasti ngapain? ya langsung ke dapur, menyiapkan makan malam buat anak dan suami di rumah. Kalau mereka sudah aman, perut kenyang, udah belajar, mandi dan masuk kamar masing-masing, barulah saya buka laptop lagi. Pasang web whatsapp lagi. Buka grup coding. Lalu ramai copy paste hasil codingan saya di rumah. Bisa sampai hampir tengah malam loh kami begitu. Nah kan, biar kata usia udah cantik banget alias rada tuwir, semangat belajar kami makin menyala.

Beruntung banget saya dapat Batch 1 Coding Mum Surabaya, karena masih bebas biaya. Untuk Batch selanjutnya, harus diadakan mandiri oleh tiap kota, jadi yaa nantinya kudu investasi biaya buat belajar di Coding Mum. 





waktu kelas coding android dengan Intel XDK
Nah, setelah lulus Coding Mum, saya jadi makin penasaran dengan dunia pemrograman. Hobi berburu seminar dan workshop bernada teknologi, makin  gencar saya lakukan. Caranya? ya biasalah stalking sosial media para programmer alias developer.

Eh, ada workshop Intel Women in Technology?
Langsung saja saya daftar disana. Ikut juga karena pengen tahu sebenarnya tahap bikin aplikasi di android itu kayak gimana sih?
Heyaa disini saya malah super nekad karena laptop kecil mungil saya itu, makin ngambeek dan ngadat ketika diinstal dengan software Intel XDK. Nggak kuat diajak ngoding.
Tapi gpp, disini saya dapat banyak kenalan baru. Terutama programmer perempuan yang keren-keren.

ikut lagi di acaranya Female Geek Surabaya

Programmer perempuan?
Emang mau jadi programmer perempuan mbak Hen?
Emang bisa?

Yaa..meneketehe... yang penting saya belajar tentang hal yang bikin saya penasaran. Kalau di depan gerbang sudah ada pintu-pintu dan jendela ilmu yang terbuka, ya saya mesti masuk. Sayang banget kan kalau dibiarkan kosong atau malah ditutup lagi.

Nah, pas Female Geek bikin acara, langsung aja ikutan deh saya. Ini nggak gratisan. Saya tetep ikut juga karena butuh ilmunya dan melihat langsung sosok programmer perempuan itu kayak gimana siiih. Disini buanyak sekali ilmu tentang Cara Menjadi Programmer alias How to Be Developer. Serta big deal adalah, saya dapat kenalan dosen perempuan yang baik hatinya. Bu Farida, dosen ITATS ahli pemrograman yang menawarkan diri untuk menjadi mentor jika saya mau mengajak teman perempuan lain di kelas belajar coding. Alhamdulillah banget kaaaannn....

saya dan bu Farida dosen ITATS. She is a truly femaleDev

Nah itulah gunanya maak terus belajar. Kita jadi kenalan sama orang-orang pintar. Jadi semangat menapaki perjalanan sebagai emak-emak. Apalagi jika bisa mengajak anak belajar atau menjadi inspirasi anak dalam semangat mencari ilmu.

Terbukti nyata. Anak saya jadi makin terarah dan tahu apa yang harus dilakukan ketika saya mengajaknya di acara Developer Day bikinan Bekraf.

saya dan anak sulung di acara Developer Day 

Di acara ini, anak sayaa ikutkan kelas Game Developer. Disana dia mendengarkan banyak narasumber yang bekerja sebagai pembuat game. Mereka rata-rata punya prinsip hidup yang baik loh. Jadi, stigma negatif terhadap game bisa terkikis. Karena, yang salah itu bukan game nya. Tapi orang yang memainkannya. Lagipula game memang ada segmen umur tertentu. Jadi kalau anak kecil kita main game dewasa, itu yang keliru ortunya karena tidak peka dan mengawasi. Begitu yang saya dapatkan disana.

Yang paling amat penting dari acara ini adalah saya menemukan cara untuk bisa ada di samping anak. Saya bisa ngobrol dengan dia. Dia merasakan kalau saya menerima bakat dan minatnya di bidang game development. Jadi bisa KLIK gitu ke anak. Asik loh.

Eeh..dari tadi ngobrolin belajar belajar belajar melulu mbak Heni.
Apa sempat merawat kecantikan diri?
Awas nanti suaminya bete loh, lihat mbak Heni di depan laptop melulu dengan wajah kusam jarang dirawat.




Ya, bener juga sih. Saya kurang telaten emang pake ini itu buat perawatan. Apalagi yang lama banget dan ribet. Untung saja, teman pada baeeekk hatinya. Saya diberi tahu kalau mau wajahnya lebih enak dilihat dan rasanya lebih nyaman, kudu dibersihkan dan diberikan serangkaian produknya L'Oreal Paris Revitalift Dermalift. Biar wajah itu bersih, cerah dan kenyal gitu.

Kalau urusan jaga kulit wajah diserahkan ke ahlinya, kan kita nggak mikirin banget juga hasilnya baik. Sambil terus ngoding, eehh tiba-tiba wajah kita kinclong aja gitu. Asalkan rajin menggunakan produknya L'Oreal Paris Revitalift Dermalift. Beli juga mudah dimana-mana ada. Mau toko online sampai toko offline.

tuh makin lebar kan nyengirnya? ini lagi ikutan Indonesia Android Kejar 12 November 2016 kemarin

Minggu lalu, saya ikutan Indonesia Android Kejar. Sebuah program belajar membuat aplikasi untuk android. Saya tetep aja ikutan disana. Kali ini drama laptop ngadat bisa diatasi dengan baik. Alhamdulillah, hasil dari saya menjadi alumni Coding Mum, bisa saya gunakan untuk membeli laptop yang kuat diajak ngodign dengan software Android Studio.

Perjalanan belajar coding android ini masih sangatlah panjaaaang. Karena saya masih ikut level Beginner. Mengenal bahasa pemrograman baru yaitu Java, bikin mumet juga kepala saya hahaha. Namun saya tak terpikir untuk berhenti sama sekali. Biar lambat, akan saya lanjutkan untuk belajar mandiri di rumah. Karena melalui program ini, saya kan sudah dapat link komunikasi dengan mentor yang bekerja sebagai programmer profesional. Dia baek hatinya pula menyediakan diri untuk menjawab pertanyaan kami via grup messenger.

Pokoknya mak, mbak, adek, pokoke para ladies...
Biarpun pulang ngoding kita ke rumah pake daster itu-itu juga, kerjaannya nyuci piring dll nggak ada perubahan, tetep aja move ooon. Semangat. Jangan berhenti belajar apapun yang membuat anda penasaran dan kelak bisa berguna. Tetaplah produktif. Tetaplah mengupdate segala hal dengan membaca, berlatih dan bertanya kepada ahlinya.

Jangan mudah patah semangat hanya karena pertanyaan, "Belajar Lagi Buat Apa?"

Iya, kalimat gini yang teru saya sebarkan di dunia maya bahkan sampai luar angkasa. Saya pengennya yang baca status sosmed saya tuh, kesepet trus ngacir ke meja belajar atau perpustakaan atau tempat kursus gitu. Buat belajar hal baru.

Bahkan, untuk itu, saya pake jurus bonek untuk bikin workshop coding. Biar ilmu masih cetek, saya kan bisa menggaet Mentor Coding buat ngajarin. Nah, bikin deh, saya share bannernya ya. Bukan buat hardselling, karena dah mau mulai juga workshopnya. Cuma mau nunjukkin kalau saya beneran bikin kelas belajar coding. Alhamdulillah antusias datang dari ibu muda, anak muda bahkan para mahasiswa pascasarjana. Mereka pengen juga bisa bikin website.




Di workshop atau one day training itu, saya siapkan diri jadi asisten trainer atau mentor. Beberapa teman alumni  Coding Mum juga siap membantu jadi asisten.

Bismillah semoga rencana bikin aneka kelas belajar makin lancar ya. Kalau pengen ikutan belajar ,hayuk atuh. Cuma sekarang masih di Surabaya aja. Ntar kalau dah siap, kita bikin kelas online deh. Atau keliling ke daerah-daerah buat nyebar virus semangat belajar dan melek teknologi.

Nah, setelah baca kisah nyata saya, makin semangat berburu ilmu baru kan? Seberapapun usiamu?

Yakin deh mak, semua pasti ada manfaatnya. Mendengar anak sendiri memuji dan bangga ke kita aja, bagi saya udah jauh dari cukup. Bener deh. Buktikan sendiri.

Semoga menginspirasi ya,

Salam,

Heni Prasetyorini

Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”

Terus Belajar : Dari Coding Mum ke Indonesia Android Kejar

4 komentar

Learning to Code is Useful, No matter You're Career Ambitions Are. - Arianna Huffington-

Perjalanan saya masuk ke dalam dunia coding, belajar code (pemrograman), 
sungguh mencengangkan dan semakin mencengangkan. 


Coding Mum.
Saya tak akan berhenti-henti menggunakan hestek Coding Mum (#codingmum) dalam identitas atau sharing di sosial media tentang gerak laku saya di bidang digital kreatif. 
Karena gerakan pemberdayaan perempuan di bidang teknologi digital ini,
bisa dibilang menjadi Titik Belok dari perjalanan karir saya di dunia digital.

Kesempatan itu akan datang bagi mereka yang bersungguh-sungguh dan tak hendak berhenti belajar serta mengajar. 

Quote ini saya buat sendiri, karena saya rasakan sendiri. Setelah lulus dari Coding Mum di Surabaya, sekitar bulan Mei 2016 kemarin, saya tak henti-hentinya mengikuti even baik Seminar atau Workshop yang bisa menambah wawasan dan skill saya di bidang coding. Ketagihan dan penasaran, bisa disebut begitu.

Sampai akhirnya, seorang teman membagikan link tentang Indonesia Android Kejar. Yaitu sebuah program kelas belajar membuat aplikasi android untuk umum.

Awalnya teman saya memberikan link di waktu deadline. Dan saya telat pula membuka pesannya. Terlambat!
Begitu pikir saya.

Tapi, dengan bondo nekad juga, saya klik saja link pendaftaran dan menuliskan data diri sebagai peserta. Pikir saya waktu itu, registrasi online semacam ini ada beberapa kemungkinan. Jika penuh akan ditolak. Tetapi jika ada yang mengundurkan diri, maka akan tersedia lagi peluang bagi saya.

Dari segi umur, juga saya pikir tak akan diterima. Karena membaca program IAK di websitenya, sepertinya khusus untuk anak muda. Walau begitu, saya mengajak teman saya yang juga ibu-ibu, untuk nekad juga mendaftar.

Ketika masa pengumuman tiba, tidak ada satu pun email pemberitahuan bahwa kami diterima. Saya sudah tidak berharap lagi, kecuali untuk batch selanjutnya jika ada peluang akan mendaftar lagi.

Ndilalah, alhamdulillah, ternyata beberapa minggu kemudian, ada email masuk. Dan email itu memberitahukan bahwa saya terpilih Sebagai Peserta Women Study Group - IAK Surabaya.



Sungguh alhamdulillah. Senang sekali rasanya. Kenapa?
Karena saya sudah lama juga penasaran dengan cara bikin aplikasi berbasis android. Nah, tempo hari sih sempat  ikutan acara serupa, hanya workshop sehari yang diadakan oleh Intel XDK.
Sayangnya waktu itu saya cuma bengong sepanjang workshop, karena laptop kecil mungil saya itu nggak kuat menahan beban, eh, nggak memenuhi spesifikasi software Intel XDK yang digunakan untuk membuat aplikasi android. Jadinya ya dieeem aja tampilannya, nggak gerak kemana-mana. HANG.



Nah loh, kekhawatiran juga menyelimuti benak saya nih. Kalau ikutan IAK, harus mengunduh Android Studio. Apakah laptop saya kuat?
Setelah cek spesifikasi yang dibutuhkan dan mendapat masukan dari bu Farida (dosen ITATS) dan Woko , saya yakin 100% kalau laptop saya nggak bisa dipakai ikutan kelas android.

*mulai mlipir ke pojokan T_T

Udah kepikiran aja, mau menyerah aja deh. Nyari pinjeman laptop juga nggak mungkin. Beli laptop baru juga emangnya pakai sulap bisa?. 

Alhamdulillah, suami saya berpikiran jauh ke depan.
Sebenarnya seputar anaknya juga sih, hehehe. Pikirnya, kalau saya bisa android development gini, ntar kan bisa ngajarin anaknya sendiri.Jadi, urusan laptop akan diusahakan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Anggap saja, membeli laptop ini adalah INVESTASI.

Baik, setelah menghitung isi dompet, maka suami saya all out dalam mencari laptop preloved (kayak istilah kosmetik seken aja nih, hehehe). Maksudnya laptop seken atau laptop bekas.

Setelah 3 hari full browsing dan tanya-tanya ke penjualnya, kami berdua pun berangkat naik motor sejauh puluhan kilometer. Kebayang dari Surabaya Barat ke area Medokan Semampir. Lumayan juga nih pinggang, apalagi saya baruuu aja beres bertarung dengan bakteri Salmonella typhi yang ngendon selama seminggu di badan. Jadi badan udah panas dingin meriang melayang nggak karuan rasanya. 



Singkat cerita, jadinya saya dapat alat perang baru yang imut-imut. Warnanya pink. 
Ternyata super matching sama warna stiker Coding Mum. 

Seperti sudah diatur sama Tuhan .......

Stiker itu saya dapat ketika menjadi Narasumber Sosialisasi Coding Mum di Tulungagung.
Dari sana saya mendapatkan benefit fee yang cukup lumayan. 
Awalnya mau saya tabung buat beli emas aja, hahaha khas emak-emak. 
Ternyata berguna untuk membeli laptop Pink ini, yang kemudian dipakai untuk tahap belajar selanjutnya. Bisa dibilang, laptop pink itu termasuk hasil saya dari Coding Mum. Dari Coding Mum untuk Coding Mum. 

Allahu Akbar. Kalau saya ingat-ingat, semakin diingat-ingat, Rabb Allah SWT itu sungguh Maha Mengetahui, Maha Penyayang dan Maha Indah sekali dalam mengatur liku kehidupan makhluk ciptaan-Nya, termasuk saya ini. Betul tidaaakk ? :D



Makin Semangat Belajar Untuk Mengajar Para Moms & Kids


Dari pengalaman ini, saya semakin optimis akan terbukanya peluang berkarir di dunia digital kreatif, terutama coding. Entah itu membuat website seperti program Coding Mum sebelumnya. Juga membuat aplikasi android, seperti yang akan saya ikuti nanti di program Indonesia Android Kejar.


Jika berpikir belajar untuk diri sendiri, saya tidak terlalu akan bersemangat seperti ini. Tetapi, jika saya bayangkan untuk bisa mengajar sesama perempuan dan anak-anak yang lucu, maka semangat saya langsung membara dan menyala-nyala. Sakit typus, ya udah bye bye lah yaaa.... #nenggaksusuberuang


Selanjutnya apa?

Setelah perangkat sesuai spesifikasi siap. Maka saya lanjutkan untuk belajar mandiri tentang bahasa pemrograman menggunakan Android Studio melalui kursus online di WWW.UDACITY.COM.
Kursus ini gratiiisss....




Di Udacity ini, tahapan belajarnya sederhana dan dipotong kecil-kecil, sehingga mudah dipahami. Bahkan beberapa analogi, seperti Parent Code, Children Code dan gambar  bisa memudahkan peserta memahami. Syaratnya cuma satu sih, ngerti bahasa Inggris :D

Nah, ternyata di android, menggunakan XML Syntax.
Wah kebetulan banget, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui nih.
XML Syntax adalah tipe code yang digunakan untuk template blogspot. Jadi, ketika belajar bikin app android, saya sekalian bisa rada ngeh dengan bahasanya template blogspot. Platform blogspot adalah platform yang saya gunakan untuk ngeblog sejak dulu kala, tahun 2009.

Dan saya sungguh suka dengan platform ini. Karena (bagi saya) mudah, relatif aman dan murah jika diredirect ke domain dotcom. Sebuah cara membuat website yang paling mudah dan murah untuk dieksplor dan digunakan untuk blogger atau onlineshopper pemula.


Di Udacity, saya baru sampai ke level 2 Beginner. Video belajarnya cukup lama juga, kadang sampai ngantuk melihat videonya dan konsentrasi ke tahapan tutorial plus kalimat bahasa Inggris yang diucapkan narasumber. Lumayan mikir sih. Walau enak juga, lebih paham sebenarnya karena pasti dijelaskan dengan detil.

Sebagai pilihan, ternyata di internet sudah beredar banyak sekali tutorial serupa yang berbahasa Indonesia. Walau isinya tak sedetil di Udacity, tapi lumayanlah sebagai suplemen biar paham bahasa pemrograman android.

Berikut link belajarnya:
  1. https://www.dicoding.com/academies/2
  2. http://www.okedroid.com/p/belajar-android.html
  3. https://teknorial.com/tutorial-pemrograman-android-studio-bahasa-indonesia/
Tentu masih banyak lagi link belajar mandiri berbahasa Indonesia yang tersebar di blog pribadi orang. Bahkan yang berjualan modul belajar android untuk pemula juga ada. Tinggal bayar ratusan ribu, sudah dikirim DVD nya. 

di kelas IAK di Universitas Ciputra Surabaya (saya pojok kiri)


Syukur alhamdulillah, dengan saya terpilih menjadi peserta Indonesia Android Kejar 2016 ini, saya bisa belajar android secara gratis. Sekaligus bisa mendapatkan link networking baru, yang pasti akan sangaaaat berguna untuk aneka projek kolaborasi di masa depan. 

Wis ah, gitu saja kisah singkat perjalanan saya menuntut ilmu,
walaupun katanya ilmu nggak perlu dituntut karena dia tidak menghina kitab suci, #eh.

Jadi, untuk sahabatku yang mulia dan baik hatinya :v
mari terus semangat mengejar peluang untuk belajar,
Betapapun ada keterbatasan, baik dari segi ekonomi atau apapun, jika niat kuat, pasti diberikan jalan.

Seperti Quote yang saya tampilkan di awal tulisan ini, yaitu :
"Belajar Coding Pasti Berguna, Walau Apapun Ambisi Karir Yang Direncana"

Salam,

Heni Prasetyorini




Nongkrong Sambil Belajar Bisnis di Startup Speakup

3 komentar
Saya nih paling anti dengan kata "nongkrong" alias nongki alias cangkrukan. 
Dua anak lelaki saya aja bener-bener dilarang nongkrong nggak jelas, takut kena efek negatif jaman sekarang itu loh. 

Tapi kali ini beda euy, di Startup SpeakUp, nggak sekedar nongkrong.
Saya nggak merasa bersalah sama sekali waktu ikutan duduk disana bersama anak-anak muda. 

Sejak saya lulus kelas belajar Coding Mum, saya kayaknya makin kejeblos di dunia digital, startup dan bertemu para digitalpreneur. Nah, dari hasil rajin stalking ke para punggawa startup, ketemulah saya dengan Startup Speakup ini. Waktu itu, acaranya di batch 2, yang ngobrolin tentang,
"HOW TO SELL TO GENERATION Y". 

Apalagi tempat acaranya deket banget sama rumah saya, yaitu Spazio di Surabaya Barat. Langsung aja, terbang ke sana, dan ikutan nongkrong sebentar. Awalnya alumni Coding Mum pada semangat mendaftar, eeh pas hari H pada mundur semua. Ada yang kudu ke kantor lagi, ada juga yang ketiduran jadi kelewat deh acaranya, hahaha.

Mbak Wulan, Urban Farmer Surabaya
Sesuai konsep Startup Speakup ini juga, ditujukan untuk networking, nambah-nambah kenalan.
Termasuk yang foto-fotoan sama saya ini, namanya mbak Wulan. Beliau adalah pebisnis urban farming, petani organik dari daerah Jawa Barat, yang mau pulang kampung ke Surabaya dan mencoba peruntungan bisnis produk organik di sini.
INGAT BAWA KARTU NAMA !!!!
Itu pesan yang selalu diulang di setiap undangan even startup speakup. Waktu itu, saya belum bikin kartu nama, hehehe. Nggak tau kok lupa melulu mau mampir ke tempat percetakan. Kelewat aja. *Padahal bisa pesen online kali, Hen... 
Yaa, begitulah :D


Walau nggak bawa kartu nama, untungnya suasana begitu hangat dan akrab. Di akhir sesi saya sempet ikutan ngariung dengan anak muda yang mengelilingi narasumber. Ngomongin bisnisnya. Konsultasi antara promosi di facebook sama instagram itu gimana. Nama kudu gimana. Enaknya pake akun bisnis atau pribadi. Dan itu dijawab dengan semangat oleh pak Michael Sugih [yang foto sama saya, kanan atas, pake baju kotak-kotak]. 

Startup SpeakUp Surabaya Udah sampai Batch 4


Batch 1
Batch 2

Batch 3
Batch 4
Kalau lihat banner acara tiap batch, keren bin sadis ya?
Narasumbernya dijamin profesional banget. Yang mereka share itu nggak cuma knowledge. Tapi juga good insight terutama tentang bisnis dengan etika positif. Lalu motivasi untuk terus bergerak maju dan bergerak cepat, secara ini udah jaman millenium. Trus, ketika kita mencoba kontak mereka di sosial medianya, juga pada mau merespon loh. Nggak jaim deh. Suka. Super. 

Lihat saja foto kolase saya diatas, bisa fotoan sama narsum dan foundernya dengan bebas. Biasanya susah euy saya nembusnya :). Mas Yugo Artono, Founder & CEO Startup Speakup, yang bertindak juga sebagai Moderator, asik juga dalam membawakan acara. Ternyata beliau kerjanya di radio juga, pantesan...

Founder dan CEO nya, Yugo Artono 
Bisa dihubungi di https://www.facebook.com/yugoartono2

Buat teman-teman yang ingin menambah pengetahuan bisnis di era digital ini, coba deh join ke acara yang diadakan Startup Speakup. Apa aja yang telah dilakukan, konsepnya apa, dan fokus goalnya apa, bisa di stalking di link sosial medianya di bawah ini ya:


https://www.facebook.com/startupspeakup/
https://www.instagram.com/startupspeakup/
https://twitter.com/startupspeakup

Kalau misalnya, di batch ke 5, teman-teman ikutan lalu ketemu saya. Ingat untuk menyapa ya...akan saya beri kartu nama. Sekarang saya sudah punya kartu nama. Mesennya di tetangga sebelah. Tinggal kirim WA, sorenya jadi deh. Cepet. :D

Oke, semoga menginspirasi ya. 
Dan mendapatkan jalur informasi, komunikasi dan interaksi yang baik di dunia digitalpreneur.
Stay creative, stay digital !

Salam,
Heni Prasetyorini